DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Update Perang Israel-Hamas: Tak Ada Tempat yang Aman di Gaza, Pasokan Makanan dan Bahan Bakar Menipis

image
UNRWA mengatakan bahwa pasokan makanan dan bahan bakar di Gaza sudah semakin menipis akibat perang Israel dan Hamas

ORBITINDONESIA.COM – Perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza, Palestina masih terus berlanjut, dan IDF tidak menghentikan serangan mereka melalui darat dan udara.

Serangan Israel yang ditujukan kepada militan bersenjata Hamas sangat berpengaruh terhadap para warga sipil Palestina yang saat ini sedang menghadapi krisis kemanusiaan di Gaza.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Israel menyerukan warga sipil Palestina untuk segera pindah ke Gaza selatan, namun IDF terbukti melakukan beberapa pengeboman di dekat kamp pengungsian di selatan.

Baca Juga: Update Perang Israel-Hamas: Pasukan Militer Israel Melakukan Serangan Darat Menggunakan Tank di Gaza

Sehingga hal itu membuat seluruh penduduk Gaza Utara menjadi sangat bingung untuk meninggalkan rumah mereka dan memilih untuk menetap di utara.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Ada sekitar 50.000 warga sipil Palestina yang tidak bersalah mencari perlindungan di Rumah Sakit Shifa, rumah sakit terbesar yang berada di Gaza.

Sudah banyak sekali korban yang berjatuhan di Palestina, ditengah kekurangan bahan bakar yang diperlukan untuk menjalankan generator dan dapat memicu pemadaman listrik.

Baca Juga: Hamas vs Israel: Dapatkah Sarana Teknologi Rendah Secara Efektif Melawan Kekuatan Teknologi Tinggi?

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

PBB mengatakan ada sebanyak 30.000 orang penduduk sipil Palestina yang memutuskan untuk kembali ke rumah mereka di wilayah utara karena merasa lelah hidup berpindah-pindah.

Seorang wanita hamil bernama Ekhlas Ahmed memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Gaza Utara bersama rombongan lain.

Ekhlas mengatakan bahwa seminggu yang lalu, dirinya dan keluarganya pergi meninggalkan rumah menuju selatan setelah tentara Israel berulang kali memberikan peringatan.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Mengulas Akar Kejutan Strategis Hamas Ketika Menyerang Israel

Namun, kini mereka memutuskan untuk kembali ke rumahnya setelah tempat tinggal yang menampung dia dan 14 orang keluarganya di selatan dibom oleh serangan udara Israel.

"Itu adalah bangunan tempat tinggal dan mereka mengebomnya. Saya sangat ketakutan, kami sangat ketakutan," kata Ekhlas dikutip Orbitindonesia.com dari The Guardian 26 Oktober 2023.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Palestina, UNRWA, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang menghadapi krisis karena bahan bakar diperkirakan akan habis.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Baca Juga: AS Desak Israel untuk Biarkan Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza Setelah Hamas Bebaskan Sandera

Diketahui bahwa UNRWA membagian pasokan bahan bakar mereka kepada truk pengangkut bantuan dan toko roti untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi.

Mereka juga membagikan air untuk desalinasi dan agar rumah sakit dapat menjaga inkubator, life support machines, dan peralatan medis penting lainnya agar tetap bekerja.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Juru Bicara UNRWA, Tamara Alrifai, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang memutar otak agar bahan bakar yang tersisa saat ini bisa berguna sebagaimana mestinya.

Baca Juga: Update Perang Israel-Hamas: IDF Kabarkan 3 Wakil Komandan Hamas Tewas

"Apakah kita (harus mendahului) memberikan (bahan bakar) untuk inkubator atau toko roti? ini adalah keputusan yang sangat menyiksa," kata Tamara kepada wartawan.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Palang Merah Internasional menyaksikan kekacauan di rumah sakit di Gaza akibat kelelahan, kekurangan bahan bakar, blokade total, dan pengeboman Israel yang tiada henti.

Para Ahli dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memfokuskan kunjungan mereka pada dua rumah sakit di Gaza, Rumah Sakit Al-Quds dan Al-Shifa.

Baca Juga: Indonesia Serukan Gencatan Senjata di Gaza dan Desak Israel Akhiri Pendudukan

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Kepala Misi ICRC di Gaza, William Schomburg, melaporkan bahwa saat ini kedua rumah sakit besar tersebut berada dalam kondisi kekurangan bahan bakar dan pasokan medis.

Banyak dari pekerja medis yang mendedikasikan diri secara pribadi terkena dampak dari serangan Israel, meskipun mereka semua bekerja sepanjang waktu.

"Mereka (petugas medis) masih belum bisa pulang selama beberapa hari," kata Schomburg dikutip Orbitindonesia.com dari The Guardian 26 Oktober 2023.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Baca Juga: Apakah Israel Memiliki Perencanaan Pasca-Pertempuran Melawan Hamas di Gaza

Schomburg juga mengatakan, "Bekerja dalam kondisi paling sulit dan paling tidak terbayangkan dalam kondisi kekacauan total, sejujurnya."

Schomburg menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke dua rumah sakit tersebut, dan merasa sangat tertekan karena berulang kali dirinya merasakan tanah bergetar akibat bom di sekitar rumah sakit.

"Selama kunjungan kami ke Rumah Sakit Al-Quds, terjadi serangan udara besar-besaran di sekitar kami dan rumah sakit berguncang," katanya.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Baca Juga: Perang Israel sebagai Laboratorium Perang yang Dipelajari AS

"Rumah sakit seharusnya menjadi tempat perlindungan bagi yang terluka dan sakit, dan saat ini tempat-tempat tersebut tidak terasa aman bagi masyarakat di dalam diri mereka," ujarnya.

Sementara itu, Otoritas Jepang mendesak Israel untuk segera menghentikan penembakan yang mereka lakukan di Gaza agar bantuan kemanusiaan dapat masuk.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Permintaan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Jepang dalam sebuah pertemuan dengan Duta Besar Israel untuk Jepang.

Sebagai bagian dari upaya Jepang dalam menyelesaikan konflik yang sedang terjadi di Timur Tengah, mereka akan segera mengirim Menteri Luar Negeri mereka ke wilayah konflik.

Baca Juga: Pemboman Israel di Gaza yang Dibiarkan oleh AS Melemahkan Moralisme Barat di Ukraina

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Sebuah media lokal Jepang, Asahi Shimbun, melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Jepang, Yoko Kamikawa, akan segera dikirim ke Israel dan Yordania pada awal November.

Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB di Palestina, Lynn Hastings, mengatakan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza saat ini.

Dalam sebuah pernyataan, Hastings mendesak agar seluruh warga sipil dilindungi dimanapun mereka berada dan meminta seluruh sandera segera dibebaskan tanpa syarat.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Baca Juga: China Mendesak Israel dan Hamas Untuk Gencatan Senjata akan Melakukan Apapun Untuk Menghentikan Perang

"Ketika jalur evakuasi dibom, ketika orang-orang di utara dan selatan Gaza terjebak dalam permusuhan," kata Hastings dikutip Orbitindonesia.com dari The Guardian 26 Oktober 2023.

"Ketika kebutuhan untuk bertahan hidup sudah tidak ada lagi, dan ketika tidak ada jaminan untuk kembali, orang-orang hanya mempunyai pilihan yang mustahil," katanya.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Karena tidak ada jaminan untuk kembali, masyarakat sipil hanya memiliki pilihan yang mustahil," tegasnya.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Baca Juga: Perang Israel Hamas Meluas, Amerika akan Serang Timur Tengah Jika Tentara Mereka Diserang

Konflik antara Israel dan Hamas di Gaza Palestina harus segera diselesaikan secepatnya agar kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah tersebut bisa segera berakhir.***

Berita Terkait