DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Herman Syahara: Ramadan di Gaza

image
Herman Syahara (Foto: koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM -  "Apakah arti Ramadan

jika kami terus kehilangan," kata perempuan itu

Warna matanya yang basah

Baca Juga: Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi Tolak Pemindahan Paksa Warga Palestina oleh Israel, Upayakan Gencatan Senjata

menghanyutkan abu Kota Gaza

sampai ke meja makanku

setiap waktu sahur dan buka datang

Baca Juga: China Kecam Pihak yang Sengaja Halangi Dewan Keamanan PBB Ciptakan Gencatan Senjata di Gaza, Palestina

Api di tungku batu itu bergoyang-goyang

mendidihkan minyak di penggorengan

mungkin dia sedang memasak harapan

Baca Juga: PBB Serukan Penyelidikan Kredibel Tentang Laporan Adanya Kuburan Massal di Gaza Palestina

yang tak pernah matang

"Ini Ramadan yang berbeda,  " kata perempuan itu lagi

dengan wajah yang berat oleh isak

Baca Juga: Nabil Abu Rudeineh: Bantuan Militer AS ke Israel Sama Dengan Bunuh Ribuan Warga Palestina di Gaza

seperti  isak yang tak pernah selesai

sejak ditulis  sejarah 100 tahun silam

Mungkin tak akan pernah selesai sampai 100 tahun ke depan

Baca Juga: Presiden Turki Erdogan: Israel Sudah Lampaui Adolf Hitler Karena Tewaskan 14.000 Anak Tak Berdosa di Gaza

"Ini bukan Ramadan.  Anakku, suamiku, mereka ambil, apa salahnya?"

tanya perempuan itu

di luar tenda pengungsian yang dingin

Baca Juga: Menlu China Wang Yi Bertelepon dengan Menlu Iran dan Arab Saudi, Bahas Kondisi Terkini di Timur Tengah

ledakan-ledakan menjawabnya

Ledakan yang tak pernah selesai sejak 100 tahun silam

mungkin tak akan selesai  sampai 100 tahun ke depan

Baca Juga: Pengamat ISESS Khairul Fahmi: Prabowo Subianto Berperan di Balik Suksesnya Bantuan ke Gaza Palestina

Dan aku menjadi penonton

di meja makan

setiap waktu sahur dan bukaku datang

Baca Juga: Pesawat Hercules TNI AU Tiba di Halim Perdanakusuma Jakarta, Usai Misi Kemanusiaan untuk Warga Gaza Palestina

 

Maret 2024/puasa hari ketiga.

 

Baca Juga: Presiden AS Joe Biden: PM Israel Benjamin Netanyahu Tidak Berbuat Cukup untuk Fasilitasi Bantuan ke Gaza

Tentang penyair:

Herman Syahara adalah nama pena Hermansyah,  kelahiran Garut Jawa Barat. Antologi puisi pertamanya, "Mahkamah untuk Secangkir Kopi",  terbit 2016. Karyanya juga tersebar dalam berbagai media online dan antologi puisi bersama. Penyair ini pernah diundang tampil dalam pembacaan dan penulisan puisi pada Pertemuan Penyair Internasional Antara Bangsa PULARA di Ipoh,  Malaysia (2018), mentor penulisan dan pembacaan puisi di Batu Ruyud Writing Camp,  Nunukan,  Kalimantan Utara (2022), dan mengikuti Festival Kopi Desember di Gayo,  Aceh ( 2022).  Kini berkhidmad di komunitas literasi JB Edukreatif Indonesia, Kota Bogor,  Jawa Barat. ***

Berita Terkait