DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Bagaimana Cara Mudah Membedakan Perguruan Kung Fu Asli dan yang Abal Abal, yang Cuma Bisnis

image
Dia pendekar Kung Fu dalam suatu pertarungan (Foto: Youtube)

ORBITINDONESIA.COM - Kehadiran Xu Xiaodong adalah momen yang sangat baik membongkar bela diri abal abal dan master abal abal. Praktik bela diri Kung Fu abal abal ini sangat mengakar di China, bahkan tak hanya China. Tetapi di seluruh dunia juga hal yang sama terjadi.

Membayangkan perguruan Kung Fu abal abal mudah saja. Seseorang masuk perguruan, belajar jurus ini itu dalam latihan singkat 3-4 jam saja. Seminggu 2 kali atau bahkan cuma 1 kali. Lalu naik tingkat dan naik tingkat lagi dan merasa bisa bela diri.

Oknum Master atau guru Kung Fu menerima uang latihan, dan ini membuat mereka mengembangkan perguruan sebagai mesin pencari uang seperti halnya bisnis pada umumnya.

Baca Juga: Begini Kronologi Lengkap Atlet Pencak Silat Indonesia Safira Dwi Meilani Nyaris Kalah Dicurangi Wasit

Segala promo marketing dilancarkan untuk menggambarkan kehebatan perguruan Kung Fu nya sebagai yang terbaik. Bahkan pakai tipu tipu demo dengan peralatan "sulap" untuk memamerkan kekuatan palsunya. Intinya cuma satu, bisnis berjalan dan makin berkembang pesat.

Sebaliknya, Kung Fu yang asli dilatih bertahun tahun. Setiap hari paling tidak minimal 3 jam, bahkan ada yang mendedikasikan latihan sepanjang hari.

Ini berkembang akibat pertarungan jalanan dan peperangan yang memperebutkan posisi hidup dan mati. Banyak pendekar di masanya yang mendapat uang dari pekerjaan sebagai pengawal atau bahkan posisi jabatannya dalam pemerintahan.

Baca Juga: Lengkapi ASN Kanwil Kemenkumham DKI dengan Ilmu Beladiri, Ibnu Chuldun Gandeng Federasi Kempo

Sebaliknya, ada juga yang mendalaminya sebagai way of life hidup menyendiri, dalam komunitas yang jauh dari keramaian. Kalau terjun bermasyarakat dikenal dengan istilah turun gunung.

Kung Fu yang asli tidak akan dipertontonkan, melainkan dilatih secara diam diam, dalam perguruan di komunitas yang kecil tertutup. Dan guru yang memilih murid, tidak bisa Anda datang mau gabung begitu saja.

Walau saat ini tak banyak lagi, tetapi masih bisa ditemukan di sejumlah tempat Kung Fu yg asli. Hanya yang memiliki Kung Fu dan hidup dalam lingkungan dunia persilatan yang tahu mana saja perguruan yang masih asli.

Baca Juga: 3.173 Tugu Perguruan Silat di Jawa Timur Berada di Atas Tanah Negara, Diharapkan Segera Dibongkar

Untuk bergabung, Anda butuh seorang penjamin yang dikenal benar dalam dunia persilatan, yang mau mengenalkan anda pada Sang Guru. Porsi latihan sangat berbeda, bahkan beberapa perguruan akan meminta sumpah anda terlebih dahulu untuk berlatih seumur hidup tanpa putus.

Tidak ada lagi porsi lakukan pukulan A sebanyak 100, pukulan B sebanyak 100, dan seterusnya. Yang ada ribuan pukulan sekali jalan tanpa henti. Tidak ada lagi beshi setengah setengah dalam hitungan menit, yang ada hitungan berjam jam sekali beshi.

Tangan beradu tangan tidak hanya sampai merah, tapi sampai benar benar hitam merata. Makanya ada istilah orang dunia persilatan "bertemu tangan maka akan tahu siapa yang dihadapi".

Baca Juga: Ganjar Pranowo Hadiri Deklarasi Dukungan dari Jaringan Pencak Silat Nasional Solo Raya

Kalau zaman yang lebih kuno, istilahnya jadi "bertemu pedang" karena senjata masih biasa dibawa kemana mana. Tetapi di zaman yang lebih modern, tidak boleh lagi.

Perguruan Kung Fu yang asli, porsi latihannya tidak akan kurang dari seorang atlet, ini salah satu kuncinya. Sebaliknya perguruan palsu yang busuk melakukan latihan dalam porsi kecil di bawah takaran seorang atlet, namun sudah merasa hebat menguasai beladiri. Ya jika demikian, melawan atlet ya bonyok.

Dulu seorang teman pernah berkata: "Semua beladiri pada akhirnya akan grappling dan finish di lantai seperti di MMA." Saat itu zamannya awal awal "octagon ring".

Baca Juga: Perguruan Silat dan Pelaku Seni Budaya Jawa Barat Ini Dukung Prabowo-Gibran

Saya jawab: tingkatan paling awal perkembangan ilmu beladiri terjadi dengan bantingan dan dilumpuhkan di lantai. Nanti makin lama akan ditemukan cara 1 pukulan atau 1 tendangan yang mematikan, dan ini akan jauh lebih efektif dari pada diselesaikan dengan kuncian di lantai.

Selanjutnya akan naik level ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu counter attack pukulan, beradu teknik jurus pukulan dan tendangan yang paling hebat. Dan ketika skill teknik mencapai tingkatan yang tinggi, akan kembali beradu tenaga.

Jika sudah begini, akan naik level lagi ke tenaga internal, di mana Chi akan mempengaruhi kuatnya sebuah pukulan atau tendangan dan penguasaan teknik. Inner power tidak berkurang dengan semakin naiknya usia, sebaliknya power otot akan melemah.

Baca Juga: Jet Li dan Guru Kungfunya yang Muslim, Master Ma Xianda

Begitulah perkembangan ilmu beladiri. Nah, kata-kata saya tampaknya mulai terlihat setelah puluhan tahun MMA. Kini sudah mulai masuk di era di mana pukulan dan tendangan mulai effektif, mulai masuk beradu teknik pukulan dan tendangan.

MMA berhasil me-reset dunia beladiri, karena sejatinya beladiri seperti Kung Fu dalam perkembangannya juga adalah MMA dari aliran perguruan Kung Fu yang lainnya.

Justru era MMA ini sangat baik bagi dunia beladiri utamanya Kung Fu. Bukan sesuatu yang memalukan, ya tentu saja jadi hal yang memalukan memang bagi perguruan abal abal palsu.

Tetapi bagi perguruan Kungfu yang asli, ini sebuah era yang menyegarkan di mana dunia persilatan mulai kembali hidup dengan adanya perkembangan MMA.

Bahkan bisa mengamati laga pertarungan yang terjadi dan kepikiran, ternyata ada cara baru yang efektif untuk mengunakan jurus ini dan itu. Atau, kalau kondisi demikian, jurus ini bisa lebih efektif digunakan dan malah mungkin tercipta kreasi jurus baru yg lebih sesuai jaman. Era Kung Fu mungkin akan kembali bergairah 10 - 15 tahun ke depan. ***

Sumber: Wuxia Indonesia

Berita Terkait