Supriyanto Martosuwito: Pendakwah Arab dan Yaman, Pulanglah
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 05 Juni 2023 09:05 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Arab Saudi dan Yaman tengah dilanda peperangan. Saling serang. Rakyat Yaman jadi korbannya. Media internasional memberitakan, arus pengungsian dan kelaparan melanda negeri Yaman kini.
Arab dan Yaman sama sama Islam, sama sama menyembah Allah yang sama dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Sama sama tunduk pada Al Qur'an dan Hadis, sama sama mengikuti nasihat ulama. Tak selayaknya mereka berperang.
Tapi para pemimpin dan penguasa kedua negara -- Arab dan Yaman -- telah memilih untuk saling angkat senjata. Mereka jelas memerlukan penyuluhan dan dakwah, siraman rohani agar berdamai.
Baca Juga: New Year Gaza 24 B
Baca Juga: Ganjar Pranowo: Alumni UI Punya Komitmen Dahsyat dan Memberi Energi Buat Indonesia
Kepada para pendakwah Arab dan Yaman di sini - kalian pulanglah! Pulang kembali ke negeri Anda. Ajak keluarga besar Anda. Negara Anda lebih memerlukan Anda dibanding orang orang Indonesia.
Dakwah Anda lebih bermanfaat di negeri krisis politik dan ekonomi, seperti di Arab Saudi dan Yaman kini.
Jangan berdakwah di lingkungan yang sudah Islam. Juga tak diperlukan dakwah di tengah masyarakat yang sudah harmonis. Rukun antar sesama umat .
Islam kami, Islam Indonesia adalah Islam Nusantara, Islam yang berdamai dengan muslim yang beda aliran dan beda agama. Berbeda Tuhan, berbeda sesembahan dan berbeda nabi bagi kami tak masalah. Suni, Syiah, Ahmadiyah tak masalah.
Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda
Anda tidak diperlukan untuk meluruskan. Biarlah kami tetap Islam Nusantara. Islam khas Melayu dan Indonesia.
Setelah kami mengamati, dakwah dakwah sebagian dari Anda berdampak negatif pada kami. Menimbulkan perbudakan spiritual. Warga kami diajarkan menyembah Anda - bukan menyembah Allah SWT atau memuliakan Nabi SAW..
Meresap dalam pemahaman warga kami, kasta pendakwah Arab dan Yaman tampak ingin punya status lebih tinggi dari kami rakyat dan harus dihormati dan dimuliakan. Dzuriah Nabi. Padahal sebagian dari Anda juga melakukan perbuatan tercela.
Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma
Sebagian dari Anda mengajarkan kebencian pada budaya asli kami, kebiasaan baik leluhur kami. Memisahkan saudara sebangsa kami hanya karena beda keyakinan.
Baca Juga: Bob Randilawe: Pesan Ganjar Pranowo untuk Barisan Sukarnois
Karena itu, kami harus evaluasi dan bersih bersih.
Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan
Ilmu yang dimiliki para pendakwah kami di Indonesia sudah mencukupi. Kehadiran pendakwah asing dan keturunannya tak diperlukan.
Kecuali jika Anda berdakwah semata mata untuk mencari kesejahteraan. Menjual ayat ayat Tuhan. Menikmati status kemuliaan lantaran Anda berdarah Arab dan Yaman, bergelar habib dan berasal negeri asal para Nabi.
Jika anda senang dipanggil "Habib" maka otomatis Anda adalah orang asing. Orang Indonesia asli tak ada yang bergelar habib.
Baca Juga: Tak Mau Lagi Bersama, Karim Benzema Putuskan Berpisah Dengan Real Madrid
Indonesia dan wilayah Nusantara adalah negeri besar dan memiliki budaya besar. Negeri kami akan menjadi negeri maju dan sejahtera. Stabilitas politik dan sosial sangat diperlukan.
Jangan bujuk kami mengikuti ajaran dan paham yang Anda yakini. Merasa paling benar. Beradaptasi lah Anda sesuai budaya kami.
Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota
Konflik berbasis agama yang berdarah darah sudah pernah kami alami dan kini kami jauhi. Karena itu beradaptasi lah.
Jangan gunakan agama untuk mendzalimi sesama, menggunakan ayat ayat untuk mendiskriminasi sesama, untuk mengkafirkan.
Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju
Anda merasa paling benar dan menguasai surga. Lalu melawan pemimpin. Anda telah melarang kami menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bahkan menjadi pemberontak negara.
Bagi kami, Islam Syiah, Ahmadiyah, Islam wektu telu, tidak masalah. Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Kejawen, tidak masalah. Saudara kami semua. Ratusan tahun kami hidup berdampingan tak pernah saling bermusuhan.
Sejak kedatangan Anda kami terpisahkan. Mereka dikucilkan. Padahal mereka saudara kami juga . Sama warna kulit dan fisiknya. Sejak mengikuti Islam Anda, budaya asli kami dinistakan. Sungkem kepada orangtua diharamkan. Tetapi mencium kaki habib dipertontonkan.
Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima
Baca Juga: Rumah Rekaman Lokananta Solo Direvitalisasi, Addie MS Apresiasi Erick Thohir
Pulanglah.
Jika dakwah jalan hidup Anda, seharusnya Anda terpanggil untuk kembali ke negeri Anda. Di negeri leluhur, Anda lebih diperlukan. Gunakan jubah kebesaran Anda, kepiawaian Anda ceramah dan berkata kata untuk menegur para pemimpin di sana yang lebih suka angkat senjata kepada sesamanya.
Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah
Belajarlah dari pengalaman hidup Anda di Indonesia selama ini. Kami di Indonesia, walaupun berbeda suku dan agama, tapi kami bisa hidup rukun damai.
Oleh: Supriyanto Martosuwito. ***