DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Tutuka Ariadji: Meski Ada Kerja Sama, Indonesia Tidak Impor Minyak dan Gas dari Iran

image
Tangkapan layar - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji memberi paparan dalam webinar bertajuk, “Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI” yang digelar oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter, dipantau dari Jakarta, Senin, 15 April 2024. ANTARA/Putu Indah Savitri

ORBITINDONESIA.COM - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan, Indonesia tidak mengimpor minyak dan gas dari Iran.

“Tidak ada (impor migas dari Iran). Walaupun kita sudah menjalin kerja sama dengan Iran, tetapi tidak mudah untuk melakukan implementasi,” ujar Tutuka Ariadji secara daring yang dipantau dari Jakarta, Senin, 15 April 2024.

Pernyataan tersebut disampaikan Tutuka Ariadji dalam webinar bertajuk, “Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI” yang digelar oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter.

Baca Juga: Rusia Prihatin Atas Eskalasi Berbahaya di Timur Tengah Seiring Dampak Serangan Iran ke Israel

Tutuka mengatakan, Pertamina lebih banyak mengimpor BBM apabila dibandingkan dengan minyak mentah. Sumber utama impor BBM Pertamina, kata dia, berasal dari Singapura (56,58 persen), Malaysia (26,75 persen), dan India (6,28 persen).

Sedangkan, untuk sumber utama impor LPG berasal dari Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

“Di sini ada negara yang bisa terlibat konflik, ya, misalnya di LPG ada Amerika Serikat,” kata dia.

Baca Juga: Presiden Israel Isaaq Herzog Anggap Serangan Rudal dan Pesawat Nirawak Iran sebagai Pernyataan Perang

Lebih lanjut, terkait dengan impor minyak mentah, Tutuka mengatakan bahwa Indonesia mengimpor dari Arab Saudi dan Nigeria.

“Jadi, kalau dari Saudi Arabia (Arab Saudi) tentunya berpengaruh, ya. Itu yang sekarang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai macam cara untuk mengantisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi berlanjut,” kata Tutuka.

Diketahui, kondisi global tengah berhadapan dengan ketegangan konflik antara Iran dengan Israel. Permusuhan terbaru antara Iran dan Israel dipicu serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April lalu.

Baca Juga: Menlu Hossein Amir-Abdollahian: Iran Hanya Targetkan Situs Militer Israel dalam Serangan Terbatas

Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan drone ke Israel pada Sabtu malam, 13 April 2024.

Serangan itu, menurut Israel, berhasil digagalkan dan hanya mengenai sebuah pangkalan udara militer di Israel, tetapi tidak menimbulkan kerusakan serius.

Atas kondisi tersebut, Indonesia menyatakan keprihatinan atas eskalasi situasi keamanan di Timur Tengah dan menyerukan agar Iran dan Israel menahan diri.

Baca Juga: Khawatir Konflik Meluas, Biden Peringatkan Netanyahu Berpikir Hati-hati Sebelum Tanggapi Serangan Balasan Iran

“Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB segera bertindak untuk menurunkan ketegangan dan terus berupaya menciptakan perdamaian di Timur Tengah,” kata Kementerian Luar Negeri RI melalui media sosial X pada Minggu, 14 April 2024 malam.

Adapun sejumlah dampak yang disoroti adalah prediksi  peningkatan harga minyak mencapai 100 dolar AS per barel. Berdasarkan data Kementerian ESDM, ICP per 12 April 2024 sebesar 89,51 dolar AS per barel. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait