DECEMBER 9, 2022
Kolom

Yudi Latif: Puasa Pemimpin

image
Yudi Latif tentang puasa pemimpin (Foto: Antara)

ORBITINDONESIA.COM - Saudaraku, yang tersulit dalam melewati ujian hidup itu bukanlah mengejar sukses manusia sebagai individu, melainkan sukses manusia sebagai masyarakat. 

Kumpulan individu sukses belum  tentu melahirkan masyarakat sukses, karena masyarakat sebagai entitas kolektif lebih dari total penjumlahan orang per orang.

Sukses masyarakat memerlukan penyatuan dan koherensi sukses individu ke dalam cita-cita, konsepsi, pranata, gerak, dan maslahat bersama. 

Baca Juga: Yudi Latif: Pendidikan Harapan

Demi sukses masyarakat, individu yang sukses di suatu bidang kadang dituntut bisa menahan diri untuk tidak  mengambil peran yang dapat menghambat sukses masyarakat. Pengusaha yang sukses belum tentu bisa jadi pemimpin politik yang sukses. 

Dalam memimpin perusahaan, sukses seseorang diukur dari keberhasilan memperjuangkan kepentingan-keuntungan  perusahaannya. Dalam politik, sukses seseorang diukur dari keberhasilan memperjuangkan  kepentingan-keuntungan seluruh rakyat, yang bisa jadi  menuntut pengorbanan perusahaannya sendiri. 

Dalam memimpin perusahaan, kesuksesan bisa diraih dengan kecerdikan menginvestasikan uang. Dalam politik, sukses masyarakat justru memerlukan batas moral penetrasi uang. 

Baca Juga: Yudi Latif tentang Karya Lengkap Bung Hatta, Buku tentang Agama, Dasar Negara, dan Karakter Bangsa

Begitu pun artis terkenal bahkan lulusan terbaik universitas ternama luar negeri tak otomatis pantas memangku jabatan politik, tanpa kecukupan jam terbang dalam urusan sosial kebangsaan.

Dalam kehidupan publik ditandai oleh retakan dan ketidakadilan sosial, modal kepemimpinan yang diperlukan adalah kemampuan merawat persatuan dan keadilan. 

Untuk negara seluas, sebesar dan semajemuk Indonesia diperlukan kepemimpinan negarawan yang memiliki keluasan mentalitas dan tanggung jawab yang lebih besar, melampaui kepentingan pribadi dan keluarga sendiri.

Baca Juga: Yudi Latif: Menghidupkan Keteladanan

Agar  bisa melayani kepentingan umum, seorang pemimpin harus bisa ber-"puasa" dari godaan nafsu “al- takâstur” (gila harta, kuasa, hormat,  popularitas) yang tak ada habisnya hingga masuk liang lahat. 

Bagi  pemimpin sejati, kebahagian tertinggi terletak dalam kemampuan merengkuh makna terluhur kekuasaan sebagai amanah Tuhan dan rakyat dalam rangka memperjuangkan kebajikan dan kebahagiaan hidup bersama.

(Yudi Latif dalam Makrifat Pagi) ***

Sumber: Yudi Latif Official

Berita Terkait