DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Satrio Arismunandar: Demokrasi Kita Belum Sempurna, tetapi Pihak Luar Percaya Pada Masa Depan Indonesia

image
Satrio Arismunandar (Foto: koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM – Perwujudan demokrasi di Indonesia memang belum sempurna, masih ada kekurangan di sana-sini. Tetapi pihak luar percaya pada masa depan Indonesia. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Dr. Ir. Satrio Arismunandar, Sabtu, 17 Februari 2024.

Satrio Arismunandar mengomentari diskusi tentang kondisi demokrasi Indonesia di Jakarta, Kamis malam, 15 Februari 2024. Diskusi itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan pegiat HAM Usman Hamid sebagai nara sumber. Diskusi itu dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Malari 1974 Penting Dikaji Karena Masih Relevan dengan Kondisi Indonesia Sekarang

Menurut Satrio, untuk menilai tingkat demokrasi di Indonesia, melibatkan pertimbangan berbagai faktor. Seperti: hak politik, kebebasan sipil, proses pemilu, pemerintahan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Mantan aktivis serikat buruh ini menyatakan, Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam demokratisasi, sejak berakhirnya rezim otoriter Suharto pada 1998.

“Pemilu bebas multipartai dan pemilihan presiden secara langsung, yang baru saja dilaksanakan tahun ini, adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelum 1998. Sebelum 1998, peserta pemilu dibatasi cuma tiga: PDI, Golkar dan PPP,” tuturnya.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Sastra Sufistik Pentingkan Konsep Cinta Sebagai Kekuatan Transformatif di Jalan Spiritual

“Namun negara ini masih menghadapi tantangan dalam mengkonsolidasikan dan memperdalam lembaga-lembaga demokrasinya,” ujar Satrio.

Satrio membenarkan, ada pasang-surut dalam demokratisasi. Namun pihak luar secara umum masih melihat Indonesia dalam kacamata positif. “Sebagai negara muslim terbesar sedunia, Indonesia dianggap berhasil memadukan Islam dan demokrasi,” jelasnya.

“Kadang-kadang kita sebagai orang Indonesia sangat kritis pada diri sendiri. Padahal orang luar memberi apresiasi dan percaya pada masa depan Indonesia,” lanjut Satrio.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Pemikiran Geopolitik Soekarno Telah Diangkat Kembali Relevansinya oleh Hasto Kristiyanto

“Dengan penduduk sebanyak 270 juta, saat ini Indonesia disebut sebagai demokrasi ketiga terbesar di dunia, sesudah India dan AS. Ekonomi Indonesia juga dalam proyeksi menuju ekonomi nomor 4 terbesar di dunia pada 2045,” ungkapnya.

Satrio memaparkan beberapa tantangan bagi demokrasi di Indonesia. Struktur pemerintahan di Indonesia telah membaik sejak transisi menuju demokrasi, namun masih terdapat tantangan terkait korupsi, inefisiensi, dan supremasi hukum.

“Korupsi masih menjadi isu yang tersebar luas di berbagai tingkat pemerintahan dan lembaga, sehingga melemahkan akuntabilitas dan kepercayaan publik,” ucapnya.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Pameran Lukisan dan Seni Visual Bisa Jadi Sarana Ampuh untuk Ekspresikan Kritik Politik

“Masih terdapat tantangan dalam mengkonsolidasi lembaga-lembaga demokrasi, mendorong tata kelola pemerintahan yang baik, memberantas korupsi,” tambah Satrio.

“Juga, melindungi hak asasi manusia, memastikan inklusi dan keterwakilan kelompok-kelompok marginal, dan menegakkan supremasi hukum,” sambungnya. ***

 

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Bencana Alam Hadirkan Pertanyaan Eksistensial tentang Makna Hidup dan Absurditas Keberadaan Manusia

 

 

 

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Turki Jadi Contoh Negara Muslim yang Lakukan Transformasi Kalender Islam dari Rukyat ke Hisab

 

 

 

Berita Terkait