DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kenapa Barat Sebarkan Propaganda Anti China

image
China tingkatkan hubungan dengan Rusia, bikin Barat makin kesal.

ORBITINDONESIA - Amerika Serikat dan Barat tanpa malu melalui corong mesin kapitalismenya IMF mengakui kehebatan perekonomian China saat ini terhadap tekanan gelombang cadas perekonomian global.

Konsistensi terhadap kultur dan sistem perekonomian komunis moderat yang dianutnya telah mampu mengantarkan China sebagai negara raksasa ekonomi dunia, "Siapapun boleh menjadi kayaraya, tetapi dikanan dan kiri orang kayaraya tidak boleh ada orang miskin".

Tidak seperti China, negara berpaham ekonomi kapitalis Barat dan negara-negara boneka kapitalis seperti Indonesia di era rezim Soeharto dan SBY, penguasaan perekonomian dan sumber daya alamya terakumulasi dan terkonsentrasi kepada penguasa, kroni dan kepentingan kapitalis asing.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Sekarang Mau ke Korsel Bisa Terbang Langsung dari Manado

Sehingga rakyat tidak mendapatkan pembagian apa-apa dari yang disebut kue pembangunan. Trickle-down effect economy, tetesan ekonomi ke bawah hanyalah lips service dan lebih sebagai tipu-tipu dan pemanis kapitalisme yang jauh dari praktik dan realita keadilan sosial.

Praktek yang terjadi di lapangan bahwa penguasa bersama kelompok konglomerasi usaha yang dibesarkannya semakin korup dan pelit terhadap rakyat yang telah termiskinkan secara terstruktural. "Yang terlanjur besar dan kaya semakin kaya, yang kecil dan miskin semakin miskin".

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Tidak seperti negara berpaham ekonomi kapitalis Barat dan negara_negara boneka kapitalis. Di negara China seluruh potensi perekonomian dan sumber kekayaan alam yang dimilikinya dapat terdisribusikan secara proposional kepada seluruh penduduk China.

Sehingga China dengan jumlah penduduk 1.40 miliar dengan PDB 14.3 triliun dollar dan income pecapita 10.217 dollars, mampu menjadi negara raksasa ekonomi dunia setelah Amerika Serikat dengan jumlah penduduk hanya 328 juta, empat kali lebih kecil dari jumlah penduduk China.

Baca Juga: Menkominfo Sebut Hacker Bjorka Hanya Bocorkan Data Umum dan Lama

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Bisnis dan investasi China menguntungkan bagi kedua belah pihak, bagi negara tujuan investasi akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat tanpa mengalami tekanan maupun ketertidasan.

China pure berbisnis dan berinvestasi global. China bukan menjajah dan menindas menguasai perekonomian dan sumber daya alam, seperti yang dilakukan oleh imperialis kapitalis Amerika Serikat dan Barat terhadap banyak negara.

Fakta ekonomi global pada saat ini berbicara bahwa perekonomian RRC sedikitpun tidak terkontraksi oleh tekanan ekonomi global yang sesungguhnya sedang diskenariokan oleh AS dan Barat.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Perekonomian China bagaikan gunung es raksasa yang sedang meleleh, mencair dan membanjiri perekonomian dunia.

Baca Juga: Santri Ponpes Persis Rancabango Babak Belur Dianiaya 16 Temannya, Orangtua Tidak Terima

Bisnis dan investasi China super efisien dan mobile, sangat mudah direlokasikan dari negara satu ke negara lainnya. China memiliki capital again sangat besar dan mampu menggerakkan bisnis dan investasinya dalam skala global.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Teknologi canggih yang telah dikuasai oleh China  tidak hanya akan memenangkan persaingan, tetapi lebih dari itu yaitu akan berakibat teknologi AS dan Barat usang, menjadi rongsokan besi tua dan terpaksa terkubur dalam-dalam.

Sebagai negara raksasa ekonomi dunia, China menjadi ancaman besar bagi kepentingan ekonomi, politik dan pengaruh Amerika Serikat dan Barat di setiap wilayah negara kepentingan hegemoni imperialismenya.

Cepat atau lambat akan mencukur habis dan menggulung seluruh kepentingan hegemoni imperialis kapitalis Amerika Serikat dan Barat di banyak negara wilayah kekuasaan hegemoninya.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Pengendali 75 Kilogram Ganja di Bandarlampung Dituntut Hukuman Mati

Di tengah percaturan politik dan ekonomi global yang vulgar dan menggila, dari Indonesia lahir seorang pemimpin brilian bernama Ir. Joko Widodo atau biasa disebut Jokowi. Presiden Jokowi hadir tepat pada momennya.

Hebatnya presiden Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan banyak diwarnai dengan terobosan dan manuver politik dan ekonomi di tingkat domistik dalam negeri maupun global.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Ini telah membuat kelompok pengkhianat dan perusak cita_luhur bangsa hanya bisa plonga-plongo, shock dan akhirnya mencak-mencak dendam kesumat tanpa arah dan tujuan.

Amerika Serikat dan Uni Eropa yang sejak rezim orde baru Soeharto hingga SBY berkuasa dengan mudahnya merampok sumber daya alam Indonesia kini dibuat mati kutu oleh pemerintah presiden Jokowi, kehilangan akal lakukan gertak sambal gugat ke WTO.

Baca Juga: NCT 127 Gelar Konser di Jakarta 5 November 2022, Simak Harga Tiket yang Tersedia di Sini

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Dalam jangka waktu cukup singkat hubungan kerjasama yang efektif dan efisien di bidang bisnis dan investasi dengan banyak negara khususnya China telah berdampak luar biasa.

Yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia di tingkat negara G_20 terbukti relatif terbaik ke dua setelah China, dan penguatan struktur dan fondamental perekonomian Indonesia.

Di bawah kepemimpinan presiden Jokowi, Indonesia berada di track yang lurus dan benar membangun dan menjalin hubungan kerjasama bilateral dengan RRC "Poros Jakarta_Beijing", maupun kerjasama multilateral dengan negara_negara di kawasan regional Asean dan Asia Pasifik.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Saat yang tepat Indonesia melangkah cepat melepaskan diri dan meninggalkan jeratan cengkeraman gurita imperialis asing kapitalis Amerika Serikat dan Barat yang selama hampir setengah abad menggerogoti perekonomian dan mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, untuk menuju Indonesia maju, berkesejahteraan, berkeadilan, berperadaban, berdikari disegani oleh negara_negara di dunia.

Baca Juga: Bersiap, Polisi Berlakukan Tilang Lewat HP Mulai Pekan Depan, Ini Penjelasannya

Rakyat Indonesia sangatlah cerdas dan rasional sehingga abai terhadap propaganda anti China dan daur ulang isu kebangkitan PKI, karena propaganda tersebut pertanda bahwa AS dan Barat sedang melakukan manuver politik melalui antek, jongos dan bonekanya di Indonesia, untuk membenci, memusuhi, mendegradasi, melakukan perlawanan dan pembangkangan terhadap pemerintah sebagai upaya penggulingan di tengah jalan.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Siapapun kepemimpinan nasional Indonesia yang bukan boneka AS dan Barat yang tidak tunduk dan tidak mau bekerjasama mengikuti kemauannya tanpa terkecuali presiden Jokowi siap-siap akan mendapat rongrongan dan tekanan yang bisa berujung penggulingan.

Seperti peristiwa politik berdarah adudomba antar anak bangsa yang puncaknya telah terjadi di tahun 1965 berhasil untuk menggulingkan Soekarno dari kursi kepresidenan dan mendaulat Soeharto sebagai penguasa boneka.

*Cukup 32+10 tahun tertekan dan didikte oleh kepentingan AS dan Barat melalui tangan rezim orde baru Soeharto dan SBY, bangsa di negeri ini hidup diketiak imperialis kapitalis Amerika Serikat dan Barat.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Baca Juga: Kenaikan Harga BBM, Sandiaga Uno Sebut Tiga Kebijakan

Jangan terulang kembali konspirasi imperialis kapitalis Amerika Serikat, CIA dan Barat bersekutu dengan oligarki rezim orde baru, antek dan jongos pengkhianat bangsa kembali berkuasa mencengkeram perekonomian dan menguras sumber kekayaan alam Indonesia.

(Oleh: Bisri Musthafa, beredar di medsos, dikitip oleh OrbitIndonesia)

Berita Terkait