Dokter Afriyanti Sandhi: Teknologi Robotik Permudah Rekonstruksi Payudara pada Operasi Kanker

ORBITINDONESIA.COM - Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik, Afriyanti Sandhi mengatakan, teknologi bedah robotik Skin Sparing Mastektomi memudahkan rekonstruksi payudara, tidak hanya mempertimbangkan segi estetika, namun dapat mempertahankan jaringan sehat yang ada di sekitar payudara.

"Dengan adanya teknik robotik skin sparing mastectomy ini kami dari tim bedah plastik amat sangat diuntungkan karena jaringan tumor yang diambil itu presisi, jaringan sehat yang ditinggalkan itu masih cukup volumenya untuk kami bisa mengembalikan bentuk payudara yang sebaik mungkin seperti sebelum operasi," kata Afriyanti Sandhi saat peluncuran teknologi robotik Skin Sparing Mastektomi RSU Bunda di Jakarta, Jumat, 10 Oktober 2025.

Afriyanti Sandhi, dokter lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan, dalam operasi tersebut, fokus dokter onkologi bekerja sama dengan bedah plastik tidak hanya mengangkat jaringan kanker, tetapi juga menghadirkan hasil rekonstruksi yang alami.

Dengan mempertahankan anatomi sekaligus membentuk kembali payudara pada saat yang sama, pasien dapat melalui proses pemulihan dengan lebih cepat dan lebih percaya diri.

Sandhi menjelaskan, pendekatan rekonstruksi payudara bisa dengan dua cara yakni dengan menggunakan implan silikon dengan efek samping bentuk tidak natural, dan kemungkinan tubuh tidak bisa menerima benda asing dan berefek pada peradangan di sekitar lokasi operasi.

Pendekatan lain yaitu autologus flap yang kini menjadi pilihan utama pasien, yakni prosedur bedah rekonstruksi yang menggunakan jaringan (kulit, lemak, dan terkadang otot) dari bagian tubuh lain pasien, seperti perut, punggung, atau paha, untuk membentuk ulang area tubuh yang hilang atau rusak.

"Sehingga nanti akan dibuat payudara baru menggantikan jaringan yang hilang dan ini hasilnya lebih natural, lebih alami dan juga penyembuhannya lebih cepat dan luka yang ditinggalkan pun sangat minimal hanya satu garis dan tersembunyi di area punggung," jelas Sandhi.

Namun Sandhi mengatakan masih ada tantangan ekspektasi pasien pada rekonstruksi payudara saat operasi pengangkatan kanker payudara yang menjadi perhatian dokter bedah plastik terutama pada pasien berusia produktif di bawah 40 tahun.

Sandhi mengatakan, adanya teknologi robotik untuk operasi kanker payudara sangat menguntungkan dokter maupun pasien, dibandingkan operasi konvensional yang banyak menghilangkan jaringan sehat di sekitar payudara karena sayatan yang besar.

Untuk penyembuhan juga lebih minimal dengan 3-5 hari perawatan di rumah sakit dan dokter akan memantau vitalitas dari kulit dan flap yang dikerjakan. Pasien dan keluarga juga akan diajarkan cara merawat luka di rumah dan bisa beraktivitas seperti biasa.

"Kalau untuk perawatan pasien operasinya ya otomatis olahraga berat nggak boleh dulu karena kan kita butuh waktu untuk penyembuhan, tapi kalau untuk daily activity kayak jalan, kegiatan hari-hari, memasak mungkin ibu-ibu di rumah ya, itu sih biasa aja sebenarnya, nggak ada hambatan apa pun," kata Sandhi.***