DECEMBER 9, 2022
Internasional

Josep Borrell: Iran atau pun Sekutunya Hizbullah di Lebanon Tak Siap Berperang

image
Arsip - Kepala Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Uni Eropa yang juga Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell menyampaikan pandangan pada Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (PMC) bersama Uni Eropa di Jakarta, Kamis, 13 Juli 2023. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz/aa.)

ORBITINDONESIA.COM - Baik Iran maupun sekutu utamanya di Lebanon, Hizbullah, saat ini tidak siap berperang, kata Perwakilan Tinggi Uni Eropa (EU) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Josep Borrell.

"Kami telah diperingatkan beberapa hari sebelumnya," kata Josep Borrell, Selasa, 16 April 2024, merujuk pada serangan drone dan rudal balistik Iran terhadap Israel pada akhir pekan lalu.

Setelah serangan itu, Josep Borrell mengaku diberitahu oleh Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian bahwa Teheran hanya menargetkan fasilitas militer.

Baca Juga: Tutuka Ariadji: Meski Ada Kerja Sama, Indonesia Tidak Impor Minyak dan Gas dari Iran

"Itu membuat saya memahami bahwa ini adalah respons yang terkendali. Ketika Anda ingin menimbulkan kehancuran, Anda tidak perlu mengirimkan drone yang membutuhkan waktu enam jam untuk mendarat,” kata Josep Borrell.

“Saat ini, baik Hizbullah maupun Iran tidak siap berperang," tutur Borrel, menambahkan.

Borrell menegaskan bahwa tujuan politik EU adalah untuk menghindari eskalasi konflik. Dia mengatakan, konflik regional di Timur Tengah tidak akan menguntungkan siapa pun, apalagi bagi warga di Jalur Gaza.

Baca Juga: Dubes Iran di PBB Amir Saeid Iravani: Operasi Militer Terhadap Israel Adalah Upaya Membela Diri

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa EU tidak memiliki kekuatan lain selain diplomasi dan persatuan, meskipun beberapa negara anggota, termasuk Jerman, memiliki hubungan yang lebih baik dengan Israel.

“Amerika bisa menggunakan cara lain, jika mereka mau, khususnya terkait transfer senjata mereka ke Israel. Mereka mengambil keputusan yang mengikat di masa lalu. Namun saat ini, saya rasa mereka tidak ingin menggunakan pengaruh yang mereka miliki,” kata Borrell.

Ia menyesali adanya “perpecahan yang nyata dan mendalam” di antara negara-negara Eropa mengenai konflik di Timur Tengah, dan mencatat bahwa beberapa negara, seperti Prancis, mengubah posisi dan mulai menyerukan gencatan senjata segera.

Baca Juga: Dino Patti Djalal: Cegah Eskalasi Konflik, Indonesia Disarankan Gunakan Hubungan Baik dengan Iran

“Saya selalu berusaha menyampaikan posisi konsensus: Jika penghentian pasokan air, listrik, dan makanan bagi penduduk yang terkepung melanggar hukum internasional di Ukraina, maka hal yang sama juga terjadi di Gaza,” kata Borrell.

“Jika kami tidak menerima sikap universalis ini, kami dituduh menerapkan standar ganda," ujarnya.

Borrell juga mengatakan bahwa jika menyangkut perang di Ukraina, itu adalah soal ketidakseimbangan kekuatan. “Rusia tidak perlu menang, cukup tidak kalah. Ukraina, pada bagiannya, harus menang untuk mengusir invasi,” kata dia.

Baca Juga: Korea Selatan Keluarkan Peringatan Perjalanan ke Iran di Tengah Ketegangan Timur Tengah yang Meningkat

Pada Sabtu, 14 April 2024, Iran melancarkan serangan udara ke Israel sebagai pembalasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, 1 April lalu. Serangan 1 April itu menewaskan sedikitnya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Namun, Israel menyebut hampir seluruh drone dan rudal balistik Iran berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel dan sekutunya yakni Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.

Israel mengklaim serangan itu hanya mengenai salah satu pangkalan udara militernya, tetapi tidak menimbulkan kerusakan serius. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait