Rupiah Digital dan Proyek Garuda: Pilar Kedaulatan Moneter Indonesia di Era Uang Digital

ORBITINDONESIA.COM - Bayangkan masa depan di mana semua transaksi — dari membeli kopi di warung hingga pembayaran lintas negara — dilakukan tanpa uang tunai, tanpa jeda, dan sepenuhnya dalam bentuk Rupiah Digital. Inilah visi besar di balik Proyek Garuda, inisiatif Bank Indonesia (BI) untuk mengembangkan Central Bank Digital Currency (CBDC) versi nasional.

Apa Itu CBDC dan Mengapa Penting?  

CBDC (Central Bank Digital Currency) adalah uang digital resmi yang diterbitkan langsung oleh bank sentral. Nilainya sama persis dengan uang fisik dan diakui sebagai alat pembayaran sah. Berbeda dari e-money yang diterbitkan swasta seperti GoPay atau OVO, Rupiah Digital adalah representasi digital dari kedaulatan moneter itu sendiri.  

Dengan CBDC, BI ingin memastikan bahwa Rupiah tetap menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah di Indonesia, baik di ruang fisik maupun digital. Di tengah derasnya arus transaksi digital global, langkah ini dianggap strategis untuk menjaga kedaulatan ekonomi dan mencegah dominasi sistem pembayaran asing.

Tiga Tahap Strategis Proyek Garuda  

Bank Indonesia menjalankan Proyek Garuda secara bertahap:
1. Wholesale CBDC – Tahap pertama yang berfokus pada transaksi antarbank dan lembaga keuangan besar. Uji coba tahap ini dimulai sejak akhir 2022 dan masih berjalan hingga kini.  
2. Integrasi Ekosistem Digital – Menyambungkan infrastruktur CBDC dengan sistem pembayaran domestik, termasuk QRIS dan jaringan fintech. BI tengah menyiapkan “sandbox” regulasi untuk tahap ini.  
3. Retail CBDC – Tahap akhir, di mana masyarakat umum dapat memegang dan menggunakan Rupiah Digital secara langsung. BI menargetkan uji coba publiknya bisa dimulai sekitar 2026–2027, setelah kesiapan infrastruktur dan regulasi dinilai matang.

Sejauh Mana Proyek Garuda Berjalan?  

Hingga 2025, Proyek Garuda telah memasuki tahap eksperimental lanjutan (pilot stage). BI telah merilis White Paper Tahap I (Desember 2022) yang menjelaskan desain dasar Rupiah Digital, arsitektur teknis, dan model distribusinya.  

Saat ini, BI bekerja sama dengan sejumlah bank besar nasional — seperti BRI, BCA, dan Mandiri — dalam uji coba sistem wholesale digital currency. Langkah berikutnya adalah uji integrasi lintas platform untuk menguji keamanan transaksi dan interoperabilitas dengan sistem pembayaran regional di ASEAN.

Manfaat Strategis  

- Efisiensi transaksi antarbank: Memangkas biaya dan waktu proses pembayaran.  
- Transparansi dan akuntabilitas: Semua transaksi tercatat secara digital, membantu mencegah pencucian uang.  
- Inklusi keuangan: Mendorong masyarakat non-bankable untuk mengakses layanan keuangan melalui platform digital resmi.  
- Kesiapan integrasi lintas negara: Indonesia siap berperan dalam jaringan pembayaran digital ASEAN dan BRICS.  

Meski menjanjikan, CBDC menghadapi tantangan besar. Serangan siber, perlindungan privasi data, dan kesiapan regulasi menjadi sorotan utama. Selain itu, adopsi masyarakat juga bergantung pada **kepercayaan publik terhadap sistem baru** ini.

Arti Besar bagi Indonesia  
Proyek Garuda bukan sekadar inovasi finansial — ini adalah pernyataan geopolitik ekonomi. Dengan Rupiah Digital, Indonesia ingin memastikan bahwa dalam ekonomi digital global yang makin terkoneksi, Rupiah tetap berdiri tegak sebagai simbol kedaulatan dan kepercayaan nasional.  

Jika semua berjalan sesuai rencana, pada akhir dekade ini Indonesia bisa menjadi salah satu pelopor utama mata uang digital bank sentral di kawasan Indo-Pasifik — sejajar dengan Tiongkok dan Uni Eropa yang lebih dulu melangkah.***