Puisi Esai Denny JA: Bom itu Meledak di Satu Sahur, di Bulan Puasa, di Gaza
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 27 Maret 2024 08:40 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Penulis senior Denny JA menulis dan membacakan puisi esai di dalam Forum Esoterika, merayakan puasa Ramadhan, dan puasa Baha’i.
Di malam sahur bulan puasa 2024, rumah di Gaza dibom oleh Israel. Salah satunya dihuni oleh 36 orang dari satu keluarga besar mati.
Bom itu Meledak di Satu Sahur, di Bulan Puasa, di Gaza
“Ya, Tuhan.
Jangan biarkan aku mati,
menyimpan kebencian ini.
Amarahku menjadi raksasa.
Aku budaknya.”
Itulah isi hatiku.
Di malam itu, malam yang beku.
Baca Juga: Syaefudin Simon: Dari Kisah Burung Sampai Frugal Life
Tengah malam, menjelang sahur.
di Gaza, di Palestina yang lara.
Baca Juga: Malam Lailatul Qodar
Ibu dan adik berkemas di dapur.
Kami menunggu hidangan puasa.
Kulihat di langit, berkilat cahaya.
“Inikah malaikat dari surga?
Hening dan gaib suasana.
Baca Juga: In Memoriam: Kisah Yahudi yang Ingin Beterima Kasih, Keberagaman Agama dan Trisno Sutanto
Pohon dan angin, diam terpana.
Astaga!!! Aku salah lihat.
Itu bukan malaikat.
Itu BOM kiriman Israel.
DUAaaaaar, duaaaaar!
Keras sekali bom itu meledak.
Ya, Tuhan, bom jatuh di rumah Tabatibi.
Anaknya, Adara, 19 tahun, ia kawan karibku.
Di halaman Rumah Sakit Al-Aqsa Martyr, Adara menangis
memelukku, meraung- raung:
“Salma, Salma.”
“Ayahku, mati di sana.
Baca Juga: Kesaksian Alex Runggeary tentang Keramahan Yusak Yaluwo yang Merapat ke Konsultan Politik Denny JA
Ibuku, Adikku.
Kami 36 keluarga besar.
Mati semua.
Baca Juga: Ingin Mencalonkan Jadi Gubenur Papua Selatan, Yusak Yaluwo Merapat ke Konsultan Politik Denny JA
Hanya aku tersisaaaaa.” (1)
Atas izin Ayah,
Baca Juga: Zikir, Energi Batin, Sastra, Lukisan, Bisnis, dan Spiritualitas Denny JA
Aldira yang tersisa seorang diri,
kuajak tinggal di rumah kami.
Bulan puasa ini.
Bukan menahan lapar dan dahaga yang sulit.
Sejak Israel menghancurkan Gaza,
kami sudah terbiasa menahan lapar, menahan dahaga.
Kulkas kami kosong sejak lama.
Di pasar dan toko, tak ada makanan.
Yang sulit justru menahan sedih.
Baca Juga: Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang Dipimpin Denny JA Bangun Ruang Baca untuk Anak
Satu persatu keluarga kami,
sahabat kami terbunuh.
33 ribu sudah rakyat Palestina mati sejak serangan Israel 2023.
Yang sukar justru menahan amarah.
Ini dunia modern yang besar.
Mengapa tiada yang mampu,
menghentikan pembunuhan Israel kepada kami.
Baca Juga: Diskusi Satupena Hari Kamis Besok Akan Bahas Dilema Perempuan Indonesia, Pilih Karier atau Keluarga
Mana itu Amerika?
Mana itu Arab Saudia?
Mana itu PBB?
Baca Juga: Tentang Pemilu Curang, Efek Bansos, Sampai Hak Angket, Inilah Analisis Denny JA
Mana itu Indonesia?
Mengapa kami dibiarkan terbunuh.
Tujuh bulan sudah.
Berapa banyak lagi kami harus terbunuh?
Berapa banyak lagi mayat- mayat harus bergelimpangan di jalan?
Baca Juga: Kutipan Ikonik Pilpres 2024 dalam Lukisan AI Karya Denny JA
Anak- anak Palestina,
mengeruk sampah mencari sisa makanan.
Baca Juga: Kutipan Ikonik Pilpres 2024 dalam Lukisan AI Karya Denny JA
Mayat- mayat terkubur,
kehabisan kain kafan.
Baca Juga: Lewat Sebuah Diskusi Berdua: Inilah Alasan Denny JA Memilih Berdiri di Samping Presiden Jokowi
Di magrib yang redup,
menjelang berbuka puasa.
Kembali kudengar seruan itu:
“Tegakkanlah agama dengan hati yang lembut.
Sebarkanlah agama dengan cinta damai.”
Aku terdiam merenung.
“Ya Tuhan, jangan biarkan aku mati,
tapi masih menyimpan rasa marah.”
Baca Juga: Inilah Alasan Quick Count Satu Putaran Saja Layak Dipercaya Menurut Denny JA
Jadikan amarahku budak saja. Dan akal budiku, sebagai tuannya. ***
Jakarta, 19 Maret 2024
CATATAN
1. Di malam sahur bulan puasa 2024, rumah di Gaza dibom oleh Israel. Salah satunya terdapat 36 orang dari satu keluarga besar mati:
(Puisi esai ini dibacakan dalam acara Forum Esoterika, merayakan puasa Ramadhan, dan puasa Baha’i)