DECEMBER 9, 2022
Buku

Catatan Bawah Tanah, Buku Kumpulan Sajak Fadjroel Rachman yang Ditulis Dalam Penjara Rezim Orde Baru

image
Buku sajak M. Fadjroel Rachman (Foto: satrio)

M. Fadjroel Rachman. Catatan Bawah Tanah: Kumpulan Sajak Seorang Anak Muda Indonesia Dalam Empat Penjara Orde Baru. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Tebal: vii + 171 halaman.

ORBITINDONESIA.COM - Buku ini merupakan kumpulan puisi karya M. Fadjroel Rachman, yang ditulis di dalam penjara rezim Orde Baru. Rezim Soeharto ini diruntuhkan oleh gerakan Reformasi, Mei 1989.

Orang mengenal M. Fadjroel Rachman sebagai aktivis yang kritis sejak zaman Orde Baru. Lahir di Banjarmasin, 17 Januari 1964, ia pernah kuliah di Jurusan Kimia ITB.

Baca Juga: Duta Besar Fadjroel Rachman: Kami Dukung Siapapun yang Meneruskan Visi Pak Jokowi

Gara-gara terlibat Peristiwa 5 Agustus 1989 ITB, yaitu demonstrasi mahasiswa yang menolak kehadiran Menteri Dalam Negeri Jenderal (purn.) Rudini, M. Fadjroel Rachman divonis 3 tahun penjara. Ia sempat 4 kali berganti tempat tahanan.

Fadjroel mengalami empat penjara. Yaitu: Penjara Militer Bakorstanasda, Penjara Kebon Waru, Penjara Batu di Pulau Nusakambangan, dan Penjara Sukamiskin. Yang terakhir ini adalah penjara Sukarno di masa kolonial Belanda tahun 1930-an.

Bagi Fadjroel, buku sajak ini merekam perjalanan kekerasan, kekejaman, kehilangan, kematian, ketidakberdayaan, kebimbangan, upaya menjaga kewarasan, individualitas, cinta, kebahagiaan kecil, serta kemanusiaan di dalam penjara rezim Orde Baru.

Baca Juga: Rizal Ramli Meninggal, Fadjroel Rachman: Bung Orang Baik

“Penjara menjadi cermin dari struktur kekerasan dan kekejaman politik. Manusia hanya dilihat sebagai angka belaka. Kekerasan simbolik yang berujung pada kekerasan fisik,” tulis Fadjroel di pengantar bukunya.

Sajak-sajak itu ditulis Fadjroel dengan tulisan tangan pada 1989-1991, sembilan tahun sebelum era reformasi. Ketika penulisan sajak diawali dengan mencatat dalam ingatan, Fadjroel sama sekali tidak bisa membaca dan menulis.

Khususnya di Penjara Militer Bakorstanasda, waktu Fadjroel habis karena diinterogasi memakai teror dan kekerasan, sepanjang siang dan malam.

Baca Juga: Duta Besar RI untuk Kazakhstan, Fadjroel Rachman Luncurkan Buku Indonesia Memilih Presiden

Sajak-sajak bisa diselundupkan ke luar penjara dengan memasukkannya ke dalam sol sepatu. Lalu diserahkan kepada teman-teman dari ITB, yang membesuk di Penjara Kebon Waru dan Penjara Sukamiskin.

Sajak-sajak ini ditulis sekali jadi, diketik diam-diam, lalu diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Obor Indonesia (YOI) pada 1993. Mochtar Lubis, pemimpin yayasan ini mengatakan, tidak perlu ada revisi.

Edisi pertama Catatan Bawah Tanah terbitan YOI terdiri dari 27 sajak. Sedangkan untuk edisi kedua ini, Fadjroel melakukan sejumlah penambahan dan perubahan. Ada penambahan tiga sajak. ***

Baca Juga: Tokoh Masyarakat Adat, Yanto Eluay: 1 Mei 1963 Adalah Awal Mula Pembangunan Papua

 

Berita Terkait