DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kronologi Atta Halilintar Dilaporkan ke Polisi atas Dugaan Penipuan Robot Trading Net89

image
Atta Halilintar dan Taqy Malik ikut terseret dalam kasus robot trading Net89

ORBITIINDONESIA- Atta Halilintar dan  sejumlah figur publik lainnya yaitu Taqy Malik, Adri Prakarsa, Kevin Aprilio, hingga Mario Teguh dilaporkan ke Bareskrim Polri pada Rabu 26 Oktober 2022 kemarin diduga terlibat dalam kasus penipuan investasi robot trading Net89.

M Zainul Arifin selaku kuasa hukum dari 230 korban investasi robot trading Net89. yelah membuat laporan di Bareskrim Polri.

Baca Juga: Liga Inggris: Sheffield United Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

"Kita buat laporan polisi terkait dengan dugaan tindak pidana penipuan atau penggelapan perdagangan tanpa izin melalui media elektronik yang diduga dilakukan oleh individu-individu atau korporasi robot trading Net89," ujar Zainul di Bareskrim Polri.

Zainul menjelaskan laporan tersebut idiajukan lantaran mereka diduga ikut menerima keuntungan baik dari hasil lelang maupun promosi.

Baca Juga: BPOM Tegaskan Tidak ada Sampo Dove yang Bisa Sebabkan Kanker di Pasaran Indonesia

Baca Juga: Liga 1: Persib Bandung Pastikan Masuk ke Championship Series

Sedangkan uang itu diduga merupakan hasil tindak pidana pencucian uang (TPPU) milik para korban.

Zainul merincikan, Atta Halilintar diduga mendapatkan uang hasil penipuan robot trading dari founder Net89 Reza Paten dengan modus lelang bandana sebesar Rp2,2 miliar.

Bagaimana kronologi dugaan penipuan robot trading Net89?

Baca Juga: Megawati Sampaikan Surat Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan ke Mahkamah Konstitusi: Semoga MK Bukan Ketok Palu Godam

Bambang Lukman termasuk member robot trading Net89 yang diselenggarakan oleh PT Simbiotik Multitalenta Indonesia (SMI) pada Juni 2019 merasa yakin di awal.

"Januari-Juni saya ada di grup tersebut, saya amati percakapan, masalah, profit, wajar sekali. Background saya profesional (di dunia trading), enam bulan di grup tersebut, bagi saya sudah cukup pengamatan; ini (Net89) sebuah bisnis yang wajar," katanya.

Baca Juga: BPOM Tegaskan Tidak ada Sampo Dove yang Bisa Sebabkan Kanker di Pasaran Indonesia

Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang

Bambang Lukman dengan keyakinanya memutuskan join dan berinvestasi dana sejumlah Rp1 miliar untuk trading.

Bambang Lukman menjelaskan untuk menjadi nasabah Net89,harus membeli paket e-book Net89 dengan jumlah yang sudah ditentukan dan daftar ke broker yang dirujuk PT SMI.

Selanjutnya calon member akan mendapat link secara otomatis diikutsertakan dalam robot trading forex.

Baca Juga: Todung Mulya Lubis: TPN Ganjar-Mahfud Minta Mahkamah Konstitusi Hadirkan Kapolri Dalam Sidang PHPU Pilpres

Trading Forex Robotik Net89 sendiri termasuk kegiatan trading forex euro-dolar AS dengan broker luar negeri, yaitu Maxglobal, Zentrade, Global Premier, dan Blafx.

Ternyata hasil trading member Net89 dikenakan profit sharing sesuai paketnya.

Bambang menambahkan selama proses trading sampai berakhir 27 Januari 2022 tidak ada masalah dan berjalan lancar.

Baca Juga: Sidang Komite Disiplin PSSI: Persita Tangerang, Persebaya Surabaya, PSS Sleman Didenda Seratusan Juta

Baca Juga: Contoh Khutbah Jumat Lengkap dengan Bahasa Arab Tema Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober

Penghentian robot trading Net89 terjadi ketika Bareskrim Polri mengeluarkan perintah untuk para penyelenggara trading forex robotik menghentikan aktivitasnya dengan alasan marak skema ponzi.

Ditambah dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) memblokir Net89 pada Februari 2022.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

PT SMI segera bertindak dengan mengarahkan seluruh member Net89 untuk segera mengikuti program Withdraw All (penarikan semua dana) dari broker masing-masing.

Bambang menuturkan dari sini awal mula masalah terjadi untuk tahap awal Withdraw All dibatasi jumlahnya maksimal US$500 per member.

Kenyatataanya hanya 7 persen dari total sekitar 200 ribu member yang bisa melakukan Withdraw All.

Baca Juga: DKI Jakarta Temukan Ratusan Penerima Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul tidak Sesuai Data

Dan tidak semua bisa mengambil US$500 atau setara Rp7,49 juta (jika kurs Rp14.994 per dolar AS).

Baca Juga: Kronologi Pesawat Lion Air Putar Balik Setelah 30 Menit Lepas Landas Rute Jakarta Palembang

Akibatnya member hanya bisa mengambil uang di bawah angka tersebut.

Baca Juga: Hasil Rapat Rekapitulasi, KPU RI Sahkan Prabowo-Gibran Unggul di Kalimantan Barat

Sementara Bambang baru bisa mengambil dana US$350 atau Rp5,24 juta dari total dana Rp1 miliar.

Ia menjelaskan sudah lebih dari enam bulan PT SMI belum memberikan kejelasan. 

"Aneh sekali, kalau memang betul niatan dari siapapun pihak broker atau PT SMI, ingin bantu kenapa tidak dibuka secara langsung, itu kan dana kami," kata Bambang.

Baca Juga: KBRI Tokyo Kawal Penanganan 20 Warga Indonesia Anak Buah Kapal Jepang Fukuei-Maru yang Kandas di Izu

Lanjut Bambang menceritakan terkait Komisaris Utama PT SMI Andreas Andreyanto menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan broker, tapi broker bungkam.

Malah manajemen pun sepertinya mewacanakan atas risiko gagal bayar oleh broker.

Baca Juga: Kucing Sering Menguap Padahal Tidak Merasa Mengantuk? Kenali Alasannya Berikut Ini

Baca Juga: Liga 1: Petik Hasil Seri Melawan Bhayangkara FC, Arema FC Merangkak Naik Satu Peringkat

Masih menurut Bambang, adanya program Withdraw All Net89 hanya rekayasa PT SMI.

Program ini terlihat untuk mengulur waktu dari PT SMI cuci tangan sendiri dari penyalahgunaan deposit member Net89 di broker.

"Besaran dana juga kami konservatif, kami ambil rata-ratanya saja, yang paling kecil itu kan US$500. Ada yang US$500 ribu, US$5.000, US$10 ribu, US$20 ribu, US$50 ribu, US$100 ribu, itu lumayan banyak juga. Kami cukup US$500 saja itu kalau di rata-ratakan (kerugian) bisa Rp10 triliun lebih," jelasnya.

Baca Juga: Lewat Sebuah Diskusi Berdua: Inilah Alasan Denny JA Memilih Berdiri di Samping Presiden Jokowi

Menurutnya, sudah banyak member Net89 yang kesulitan hingga menjual harta-benda untuk bertahan hidup. Selain itu, masa depan keluarga para member ikut terancam karena penurunan kualitas hidup, kesehatan, dan pendidikan.

Komisaris Utama PT SMI Andreas Andreyant saat ditanya mengenai keluhan para nasabah Net89, justru mempertanyakan tudingan dari para member.

Ia pun menagih bukti dari tuduhan-tuduhan tersebut.
"Ya coba tanyakan ke Gempur Net89 saja dulu, bukti apa saja yang dia punya sehingga bisa berkata begitu," kata Andreas melalui pesan singkat.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Pers Bukan Sekadar Pilar Demokrasi, Namun Juga Ikut Bermain Politik

Ketika di konfirmasi terkait dana Withdraw All yang belum tersalurkan, Andreas belum menjawab.***

Berita Terkait