DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

TRENDING, Polusi Udara di Jakarta Disorot Media Asing, Mulai Reuters hingga The Strait Times

image
ilustrasi, masalah polusi udara dai Jakarta disorot sejumlah media asing.

ORBITINDONESIA.COM - Kualitas udara di DKI Jakarta masih menjadi perbincangan hangat di sosial media beberapa waktu belakangan ini.

Hal tersebut karena meningkatnya polusi udara di DKI Jakarta yang membuat kualitas udara memburuk.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Polusi udara selalu menjadi salah satu masalah bagi DKI Jakarta dari tahun ke tahun.

Baca Juga: PT Taman Wisata Candi Dukung Borobudur Jadi Destinsi Spiritual

Belum ada solusi yang terbukti dapat menanggulangi masalah polusi udara ini.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Buruknya kualitas udara di DKI Jakarta akibat polusi udara banyak disoroti oleh media asing.

Mereka menganggap DKI Jakarta sebagai Ibu kota paling berpolusi di dunia.

Baca Juga: Manusia Takut Terbang ke Surga

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menjelaskan bahwa DKI Jakarta menghadapi musim kemarau sejak bulan Mei 2023 lalu, dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir bulan Agustus 2023.

Musim kemarau yang terjadi di DKI Jakarta membuat curah hujan dan hembusan angin yang rendah di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Hal tersebut membuat PM2.5 di DKI Jakarta meningkat dan melayang di udara Jakarta dalam waktu yang cukup lama.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Penampilan Miss Arab Saudi yang Menang di Ajang Miss Wilayah Timur Tengah

Sementara itu, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Dr. Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa proses mobilisasi polutan udara dipengaruhi oleh hembusan angin yang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.

"Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain, sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5," kata Dr. Ardhasena dikutip OrbitIndonesia.com dari lingkunganhidup.jakarta.go.id.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Dr. Ardhasena juga menjelaskan bahwa kelembaban udara relatif yang cukup tinggi bisa memicu timbulnya lapisan inversi diatas permukaan.

Baca Juga: Prediksi Skor Pertandingan Liga Inggris Brentford Melawan Tottenham Lengkap dengan Link Nonton Streaming

Lapisan tersebut bisa menimbulkan perubahan suhu udara yang meningkat seiring dengan tingginya lapisan.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

"Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang berada di permukaan menjadi tertahan, tidak bisa bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasinya yang terukur di alat monitoring" tutupnya.

Hal ini menjadi sorotan bagi media asing yang menyebut bahwa DKI Jakarta sebagai ibu kota paling berpolusi di dunia setelah sepanjang tahun selalu berada di sepuluh besar dalam daftar tersebut.

Baca Juga: Jangan Lewatkan Pameran GIIAS 2023: Simak Harga Tiket dan Cara Mendapatkan Lengkap dengan Fasilitasnya

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Ini tentu saja bukan sebuah prestasi yang patut untuk dibanggakan, melainkan sebuah masalah yang harus diselesaikan dan dicari solusi pemecahannya.

Media Reuters menyebut bahwa saat ini DKI Jakarta memiliki kualitas udara paling tidak sehat di dunia dan terjadi hampir setiap harinya.

Hal tersebut membuat kualitas udara DKI Jakarta menjadi tidak sehat untuk anak-anak.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: Kebijakan Diskriminatif dan Perundungan Terkait Pengaturan Busana Siswa Perempuan Nonmuslim

"Ibu kota Indonesia, Jakarta, menduduki puncak daftar sebagai kota paling tercemar di dunia pada Rabu setelah secara konsisten peringkat diatara 10 kota paling tercemar sejak bulan Mei, menurut data perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir," tulis media tersebut dikutip OrbitIndonesia.com, Sabtu, 12 Agustus 2023.

Lebih lanjut media tersebut menyebutkan bahwa Jakarta, yang berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa, mencatat tingkat polusi udara yang tidak sehat hampir setiap hari dan dapat membahayakan kesehatan anak-anak.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Media tersebut juga mengatakan bahwa polusi udara di DKI Jakarta disebabkan oleh menumpuknya jumlah kendaraan di kota tersebut, dan beberapa juga disebabkan oleh limbah industri.

Baca Juga: Kirsten Dunst Tak Ingin Mencium Brad Pitt di Film Interview with the Vampire

"Penduduk Jakarta telah lama mengeluhkan udara beracun dari lalu lintas yang kronis, asap industri, dan pembangkit listrik tenaga batu bara," kata mereka.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Sementara media The Strait Times setuju dengan pendapat tersebut bahwa polusi udara di DKI Jakarta disebabkan oleh kendaraan dan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Media tersebut juga memberikan data yang mereka terima dari Greenpeace Indonesia.

Baca Juga: Anime Boruto Hiatus Sampai Kapan, Benarkah karena Fokus Manga Two Blue Cortex Simak Disini Penjelasanya

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

"Aktivis (lingkungan hidup Jakarta) menyalahkan kabut asap beracun tingkat tinggi pada sekelompok pabrik dan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di dekat kota, dengan Greenpeace Indonesia mengatakan ada 10 pembangkit listrik semacam itu dalam radius 100 km," tulis media tersebut dikutip Orbitindonesia.com dari straittimes.com 12 Agustus 2023.

Lalu, media Phys Org menyebutkan bahwa polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta disebabkan oleh kegagalan pemerintah setempat untuk menanggulangi kabut beracun di kota tersebut.

"Ibu kota Indonesia Jakarta telah menjadi kota paling tercemar di dunia dalam empat hari dalam seminggu ini, menurut pemantau kualitas udara IQAir, karena pihak berwenang gagal menangani lonjakan kabut asap beracun," tulis media tersebut dikutip OrbitIndonesia.com dari phys.org.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Baca Juga: Anime Boruto Hiatus Sampai Kapan, Benarkah karena Fokus Manga Two Blue Cortex Simak Disini Penjelasanya

Permasalahan polusi udara di Jakarta banyak disebabkan oleh perubahan musim dan menurunnya kualitas udara serta hembusan angin.

Namun, hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan di seluruh dunia.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Namun, mengapa DKI Jakarta bisa menjadi yang terparah dalam kerusakan iklim tersebut dan menjadi sorotan media asing.

Baca Juga: RESMI! Golkar, PAN, dan PKB Bersama Gerindra Deklarasi Usung Prabowo Subianto Jadi Capres

Perlu ada penanganan lebih lanjut untuk masalah ini agar kedepannya hal seperti ini tidak terjadi kembali.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa ia akan segera mengatasi kondisi ini saat Indonesia memindahkan Ibukota negara ke Nusantara tahun depan.

Dia juga mengatakan jaringan kereta metro lintas di Jakarta juga harus segera diselesaikan agar polusi udara DKI Jakarta bisa berkurang.***

Berita Terkait