DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Tuan MH Manullang, Wartawan Pejuang Layak Jadi Pahlawan Nasional

image
Tuan MH Manullang, Wartawan Kawakan yang Layak Jadi Pahlawan Nasional.

ORBITINDONESIA - Perjuangan Tuan MH Manullang yang demikian panjang dan konsisten melawan penjajah, sudah selayaknya memperoleh penghargaan Pahlawan Nasional.

Tiga kali masuk penjara oleh tiga penjajah yang berbeda, dan sudah tiga kali pula memperoleh penghargaan Perintis Kemerdekaan RI.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Dia pula wartawan kawakan yang mendirikan lima surat kabar untuk membangkitkan perlawanan.

Baca Juga: Ini Jadwal dan Lokasi Konser FIRST LOVE WEi pada September - Oktober 2022, Indonesia Masuk?

Tanah Batak tidak menjadi daerah perkebunan seperti Sumatra Utara Bagian Timur, adalah berkat perjuangan Tuan MH, yang gigih melawan ekspansi agraria Hindia Belanda.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Melalui surat kabar Soara Batak, Tuan MH membangkitkan kesadaran dengan semboyan: Oela Tanom Oelang Digomak Oelanda (Olah Tanahmu Supaya Jangan Diambil Belanda).

Demikian gagasan yang berkembang dalam seminar “Tuan Manullang Pahlawan Indonesia dari Tanah Batak” dengan pembicara Prof Dr Asvi Warman Adam APU (Badan Riset dan Inovasi Nasional, BRIN), Dr Phil Ichwan Azhari MS, dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Medan (unimed) yang diadakan secara hybrid Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Medan, Sabtu 16 Juli 2022.

Seminar dengan opening speech Dekan FIS Unimed, Dra Nurmala Berutu MPd, moderator Dr Rosmaida Sinaga MHum (dosen Sejarah Unimed), adalah seminar ketiga yang diadakan Sejarah Unimed – Pelopor/penggagas Tuan MH menjadi Pahlawan Nasional.

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Baca Juga: WEi Bakal Gelar Konser FIRST LOVE Keliling Dunia, Mulai dari Bangkok hingga New York, RUi Wajib Tahu

Tuan MH sudah secara resmi diajukan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara  untuk menjadi Pahlawan Nasional, surat resmi 31 Maret 2021 dan 29 Maret 2022.

“Kalau Tuan MH Manullang tidak menentang ekspansi agraria, Tanah Batak (Tapanuli) sudah menjadi areal perkebunan sawit seperti Sumatra Timur. Jadi Tuan MH berjasa bagi masyarakat Tapanuli atau Tanah Batak, berjasa bagi bangsa dengan menumbuhkan bibit-bibit nasionalisme dan perlawanan terhadap penjajah,” kata Ichwan Azhari.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Prof Dr Asvi Warman Adam mengungkapkan, Mangaradja Hezekiel (MH) Manullang, lahir di Tarutung 20 Desember 1887, meninggal di Jakarta 20 April 1979 (dimakamkan di Tarutung, Tapanuli Utara).

Dia  adalah wartawan kawakan, pendiri sedikitnya lima surat kabar legendaris di Sumatra Utara semasa Hindia Belanda. Yang pertama adalah  Binsar Sinondang Batak (BSB) tahun 1905.

Baca Juga: Ini Daftar Indeks Reputasi 30 Besar Idol Grup Vokal Pria Korsel, Idol Kamu Ranking Berapa?

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Kemudian Soara Batak (1919-1922), Persamaan (1924), Pertjatoeran (1926) dan Persatoean (1929). Kelima  koran ini menentang keras “ekspansi agraria (perampasan tanah) rakyat” untuk dijadikan perkebunan.

Hukum Hindia Belanda, perkebunan hanya boleh di lahan menganggur. Tak habis akal, Tuan MH Manullang kampanye agar jangan ada tanah yang menganggur.

Menurut Dr Phil Ichwan Azhari MS, kampanye itulah yang membuat membuat Soara Batak dibredel Belanda.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Ditambah lagi, dia menentang keras kerja rodi (kerja paksa) dan pajak yang tinggi. Tuan MH dimasukkan ke Penjara Cipinang (Batavia).

Baca Juga: Menerobos Palang Perlintasan Kereta yang Ditutup, Tukang Ojek Ini Alami Nasib Fatal

“Tak kenal takut, sebelum ke Batavia, dia terlebih dahulu mengikuti Kongres Sumatera di Padang,” kata Prof Asvi Warman Adam.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Berlayar dari Padang, tiba di Tanjungpriok Maret 1922, dia disambut teman-teman seperjuangan. Ia masuk Cipinang pada 26 Agustus 1922 dengan gagah berani, diantar para pendukung, di mana Tuan MH masih sempat berpidato membakar semangat. Penjara menjadi “universitas” bagi Tuan MH, membuatnya kian mantap menapak garis perjuangan.

Setelah bebas dari Cipinang 1923, pada  17 Februari 1924 dia menyelenggarakan Kongres Persatuan Tapanuli – dengan peserta: Sarekat Islam Tapanuli, Hatopan Kristen Batak, Komite Persatuan Sumatra dan banyak organisasi lagi. Di sini, dia sudah sadar, semen elemen bangsa harus berjuang bersama.

Tahun 1924 menerbitkan surat kabar Persamaan di Sibolga, berbahasa Melayu. Setelah memiliki perusahaan percetakan Kemajuan Bangsa, 1926 menerbitkan surat kabar Pertjatoeran juga di Sibolga.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Baca Juga: Contoh Perkenalan Diri saat MPLS agar Tidak Canggung dan Malu

Cakrawala perjuangan semakin luas, surat kabar tidak lagi berbahasa Batak, tapi sudah berbahasa Melayu. Bibit kebangsaan semakin kental. Dia pun sudah sadar, bukan hanya kecakapan jurnalistik, alat produksi juga perlu.

Sekolah ke Singapura

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

Koran BSB yang “dibunuh” Belanda (1907) yang cetak di Padang, diterbitkan Tuan MH ketika masih berusia 18. Setelah BSB “dibunuh,” tahun 1907 itu juga Tuan MH sekolah ke Singapura, di Methodist Senior Cambridge School (MSCS).

Tahun 1910 kembali ke Tanah Air, mendirikan sekolah di 7 tempat di Jawa Barat. Tuan MH menurunkan uang sekolah untuk pribumi dari 2,5  Gulden menjadi hanya 25 sen.

Baca Juga: Teka Teki MPLS: Apa Artinya Buah Dad Say Yes? Ternyata Jawabannya Ini

Baca Juga: Unik, Polda Jatim Luncurkan Aplikasi Ilmu Semeru untuk Cari Motor yang Hilang Akibat Dicuri

Pada masa-masa mengelola sekolah itulah Tuan MH bergaul dengan para pejuang seperti  Abdul Muis di Bandung, Agus Salim di Batavia dan HOS Tjokroaminoto di Surabaya.

Cakrawala Tuan MH sudah luas, menyadari bahwa kesadaran kebangsaan harus bersama-sama dibangkitkan semua kalangan, nasionalisme lepas dari ikatan primordial.

Tahun 1916 dia kembali ke Tanah Batak. Tahun 1917 mendirikan sekolah berbahasa Inggris di Balige. Tahun 1920 mendirikan Soara Batak, melawan ekpansi agraria penjajah.

Baca Juga: 10 Fakta Kasus Oknum Paspampres Culik dan Aniaya Warga Bireuen Aceh hingga Tewas

Soara Batak dibredel (1922), Tuan MH dipenjarakan di Cipinang 1922-1923. Setelah bebas, dia terus berjuang.

Baca Juga: Teka Teki MPLS: Apa Artinya Buah Dad Say Yes? Ternyata Jawabannya Ini

Pun di zaman Kempetai Jepang, Tuan MH 1942 dia dipenjarakan 1 tahun 3 bulan di Tarutung. April 1949 juga dipenjarakan penjajah NICA.

Baca Juga: 5 Kabupaten dengan Penduduk Paling Miskin di Jawa Barat, Ini Penyebabnya

Jadi komplit, dia dipenjarakan tiga penjajah yang berbeda: Belanda, Jepang, dan NICA.

Perintis Kemerdekaan

“Perjuangan panjang MH Manullang, sudah diapresiasi pemerintah, dengan  tiga kali mendapat penghargaan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu tahun-tahun 1948, 1958 dan 1967. Maka kita sebagai bangsa yang menghargai jasa pahlawan, sudah selayaknyalah memberi gelar pahlawan nasional kepada Tuan MH –  Level yang sesuai untuknya,” tandas Prof Dr Asvi Warman Adam.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Warung Makan Paling Terkenal di Jakarta Selatan, Cita Rasanya Bikin Nagih

Baca Juga: Ketentuan dan Larangan dalam Pelaksanaan MPLS Tingkat SMP yang Perlu Diperhatikan, Dilarang Pelonco Siswa Baru

Di zaman Republik, 1 Desember 1946 Tuan MH Manullang diangkat menjadi Kepala Urusan Bangsa Asing (SK Gubernur Sumatra Nomor: 498), dengan gaji R 335. SK Gubernur Sumatra Nomor:  47/Bkt/U tertanggal 15 April 1948, Tuan MH Manullang diangkat menjadi Ketua Pekerja Pertjetakan ORIP, ditunjuk menandatangani uang kertas dengan nominal R50, R25 dan R5.

Tanggal 20 Mei 1948, Tuan MH Manullang memperoleh penghargaan Perintis Kemerdekaan. 20 Mei 1958, juga memperoleh penghargaan Perintis Kemerdekaan. Melalui SK Menteri Sosial RI tanggal 2 Oktober 1967, Tuan MH Manullang kembali mendapat penghormatan sebagai Perintis Pergerakan Kebangsaan & Kemerdekaan Bangsa.

Baca Juga: Beberapa Judul Drama yang Ditunggu Season kedua, dari Drakor Sweet Home sampai Extraordinary Attorney Woo

Perjuangan Tuan MH dibicarakan oleh sedikitnya dua peneliti asing, dalam disertasi mereka yang kemudian menjadi buku. Yaitu Lance Castles (buku edisi Inggris1972), dan edisi Indonesia 2001. Kemudian disertasi Daniel Perret (buku edisi Perancis 1995), edisi Indonesia 2010.

Di masa tua, dia banyak membantu peneliti asing, memberi banyak referensi mengenai perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tuan MH Manullang adalah pejuang sejati sepanjang hayat, intelektual, tetap peduli pada perkembangan bangsa. Penguasaan bahasa Inggris membuatnya juga mampu mengikuti perkembangan internasional. “Dia bekerja melebihi tugasnya,” kata Prof  Asvi Warman Adam.

Baca Juga: Terlengkap, Harga Minyak Goreng Kemasan di Alfamart dan Indomaret Per 16 Juli 2022

Baca Juga: Berikut Jadwal Lengkap Piala Dunia U17 2023, Timnas Indonesia U17 Main di Gelora Bung Tomo

Prof Dr Syawal Gultom MPd, Gurubesar FIS Unimed, menanggapi kedua pembicara, mengatakan, sudah selayaknyalah Tuan MH menjadi pahlawan nasional. Hal yang sama dikemukakan Pro Dr PTD Sihombing MSc SPd, yang penulis buku tentang Tuan MH. “Beliau sudah seharusnya menjadi pahlawan nasional,” kata PTD.

“Dia gigih menentang ekspansi perkebunan di Tapanuli. Menurut hemat saya sebagai peneliti tanah-tanah adat di Tapanuli, maka Tuan MH layak menjadi pahlawan nasional,” kata Dr Edy Ikhsan SH MA, Pembantu Rektor II Unimed. Dalam seminar lalu, Prof Dr Hermawan Sulistyo MA PhD APU, juga mengemukakan, Tuan MH memenuhi semua kriteria menjadi pahlawan nasional. ***

Berita Terkait