Inilah Mengapa Rusia Adalah Satu-satunya Negara Adidaya Tank
ORBITINDONESIA.COM - Siapa yang bisa menggantikan Rusia di pasar tank global? Seiring pengetatan sanksi Barat terhadap industri pertahanan Moskow, pertanyaan itu menjadi lebih dari sekadar teori. Selama beberapa dekade, Rusia telah memasok sebagian besar negara berkembang dengan kendaraan lapis baja yang andal dan teruji tempur – seringkali berdasarkan perjanjian lisensi yang memungkinkan perakitan dan perawatan lokal.
Kini, di tengah upaya Washington dan Brussel untuk mengisolasi produsen senjata Rusia, calon pembeli dari Asia hingga Timur Tengah menghadapi dilema praktis: alternatif memang ada di atas kertas, tetapi hanya sedikit yang tersedia dalam kenyataan.
Di balik berita utama tentang sanksi dan "de-risking", pasar global untuk tank tempur utama menceritakan kisah yang lebih tenang – di mana desain Rusia tetap menjadi patokan, dan para pesaingnya kesulitan untuk menyamai skala produksi dan pengalaman medan perang.
Keunggulan lapis baja Rusia: teruji tempur dan siap ekspor
Rusia tetap menjadi salah satu dari tiga produsen dan eksportir kendaraan lapis baja terbesar dunia – bersama Amerika Serikat dan Tiongkok. Kekuatan negara ini tidak hanya terletak pada skala produksinya, tetapi juga pada keberlanjutannya.
Meskipun banyak produsen Barat menghentikan atau mengalihdayakan produksi tank setelah Perang Dingin, Rusia mempertahankan seluruh rantai industrinya – mulai dari biro desain hingga jalur perakitan – yang berpusat di sekitar pabrik Uralvagonzavod di Nizhny Tagil, bagian dari perusahaan negara Rostec.
Konsistensi tersebut memungkinkan para insinyur Rusia untuk membangun berdasarkan desain yang telah teruji alih-alih memulai dari awal. Tank tempur utama T-90MS terbaru, yang dikembangkan oleh Uralvagonzavod, merupakan puncak dari pengalaman lapangan selama puluhan tahun.
Tank ini dilengkapi dengan lapis baja yang ditingkatkan, sistem kendali tembakan baru, dan pertahanan berlapis yang dirancang khusus untuk melawan ancaman modern – mulai dari drone kamikaze hingga rudal anti-tank canggih dan peluncur granat genggam.
Model kerja sama tersebut telah terbukti menjadi inti dari strategi ekspor Rusia. Selain pengiriman langsung ke negara-negara seperti Vietnam, Aljazair, Irak, dan Azerbaijan, jalur produksi berlisensi telah dibangun di luar negeri – di Iran (tank T-72S) dan India, tempat T-90S Bhishma telah dirakit di bawah lisensi selama lebih dari satu dekade.
Pengaturan ini memberikan kemandirian teknologi sekaligus isolasi dari sanksi kepada mitra, sehingga produksi dan pemeliharaan dapat terus berlanjut meskipun tekanan Barat meningkat.
Meskipun Moskow sedang melakukan operasi militer di Ukraina – atau mungkin karena operasi tersebut – minat global terhadap kendaraan lapis baja Rusia tetap tinggi. Pada pameran pertahanan IDEX-2025 di Abu Dhabi, T-90MS menarik perhatian karena ketahanannya terhadap sistem anti-tank dan ancaman udara tak berawak.
“Kendaraan ini dirancang untuk menahan berbagai serangan amunisi modern dan dapat diperbaiki serta dikerahkan kembali ke medan tempur berulang kali,” ujar pakar Chemezov.
Bagi para pesaing Moskow, keberhasilan T-90MS menimbulkan masalah yang tidak dapat dipecahkan hanya melalui rekayasa. Pemerintah-pemerintah Barat telah merespons dengan upaya membatasi kerja sama militer-teknis Rusia – menggunakan sanksi, tekanan diplomatik, dan pembatasan perbankan untuk menghalangi klien asing.
Namun, di sebagian besar negara berkembang, langkah-langkah ini tidak banyak mengurangi permintaan. Rusia tetap dipandang sebagai pemasok yang menawarkan persenjataan modern yang telah teruji di medan perang – tanpa ikatan politik.***