DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Denny JA Luncurkan 4 Buku Lukisan Artificial Intelligence

image
Buku lukisan dengan artificial intelligence karya Denny JA diluncurkan. (OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Di sela- sela kesibukannya selaku konsultan politik Pilpres 2024 di era kampanye, Denny JA selalu mengisi waktu luangnya melukis dengan bantuan Artificial Intelligece, juga menulis puisi esai, dan menghidupkan forum spiritualitas antarkeyakinan.

Menurut Denny JA, politik praktis membuatnya harus menyempitkan fokus, dengan cara berpikir terukur.

Tapi lukisan, puisi, dan dunia spiritualitas meluas kembali wawasannya, keluar dari ukuran-ukuran yang baku.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Prabowo-Gibran 43,3 Persen, Anies-Muhaimin 25,3 Persen, Ganjar-Mahfud 22,9 Persen

Tak terasa, Denny JA sudah menerbitkan empat buku lukisan artificial intelligence, dengan total 307 karya.

Berbeda dengan karya sebelumnya, di buku lukisan keempat, ia lebih menemukan ciri khas lukisannya. Tokoh yang dia lukis, umumnya memiliki telinga yang lebih besar.

Telinga yang lebih besar itu simbol harapan sang pelukis. Ini era kita harus mendengar lebih banyak. Itu disimbolkan dengan telinga yang lebih besar dibanding ukuran telinga yang biasa.

Baca Juga: Ekspresi Data Denny JA: Mayoritas Publik tidak Setuju dengan Prinsip Presiden sebagai Petugas Partai

Ia mempelajari karakter pelukis dunia lain.

Margaret Keane dikenal dengan gaya lukisannya yang menampilkan anak-anak bermata sangat besar, dikenal sebagai "Big Eyes." Ciri khas ini muncul dari pengalaman pribadinya dan keinginannya untuk mengekspresikan emosi melalui mata yang ekspresif.

Proses kreatifnya melibatkan pengamatan mendalam terhadap ekspresi wajah dan ekspresi emosional anak-anak.

Baca Juga: Inilah Kesaksian Elza Peldi Taher tentang Perjalanan Sukses Denny JA yang Berulang Tahun ke-61, 4 Januari 2024

Sedangkan Fernando Botero dikenal dengan gaya lukisannya yang menggambarkan tubuh manusia dan objek dengan proporsi yang sangat besar dan bulat.

Ciri khas ini terinspirasi oleh minatnya kepada seni Baroque dan Renaissance. Dalam era itu, proporsi yang berlebihan sering digunakan untuk menonjolkan keindahan dan kekuatan visual.

Proses kreatif Botero melibatkan eksperimen dengan proporsi dan bentuk untuk mencapai estetika yang khas dan menggemaskan.

Baca Juga: Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA Dipajang di Hotel Mahakam 24 Jakarta

Kedua seniman ini menemukan ciri khas mereka melalui eksplorasi visual, pengamatan mendalam, dan keinginan kuat untuk menyampaikan pesan atau emosi tertentu melalui karya seni mereka.

Salah satu contoh terkenal dari Margaret Keane dengan ciri khas adalah lukisan berjudul "The Big Eyes."

Karya ini menampilkan seorang anak perempuan dengan mata yang sangat besar, memberikan sentuhan dramatis pada ekspresinya dan memperkuat identitas visual yang menjadi ciri.

Baca Juga: Ekspresi Data Denny JA: Debat Ketiga tidak Berpengaruh Signifikan kepada Elektabilitas Calon Presiden

Salah satu karya terkenal Fernando Botero adalah lukisan "Mona Lisa, Age 12." Dalam lukisan ini, Botero memberikan interpretasi uniknya terhadap Mona Lisa dengan mengeksagerasi proporsi wajah dan tubuh, menciptakan estetika bulat dan penuh yang menjadi ciri khasnya.

“Maka, saya pun merumuskan ciri khas lukisan,” ujar Denny.

Di era ini, kita perlu mendengar lebih banyak. Kita perlu lebih membuka telinga. Sikap ini disimbolkan dengan “Kita perlu telinga yang lebih besar.”

Baca Juga: Denny JA: Serang Prabowo yang Pernah Berjasa Kepadanya dengan Data yang Salah? Anies Baswedan Blunder

Dengan demikian, 62 lukisan saya dalam buku ini, dipenuhi oleh figur dengan telinga atau kuping yang  jauh lebih besar. ***

Berita Terkait