Kontroversi Merger Pelita Air dan Garuda: Antara Harapan dan Kekhawatiran
ORBITINDONESIA.COM – Rencana penggabungan Pelita Air dengan Garuda Indonesia memicu perdebatan sengit di kalangan anggota DPR, mencerminkan kekhawatiran akan dampak budaya kerja yang berbeda.
Pemerintah, melalui kebijakan Presiden Prabowo Subianto, berencana menggabungkan Pelita Air dengan Garuda Indonesia dalam upaya restrukturisasi. Namun, langkah ini menimbulkan pro dan kontra, terutama terkait potensi dampak negatif terhadap reputasi Pelita Air yang kini diakui memiliki layanan unggul.
Pelita Air, sebagai anak perusahaan PT Pertamina, telah menunjukkan kinerja positif, terbukti dari tidak lagi membebani keuangan induknya. Anggota DPR, seperti Mufti Anam, khawatir penggabungan ini dapat merusak kualitas layanan Pelita yang kini lebih baik dibanding Garuda. Data menunjukkan bahwa Pelita Air berhasil menjaga ketepatan waktu dan kebersihan, atribut yang kini dikhawatirkan akan tergerus.
Pandangan dari Mufti Anam dan Kawendra Lukistian menyoroti potensi 'penularan' budaya kerja negatif dari Garuda Indonesia ke Pelita Air. Mereka menegaskan pentingnya menjaga kualitas dan budaya positif yang telah dibangun Pelita, sambil berharap jika merger tetap dilakukan, harus ada jaminan perbaikan dari pihak Garuda.
Rencana merger ini memerlukan pertimbangan matang, dengan fokus pada pelestarian kualitas layanan dan budaya kerja positif. Apakah mungkin menyatukan dua entitas dengan budaya berbeda tanpa mengorbankan yang lebih baik? Ini adalah tantangan yang harus dijawab sebelum merger dilaksanakan. (Orbit dari berbagai sumber, 27 September 2025)