DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Melepas Jemaah Calon Haji dengan Tradisi Tepuk Tepung Tawar di Langkat, Sumut, Upacara Peninggalan Raja Kuno

image
Ilustrasi, Melepas Jemaah Calon Haji dengan Tradisi Tepuk Tepung Tawar di Langkat, Sumut, Upacara Peninggalan Raja Kuno

ORBITINDONESIA.COM- Tradisi Tepuk Tepung Tawar adalah suatu upacara adat budaya Melayu Riau peninggalan raja raja kuno terdahulu.

Tradisi Tepuk Tepung Tawar merupakan upacara adat sebagai bentuk persembahan syukur atas terkabulnya suatu keinginan atau usaha, untuk mendapat ridho dari-Nya.

Kini Tradisi Tepuk Tepung Tawar jadi salah satu rangkaian upacara untuk melepas jemaah calon haji di Langkat Sumut.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Brace Kylian Mbappe Bawa PSG Makin Dekat dengan Juara

Harapannya, agar jemaah calon haji terhindar dari mara bahaya, dan mendapat rahmat yang berkesinambungan.

Tepuk Tepung Tawar biasa dipergunakan dalam acara-acara tertentu, misalnya pernikahan, menempati rumah baru, mengendarai kendaraan baru, khitanan.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Serta bentuk-bentuk dari luapan rasa kegembiraan bagi orang-orang yang mempunyai hajatan. Juga dalam upacara adat yang sakral lainnya.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: PDI Perjuangan 23,3 Persen, Demokrat 8,0 Persen, dan Nasdem 6,3 Persen

Berdasarkan makna ritual tepuk tepung tawar bagi masyarakat Suku Melayu, ada pepatah mengungkapkan

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Tidak lama lagi, ibadah haji akan berlangsung di tanah Suci Mekkah dan Madinah. Di berbagai wilayah di tanah air, berbagai pihak terkait pelaksanaan ibadah haji tengah merampungkan persiapan akhir guna menyongsong keberangkatan para jemaah calon haji ke tanah suci.

Di balik persiapan keberangkatan tersebut, terselip cerita menarik tentang beragam tradisi lokal yang turut mewarnai proses persiapan pemberangkatan ibadah haji.

Baca Juga: Inilah Hal yang Wajib Diketahui Gen Z sebelum Siap Masuki Dunia Kerja, Anti Malas dan Procrastinator

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Lazim dilihat di berbagai daerah, masyarakat menyelenggarakan upacara pelepasan jemaah calon haji dengan balutan tradisi lokal.

Secara literatif, tradisi Tepuk Tepung Tawar berawal dari budaya Melayu di Riau dan sudah tercatat secara resmi sebagai Warisan Budaya Takbenda (Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, 2019).

Seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan tradisi Tepuk Tepung Tawar yang dilakukan oleh masyarakat Melayu juga dipergunakan saat pelepasan jemaah calon haji, sebagaimana di Kabupaten Langkat dan daerah lain di Pulau Sumatera pada umumnya.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Saat pelaksanaan tradisi Tepuk Tepung Tawar bagi jemaah calon haji Kabupaten Langkat dilaksanakan, hadir berbagai pihak dari beragam unsur yang terlibat di dalamnya.

Dalam pelaksanaannya, Tepuk Tepung Tawar dijalankan dengan beberapa pelengkap acara, yakni daun perenjis (daun yang diikat jadi satu untuk dicelupkan kedalam air) dan air wangi (air yang dicampur bedak, jeruk, dan bunga mawar).

Kelengkapan tersebut menjadi alat utama pelaksanaan acara, dengan prosesi perenjisan (mencipratkan) sebagai teknisnya.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Dibarengkan dengan acara halal bihalal Kemenag Kabupaten Langkat, acara Tepuk Tepung Tawar dihadiri para pejabat di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Langkat (Plt Bupati dan para kepala dinas).

Kemudian Kepala Kantor Kementerian Agama Langkat, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Baznas Daerah, Tuan Guru Besilam, dan tokoh penting lainnya di Langkat.

Prosesi ini dimulai dari dipersilakannya para tokoh Kabupaten Langkat untuk mengambil daun perenjis, yaitu daun yang diikat jadi satu dicelupkan kedalam air yang dicampur bedak, jeruk, bunga mawar.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Lalu direnjis (dilumat pelan) pada kedua tangan yang telungkup diatas paha yg dialas bantal tepung tawar yang dialas dengan kain putih atau kain batik.

Setelahnya, penepuk tepung tawar mengambil beras kunyit, membasuhnya bersama bunga rampai, lalu ditabur kepada orang yang ditepung-tawari.

Bila yang ditepungtawari orang yang dianggap terpandang dan terhormat di daerah tersebut, proses membasuhnya dapat dilakukan dengan menabur sampai atas kepala dengan putaran dari kiri kekanan sambil membaca salawat.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Sambil merenjiskan air percung kepada pihak yang ditepung-tawari, penepuk mengambil sejemput inai lalu dioleskan di telapak tangan kanan dan kiri.

Terlihat, Plt Bupati, Kepala Kemenag, dan tokoh atau ulama di Langkat bergantian melakukan tepuk tepung tawar kepada para calon jemaah haji.

Mengutip dari berbagai sumber terkait tradisi Tepung Tawar, setelah semua orang yang ditunjuk sebagai penepuk tepung tawar selesai menunaikan tugasnya, acara ditutup dengan doa selamat. Biasanya, penepuk tepuk tawar memenuhi unsur bilangan ganjil, dimulai dari 3,5,7,9, dan 13.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Makna Prosesi Tepuk Tepung Tawar

Ditemui dalam prosesi acara halal bihalal dan Tepuk Tepung Tawar Kabupaten Langkat, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Langkat, Ainul Aswad, MA memberikan pandangannya mengenai pelaksanaan acara ini.

"Tepuk Tepung Tawar adalah tradisi Melayu yang kuat berpengaruh di Masyarakat Minang dan Sumatera secara umum. Hingga kini, budaya ini tetap terjaga dengan baik," jelasnya.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Tradisi ini juga memiliki makna yang dalam dan kuat. Beras kunyit, beras basuh, dan beretih yang dihamburkan bermakana ucapan selamat dan turut bergembira.

Merenjis kening bermakna berfikirlah sebelum bartindak atau teruslah menggunakan akal yang sehat," tambah Ainul.


Lebih jauh, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Langkat, Ainul Aswad, MA memberikan pandangannya tentang Tradisi Tepung Tawar dan relasinya dengan program moderasi beragama Kementerian Agama.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

"Dalam pandangan saya, perayaan tradisi tepung tawar yang kami jalankan bersamaan dengan pelepasan jemaah calon haji ini ini terhubung erat dengan program moderasi beragama Kementerian Agama, khususnya dalam nilai ramah budaya (i'tibar al 'urf)," katanya.

Dirinya menjabarkan, menghormati budaya adalah bagian penting dari implementasi nilai moderasi beragama.

Dengan menghormati budaya lokal, konsep moderasi beragama menunjukkan kompatibilitas dengan nilai lokalitas yang berkembang, bukan malah berseberangan atau menghilangkannya.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

"Kementerian Agama Kabupaten Langkat senantiasa bersinergi dengan berbagai pihak untuk memperkuat toleransi beragama di Langkat," tambahnya.***

Dapatkan informasi menarik lainnya dari ORBITINDONESIA.COM di Google News

 

Berita Terkait