DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Satrio Arismunandar: Pemikiran Geopolitik Soekarno Telah Diangkat Kembali Relevansinya oleh Hasto Kristiyanto

image
Hasto Kristiyanto (kiri) dan Satrio Arismunandar (Foto: koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM - Pemikiran geopolitik Soekarno, yang sangat maju pada zamannya, telah diangkat kembali relevansinya di masa kini oleh Hasto Kristiyanto. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Dr. Ir. Satrio Arismunandar.

Satrio Arismunandar mengomentari diskusi pemikiran Bung Karno dan kontekstualisasinya dengan Indonesia masa kini. Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 1 Februari 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan penulis, dosen, dan pengamat politik Airlangga Pribadi Kusman sebagai nara sumber. Diskusi itu dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Buku Direktori Penulis Bisa Mendukung Kolaborasi dan Hasilkan Karya Literasi Bersama

Menurut Satrio, ia bersyukur bahwa di saat sekarang masih ada ilmuwan dan politisi yang mau menggali ajaran dan pemikiran Soekarno. Salah satunya Hasto Kristiyanto, yang kebetulan saat ini menjabat Sekjen PDI Perjuangan.

“Penggalian pemikiran Soekarno itu bukan untuk sekadar bernostalgia atau ekspresi romantisme. Tetapi pemikiran Sukarno itu memang masih relevan dan jelas kontekstualisasinya dengan kondisi dunia sekarang,” tutur Satrio.

Satrio menyatakan, Hasto Kristiyanto pada 6 Juni 2022 telah berhasil mempertahankan disertasi doktornya di Universitas Pertahanan, dengan judul "Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno Dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara".

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Transisi dari Energi Fosil Menghadapi Tantangan Infrastruktur dan Investasi

“Disertasi ini adalah penemuan kembali (rediscovery) pemikiran Soekarno. Di dalamnya ada analisis ilmiah tentang kekuatan ideologis geopolitik Soekarno dan kekuatan diplomasi Bung Karno,” jelas Satrio.

“Semua itu dalam tujuan Soekarno untuk menyusun tatanan dunia baru, di mana solidaritas bangsa-bangsa dikedepankan dan struktur PBB harus diubah, agar sistem internasional tidak lagi anarkis,” lanjut Satrio.

Menurut Satrio, gagasan itu masih relevan dan kontekstual dengan kondisi global sekarang. Contohnya, Dewan Keamanan PBB, yang memiliki lima anggota tetap dengan hak veto, terbukti gagal meredam serangan Israel yang membabi buta dan memakan 25.000 jiwa warga sipil di Jalur Gaza, Palestina.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Malari 1974 Penting Dikaji Karena Masih Relevan dengan Kondisi Indonesia Sekarang

Struktur Dewan Keamanan PBB saat ini, kata Satrio, adalah warisan Perang Dunia II. Pemegang hak veto adalah negara-negara pemenang Perang Dunia II. Padahal konstelasi dunia sekarang sudah berubah.

Mengingat pada 14 Februari 2024 ini akan berlangsung pemilu, untuk memilih para pemimpin nasional dan wakil rakyat di parlemen, Satrio mengingatkan pentingnya mereka memahami Geopolitik Bung Karno.

“Sehingga para tokoh yang nanti memimpin bangsa ini bisa menjadikan Geopolitik Bung Karno sebagai ukuran kebijakan nasional dan internasional Indonesia,” tegas Satrio, yang lulusan S2 Pengkajian Ketahanan Nasional UI.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Sastra Sufistik Pentingkan Konsep Cinta Sebagai Kekuatan Transformatif di Jalan Spiritual

Ditambahkan Satrio, pertarungan geopolitik saat ini, sebagaimana terjadi di Timur Tengah, Semenanjung Korea, Selat Taiwan, Laut China Selatan, serta Perang Rusia-Ukraina, menunjukkan sistem internasional yang anarkis tetap terjadi.

Dengan konteks tersebut, ungkap Satrio, pemikiran geopolitik Soekarno sangat penting sebagai pandangan alternatif di dalam merancang kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia, dalam peran aktifnya menjaga perdamaian dunia.***

Sumber: Satupena

Berita Terkait