Sosok Perempuan di Balik Pemberdayaan Ibu-Ibu Desa dan Produk Lokal Mendunia
Hari Ibu selalu mengingatkan kita pada sosok perempuan yang luar biasa. Entah ia memilih bekerja di ruang publik atau sepenuhnya mengabdikan diri di rumah, keduanya sama-sama menjalani peran yang menuntut keteguhan hati yang luar biasa besar. Para ibu terkadang harus memikul tanggung jawab ganda yang sering kali tak terlihat, bekerja tanpa jeda, dan bahkan harus terus kuat bertahan demi keluarga.
Di balik rutinitas yang tampak biasa, para ibu sejatinya adalah perempuan-perempuan hebat yang kerap menunda mimpi pribadi demi memastikan kehidupan tetap berjalan, anak-anak tumbuh dengan pendampingan, dan keluarga memiliki harapan untuk masa depan. Dari keteguhan itulah banyak perubahan lahir, termasuk perubahan yang tumbuh dari desa-desa kecil.
Semangat itu pula yang tercermin dalam sosok Ella Rizki, seorang perempuan asal Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ia adalah salah satu perempuan hebat yang memilih menjadikan kepedulian sebagai jalan hidup, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi banyak ibu di desanya. Melalui langkah-langkah sederhana yang konsisten, Ella berhasil membuktikan bahwa perempuan desa mampu bangkit, mandiri, dan menciptakan dampak nyata bagi komunitas di sekitarnya.
Bagi Ella, kepedulian bukan sekadar perasaan, melainkan pilihan hidup. Ia melihat secara langsung bagaimana banyak ibu di desanya merantau jauh ke kota lain, bahkan hingga ke luar negeri, demi membantu perekonomian keluarga. Di balik keberanian itu, tersimpan konsekuensi yang tidak ringan: anak-anak terpaksa tumbuh tanpa kehadiran ibu dalam keseharian mereka, sementara jarak dan waktu perlahan menggerus kebersamaan keluarga.
“Saya sering bertanya, kenapa seorang ibu harus pergi sejauh itu untuk bisa bertahan hidup?” tutur Ella. “Padahal, mereka punya potensi besar jika diberi kesempatan di desanya sendiri.”
Berangkat dari kegelisahan tersebut, pada tahun 2015 Ella bersama beberapa perempuan desa mendirikan Kelompok Wanita Tani (KWT) Nira Lestari. Tujuannya sederhana namun bermakna: membuka ruang agar ibu-ibu desa bisa tetap dekat dengan keluarga, tanpa kehilangan kesempatan untuk mandiri secara ekonomi.
Ella memanfaatkan potensi alam di Kabupaten Magelang yang kaya akan pohon kelapa sebagai titik awal perjuangan bersama para ibu di desanya. Alih-alih menjual hasil alam secara mentah, ia mengajak mereka mengolah kelapa menjadi produk bernilai tambah. Perjalanan itu tidak selalu berjalan mulus. Pada tahap awal, produk yang dihasilkan sempat sulit diterima pasar, pembeli perlahan menghilang, dan aktivitas kelompok nyaris terhenti.
Tak ingin berhenti pada kegagalan, Ella memilih belajar. Saat masih menyelesaikan kuliahnya, ia mendalami branding, pemasaran digital, hingga strategi promosi. Ia mengikuti berbagai pelatihan dan webinar, lalu menerapkan ilmunya bersama para anggota KWT. Perlahan, hasilnya terlihat. Produksi gula semut kembali berjalan, bahkan meningkat hingga satu ton dalam sebulan. Semangat ibu-ibu pun tumbuh kembali.
“Perempuan tidak boleh takut belajar hal baru, meski merasa tertinggal. Ilmu itulah yang akhirnya menyelamatkan kami,” ujarnya.
Tak berhenti di sana, KWT Nira Lestari terus berkembang. Dengan bimbingan para ahli dan pengalaman Ella saat studi ke luar negeri, mereka berhasil mengembangkan berbagai produk turunan kelapa seperti Virgin Coconut Oil (VCO) dan madu nabati vegan dari bunga kelapa. Produk-produk ini bukan hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga simbol kepercayaan diri perempuan desa yang mulai berani bermimpi lebih besar.
Kesungguhan itu membuka peluang baru. Ella bertemu para eksportir, mengikuti berbagai forum, hingga akhirnya pada tahun 2022 KWT Nira Lestari bertransformasi menjadi PT. Nira Lestari International. Produk lokal buatan ibu-ibu desa kini menembus pasar global.
Namun bagi Ella, keberhasilan tidak diukur semata dari capaian ekspor atau angka penjualan. Lebih dari itu, kebahagiaan terletak pada perubahan yang dirasakan para ibu, ketika mereka merasa dihargai, tumbuh kepercayaan diri, dan memiliki pilihan untuk tetap bersama keluarga tanpa harus meninggalkan kesempatan bekerja dan mandiri secara ekonomi.
Di Hari Ibu, kisah ini mengingatkan bahwa perubahan kerap berawal dari kepedulian sederhana dan keberanian untuk bertahan. Ketika seorang perempuan memilih hadir, mendengar, dan tumbuh bersama komunitasnya, dampaknya tidak hanya menguatkan keluarga, tetapi juga bisa menumbuhkan harapan bagi masa depan dan sekitarnya.