DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Cerita Ringan Ramadan: Berbagi Bansos Tanpa Pamrih Bikin Bahagia

image
Ilustrasi makanan untuk Ramadan (Foto: GAPKI)

ORBITINDONESIA.COM - Buka puasa Rabu kemarin makanan berlebihan. Aku masak sayur dan ayam. Tetiba jam 16.00, downline MLM istriku berdatangan. Maklum leader. Semua tamu bawa makanan. Ada ayam dan ikan pepes, risol isi daging, kolak, dan lain-lain. Untuk buka puasa dan sahur, tak habis. 

Sebetulnya jam 21.00 malam aku mau bungkus dan bagikan ke pemulung di jalan raya Perumnas Tiga Bekasi, seperti biasa. Tapi hujan lebat. Tak jadi.

"Ini lebihan makanan untuk siapa ya?" pikirku. Beruntung, tadi habis salat subuh ada pemulung lewat depan rumah.

Baca Juga: Di Depan Ahoker, Ahok: Bansos Hanya Ada di Zaman Kerajaan Ketika Rakyat Minta Belas Kasihan Kepada Rajanya

"Bu, aku ada lebihan makanan sahur. Ibu mau?"

"Mau, pak," katanya.

"Tunggu bentar, aku bungkusin dulu." Sayur tahu udang terong aku masukin boks. Risol dan lontong, plus nasi ayam bakar, aku bungkus kertas. 

Baca Juga: Untuk Cegah Korupsi dan Politik Uang, KPK Rekomendasikan Bansos Agar Disalurkan Lewat Transfer

Wah, tak ada sendok. Ya udah, sendok makan perak di rumah aku ambil satu (dalam hati kalau istriku tahu pasti mencak-mencak). Semua aku bungkus. Beres.

"Ini, bu, untuk sarapan atau makan siang," ujarku.
"Aku puasa, pak," katanya. 

"Ya udah, untuk anak-anak di rumah." Si ibu kelihatan senang. Aku  juga senang. Pancaran kebahagiaan si ibu langsung memantul ke aku. Tetiba ada rasa senang dan puas bisa berbagi. Pohon belimbing depan rumahku ikut tersenyum. 

Baca Juga: Mahfud MD: Yang Bagikan Bansos Cukup Lurah agar Tidak Dipolitisasi

Lalu, aku lihat emperan di bawah gardu listrik samping rumah. Aku mau lihat, apakah makanan semalam yang aku suguhkan untuk kucing sudah habis? Ternyata, habis. 

Alhamdulillah. Puji Tuhan. Bisa ngasih makan kucing liar. Aku pikir, kucing tidak doyan rendang sapi.

Ya, aku menemukan rendang sapi cukup banyak di kulkas, yang lupa kapan naruhnya. Kucium, masih  segar. Bau rendang tulen. Berarti masih layak konsumsi.

Baca Juga: Salamuddin Daeng: Makan Gratis untuk Pelajar Banyak yang Nyinyir, Kok Bansos BBM Tak Ada yang Menolak?

Aku  hangatkan rendang  Aku cowel sedikit, ternyata masih enak. Tapi aku tak berani menyantapnya untuk lauk makan. Soalnya di kulkas kelihatan sudah lama.

Mau aku kasih ke pemulung, juga tak berani, takut sudah tak enak. Ya udah, aku kasih ke kucing aja. Dan ternyata kucing menyukainya. Senang aku. 

Nah, itulah bansosku yang tanpa pamrih. Pemulung dan kucing ikut senang. Karena asli dari uangku. Bukan ambil dari APBN. 

Baca Juga: Tentang Pemilu Curang, Efek Bansos, Sampai Hak Angket, Inilah Analisis Denny JA

(Oleh: Syaefudin Simon, kolumnis) ***

Berita Terkait