Resensi Buku "Things Left Behind": Setelah Kematian, Pelajaran Hidup dari Benda-Benda yang Kita Tinggalkan

ORBITINDONESIA.COM - Kim Sae-byeol dan Jeon Ae-won dalam Things Left Behind membawa kita masuk ke dunia yang jarang disorot—dunia setelah kepergian seseorang.

Bukan hanya kematian yang dibahas, tetapi sisa-sisa kehidupan yang ia tinggalkan: benda, ruang, dan cerita yang diam.

Kim, seorang pembersih TKP dan pengelola barang peninggalan, mengisahkan pengalamannya selama bertahun-tahun membereskan ruang orang-orang yang telah tiada. 

Setiap laci, meja, dan lemari menjadi arsip diam dari kehidupan yang tak lagi bisa bercerita.

Buku ini mengajarkan bahwa yang tertinggal setelah kita bukanlah harta besar, melainkan hal-hal kecil yang penuh makna.

Sepasang sepatu yang belum sempat dipakai.

Surat yang tak terkirim. Kupon yang tak pernah ditebus.

Benda-benda sederhana itu memantulkan kehidupan pemiliknya: kesepian, harapan, cinta yang tertunda, atau kebiasaan sehari-hari yang seolah sepele.

Struktur buku sederhana—kisah demi kisah dari rumah ke rumah, dari kamar ke kamar.

Namun setiap cerita membawa pertanyaan yang menusuk: Apa yang ingin kau tinggalkan jika besok kau tiada? Jawaban dari para tokoh diam ini tidak pernah langsung kita dengar, tapi kita bisa menebaknya dari cara mereka meninggalkan dunia.

Penulis lalu merumuskan tujuh nasihat hidup yang lahir dari pengalamannya: jaga hubungan dengan setidaknya satu teman dekat, miliki hobi, rawat kesehatan, siapkan dokumen penting, beri tahu keluargamu, dan rapikan hal-hal yang akan memudahkan mereka yang kau cintai.

Gaya bahasa buku ini tenang, penuh empati, dan tidak menggurui. Kim dan Jeon tidak meromantisasi kematian, tetapi juga tidak mengubahnya menjadi sensasi.

Mereka menghormati orang yang telah pergi, dan menghibur mereka yang ditinggalkan, bahkan melalui pekerjaan yang secara fisik kotor dan emosional berat.

Di tangan mereka, pekerjaan membersihkan menjadi pekerjaan merawat kemanusiaan.

Yang membuat buku ini menyentuh adalah pesan di balik setiap cerita: kematian bukan hanya urusan yang mati, tapi juga pekerjaan bagi yang hidup.

Setiap kali mereka mengunci pintu terakhir setelah membersihkan ruangan, terselip doa tanpa kata: semoga yang pergi tenang, dan yang tinggal bisa melanjutkan hidup tanpa beban yang tak perlu.

Things Left Behind juga berbicara pada kita yang masih hidup.

Ia mengingatkan bahwa hidup lebih ringan jika kita merapikan, bukan hanya rumah, tapi juga hubungan, hati, dan hal-hal yang belum kita selesaikan.

Kita tidak tahu kapan akan meninggalkan dunia, tapi kita bisa memilih apa yang akan kita wariskan—bukan sekadar benda, melainkan jejak kasih, kerapihan, dan perhatian yang akan memudahkan langkah orang-orang yang kita cintai.

Buku ini bukan hanya tentang kematian. Ini buku tentang cara hidup yang sadar, teratur, dan penuh cinta.

Membacanya membuat kita ingin segera mengirim pesan pada teman lama, mengatur dokumen penting, atau sekadar menata meja kerja.

Karena suatu hari nanti, benda-benda itulah yang akan berbicara tentang kita—saat kita sudah tak bisa lagi bercerita.***