DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Satrio Arismunandar: Ketika Indonesia Makin Maju, Dilema Karir yang Dihadapi Perempuan pun Semakin Intens

image
Satrio Arismunandar (Foto: koleksi pribadi)

ORBITINDONESiA.COM – Ketika Indonesia semakin maju, dilema yang dihadapi perempuan Indonesia, antara memilih karier atau keluarga, juga akan semakin intens. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar, Jumat, 8 Maret 2024.

Satrio Arismunandar mengomentari diskusi di Jakarta tentang dilema perempuan Indonesia, pilih karier atau keluarga, Kamis malam, 7 Maret 2024. Diskusi itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan nara sumber Nina Nurmila, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UIII Depok. Diskusi itu dipandu oleh oleh Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Pemikiran Geopolitik Soekarno Telah Diangkat Kembali Relevansinya oleh Hasto Kristiyanto

Menurut Satrio, dilema yang dihadapi perempuan mengenai apakah harus fokus bekerja di luar rumah atau mengurus tanggung jawab rumah tangga berakar pada ekspektasi masyarakat, norma budaya, dan pilihan pribadi.

“Masalah ini telah berkembang seiring berjalannya waktu dan sangat bervariasi tergantung pada faktor budaya, ekonomi, dan individu,” tuturnya.

Satrio menyatakan, ketika Indonesia makin maju, akses pendidikan buat kaum perempuan juga meningkat. Ekonomi Indonesia juga makin besar. Ini membuka peluang berkarir yang semakin luas buat kaum perempuan.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Pameran Lukisan dan Seni Visual Bisa Jadi Sarana Ampuh untuk Ekspresikan Kritik Politik

“Sementara itu, cara pandang tradisional, yang memposisikan perempuan semata-mata hanya untuk peran ibu rumah tangga, juga akan bergeser,” lanjutnya.

“Tentunya akan sangat disayangkan, jika perempuan sekaliber Sri Mulyani, Retno Marsudi, yang cemerlang di bidang masing-masing, dipaksa hanya untuk jadi ibu rumah tangga. Padahal mereka bisa memberi kontribusi besar untuk kemajuan bangsa,” jelas Satrio.

Satrio mengakui, dalam konteks sejarah, secara tradisional, perempuan memang diharapkan untuk mengurus tugas-tugas rumah tangga, sedangkan laki-laki adalah pencari nafkah.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Demokrasi Kita Belum Sempurna, tetapi Pihak Luar Percaya Pada Masa Depan Indonesia

“Namun, norma masyarakat ini telah ditantang dan diubah seiring berjalannya waktu, terutama dengan bangkitnya feminisme dan gerakan hak-hak perempuan,” ujar Satrio.

Satrio mengingatkan, selain itu ada faktor ekonomi. Realitas ekonomi seringkali mempengaruhi apakah perempuan bekerja di luar rumah.

“Di banyak keluarga, kedua pasangan perlu bekerja untuk menghidupi rumah tangga secara finansial. Kemandirian ekonomi juga dapat memberdayakan perempuan untuk membuat pilihan mengenai karir dan kehidupan mereka,” sambung Satrio.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Pers Bukan Sekadar Pilar Demokrasi, Namun Juga Ikut Bermain Politik

“Pada akhirnya, keputusan untuk memprioritaskan pekerjaan atau tanggung jawab rumah tangga adalah keputusan pribadi dan berbeda-beda untuk setiap wanita,” kata Satrio.

“Beberapa perempuan mungkin memilih fokus pada karir mereka dan menyewa bantuan untuk tugas-tugas rumah tangga. Sementara yang lain mungkin memprioritaskan tinggal di rumah untuk membesarkan anak atau mengurus anggota keluarga,” tutupnya. ***

 

Berita Terkait