Childfree dan Dampaknya bagi Demografi dan Budaya Bali

ORBITINDONESIA.COM – Fenomena childfree kini semakin populer di kalangan generasi muda Indonesia, menggeser pandangan tradisional tentang makna keluarga. Di Bali, pergeseran ini membawa tantangan tersendiri bagi kelangsungan budaya dan demografi.

Pepatah lama 'banyak anak, banyak rejeki' kini mulai digantikan oleh pemikiran baru bahwa memiliki anak adalah keputusan yang harus dipertimbangkan matang. Survei Katadata Insight Center menunjukkan bahwa 13% generasi muda di Indonesia memilih untuk tidak memiliki anak, mengutip alasan ekonomi dan ketakutan akan biaya hidup.

Tren childfree telah menurunkan Total Fertility Rate (TFR) di berbagai negara maju dan kini mulai terlihat di Indonesia. Dalam konteks Bali, TFR telah menurun di bawah tingkat pengganti generasi, menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan populasi dan keberlanjutan adat setempat. Migrasi anak muda ke kota juga memperparah situasi ini.

Memilih untuk tidak memiliki anak adalah hak individu yang harus dihormati, namun ada dampak jangka panjang terhadap keberlangsungan masyarakat. Di Bali, anak laki-laki memegang peranan penting dalam menjaga tradisi dan adat. Fenomena childfree dan migrasi muda mengancam kesinambungan tersebut.

Tren childfree di Bali mencerminkan perubahan zaman yang memerlukan keseimbangan antara hak individu dan tanggung jawab sosial. Pilihan untuk tidak memiliki anak harus disertai pemahaman akan dampaknya terhadap warisan budaya. Apakah kita siap menghadapi perubahan ini dan menjaga warisan leluhur agar tetap hidup?

(Orbit dari berbagai sumber, 8 September 2025)