Ketika Prangko Jadi Jendela Dunia: Kiprah Teguh Wira Adikusuma Mengharumkan Indonesia
ORBIT INDONESIA.COM – Bagi sebagian orang, prangko mungkin hanyalah benda kecil yang menempel di sudut amplop. Namun bagi Teguh Wira Adikusuma, prangko adalah pintu menuju dunia.
Lahir di Jakarta pada 6 Oktober 1979 dan kini berdomisili di Rangkasbitung, Teguh telah mengabdikan lebih dari tiga dekade hidupnya pada filateli — seni dan hobi mengumpulkan prangko serta benda pos lainnya.
Kecintaannya bermula pada 1993, saat masih duduk di bangku sekolah SMP, ketika ia bergabung dengan Perkumpulan Philatelis Remaja Bandung (PPRB). “Awalnya saya tertarik karena gambar-gambar prangko sangat menarik. Belakangan saya tahu, di dunia filateli ternyata ada jenjang karier,” kenangnya.
Dari sekadar hobi, filateli membawanya keliling dunia. Teguh mengikuti pameran internasional sejak 1996, dan meski sempat vakum akibat kekecewaan terhadap penjurian nasional, ia kembali aktif pada 2014. Tiga tahun kemudian, kariernya melesat: Maret 2017 ia menjadi juri filateli tingkat Asia Pasifik, lalu Agustus di tahun yang sama, meraih posisi bergengsi sebagai juri tingkat dunia. Prestasi terbaiknya mendapatkan medali Gold untuk koleksi Airmail (2018) dan Tematik (2022) di pameran filateli Dunia.
Selain sebagai juri, Teguh juga menjadi duta budaya melalui koleksi yang dia miliki yang khususnya berkaitan dengan Indonesia. Ia mempromosikan Indonesia di panggung internasional, menjadi tuan rumah pameran, dan membuka jendela pengetahuan lewat koleksi yang memuat cerita sejarah, budaya, hingga pariwisata negeri. “Yang menarik, sebagai juri saya bisa berkeliling dunia gratis. Transportasi, akomodasi, bahkan allowance disediakan,” ungkapnya sambil tersenyum.
Filateli juga menjadi jalan akademis bagi Teguh. Lebih dari 10 tahun menggeluti bidang ini membuatnya mendapat konversi gelar S2, bahkan menjadikannya topik tesis dan disertasi S3 di Sekolah Tinggi Teologi ‘IKAT’ Jakarta. Disertasinya berjudul Perubahan Karakter dalam Kasih Tuhan Yesus menghasilkan buku “Eksplorasi Indonesia Melalui Benda Filateli” telah mengantarkan gelar Doktor pada 2025.
Ia juga telah menerbitkan tiga buku sebelumnya: Eksplorasi Indonesia Melalui Benda Filateli (2020), Exploring Indonesia through Philatelic Items (2020) dan Sampul Hari Pertama (SHP) Indonesia (2021) yang telah mendapatkan medali Large Vermeil pada pameran filateli dunia, yang bisa dimiliki para kolektor dan penggemar filateli.
Bagi Teguh, filateli lebih dari sekadar mengoleksi benda cantik. “Dari filateli, kita mengetahui sejarah. Kalau koleksi kita berkenaan dengan Indonesia, dampaknya bisa panjang, karena kita mempopulerkan budaya dan kekayaan bangsa,” ujarnya.
Teguh menambahkan, kegiatan ini melatih kemampuan berpikir kritis, misalnya saat memeriksa amplop dengan prangko, kita harus menghitung tarifnya dan membandingkan dengan tabel resmi. Selain itu, filateli juga memperkaya wawasan membaca, terutama untuk menelusuri latar belakang setiap prangko atau benda pos yang dikoleksi.
Kini, Teguh yang menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Filatelis Eksibitor Indonesia (PFEI/IPEA) membawa visi memperkenalkan filateli kepada generasi muda. Ia ingin pameran filateli bisa diakses semua kalangan, dengan koleksi yang terjangkau namun tetap berkualitas.
Ia sadar, peran prangko di Indonesia sudah bergeser: dari kebutuhan surat-menyurat menjadi komoditas koleksi. Namun baginya, selama masih ada semangat untuk belajar dan berkarya, selembar prangko tetap akan menjadi jendela dunia. ***(AL)
Penulis: Chaterine Natalia