DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Pada Akhirnya China Akan Dipaksa untuk Berperang dengan AS

image
Rudal China dibandingkan rudal AS , India, dll

ORBITINDONESIA - China akan dipaksa untuk berperang dengan AS. Namun Amerika telah kehilangan waktu yang baik untuk berperang dengan China.

Dari zaman kuno hingga abad modern ini, setiap ada kekuatan baru yang akan menggantikan kekuatan lama, konflik atau perang pasti akan meletus. Ini adalah hukum alam yang sulit untuk ditolak dan dihindari. China pun bukan kekecualian.

Walaupun kebangkitan China selalu mengklaim akan dilakukan dengan damai dengan tidak mencampuri urusan intern negara lain.

Baca Juga: Liga Inggris: Sheffield United Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Baca Juga: Hafalkan 15 Istilah Rumit dan Artinya agar Lolos Audisi MasterChef Indonesia Season 10

Dan Presiden China Xi Jin Ping selalu mengatakan, bangsa China dalam 5.000 tahun sejarahnya tidak pernah membully, menindas atau menghancurkan negara lain.

Baik masa lalu, saat ini maupun saat yang akan datang, kebangkitan kembali China hanyalah meraih kembali status internasionalnya yang sempat hilang selama ratusan tahun.

Baca Juga: Liga 1: Persib Bandung Pastikan Masuk ke Championship Series

Namun AS tidak akan percaya dan menganggap kebangkitan China adalah monster yang membahayakan, dan itu yang disampaikan ke rakyatnya.

Sehingga AS maupun rakyatnya tidak pernah melihat dan tidak pernah bisa memahami naga raksasa China, karena dianggap monster.

Baca Juga: Hasil Liga 1: Michael Krmencik Jadi Pahlawan Kemenangan Persija Jakarta Atas Barito Putera

Baca Juga: Megawati Sampaikan Surat Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan ke Mahkamah Konstitusi: Semoga MK Bukan Ketok Palu Godam

Tren pada umumnya adalah kemunduran secara konprehensif hegemoni AS, dan kebangkitan China tidak dapat dihentikan karena pengaruhnya yang semakin mengglobal.

Waktu sedang berpihak ke China, maka AS harus memprovokasi perang secepat mungkin menemukan sesuatu untuk diperbaikinya.

Jika tidak ada masalah pun harus dicarikan masalah, kalau tidak maka akan terlambat. Inilah teori dasar untuk mempertahankan hegemoninya. Seperti di Selat Taiwan yang tadinya tidak ada masalah, tapi sengaja menciptakan masalah di Selat Taiwan oleh AS.

Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang

Masalah terbesar AS adalah krisis utang yang telah menumpuk hampir 30 triliun dollar AS. Jumlah inipun akan semakin meningkat dan jika ditambah dengan bunga, AS tidak akan sanggup membayarnya.

Baca Juga: Simak 5 Tips Lolos Audisi MasterChef Indonesia Season 10, Tidak Pernah Gagal

Dalam keadaan seperti ini, AS tidak mengurangi anggaran militernya yang super besar hampir 800 milliar dollar AS, terbesar di dunia.

Baca Juga: Todung Mulya Lubis: TPN Ganjar-Mahfud Minta Mahkamah Konstitusi Hadirkan Kapolri Dalam Sidang PHPU Pilpres

Itu karena senjata nuklir, jet tempur dan kapal induknya adalah kekuatan militernya, sebagai jaminan kebebasan dari penagihan utang (malak).

Dengan kekuatan super militernya dan anggaran yang luar biasa besarnya itulah sebagai modal dasar dari AS untuk menindas beberapa negara lemah, lalu merampok dan menjarah sumber kekayaan alamnya.

Sama seperti preman kampung yang makan minum tidak bayar dan ngutang sana sini. Preman kampung ini bisa seperti itu karena tidak ada orang lain yang bisa mengalahkannya. Jika ada, jauh-jauh hari preman kampung ini pasti sudah dilumpuhkan.

Baca Juga: Sidang Komite Disiplin PSSI: Persita Tangerang, Persebaya Surabaya, PSS Sleman Didenda Seratusan Juta

Baca Juga: Simak Cara Pendaftaran Jadi Peserta MasterChef Indonesia Season 10, Ditutup 7 Oktober 2022

Proyeksi hegemoni militer AS yang mengandalkan jet tempur berbasis kapal induk dan kapal induk yang merupakan senjata penyerang murni.

Karena AS jauh dari Eurasia, sehingga angkatan daratnya tidak berpengaruh besar, dan AS sangat tergantung pada angkatan lautnya yang mengacu pada kapal induknya.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Maka dapat dipahami kalau AS memiliki kapal induk terbanyak, tercanggih, termahal di dunia dengan jumlah 11 unit, serta bertebaran di seantero dunia.

Tampaknya kekuatan super AS tak terkalahkan. Namun diluar dugaan AS, China dengan cerdik dan sembunyi-sembunyi telah menemukan metode rudal balistik yang menyerang kapal besar permukaan laut, khususnya untuk menghancurkan kapal induk.

Baca Juga: Liga 1 : Kalah Dari Persib Bandung, Javier Roca Benahi Mental dan Fisik Pemain Arema FC

Baca Juga: DKI Jakarta Temukan Ratusan Penerima Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul tidak Sesuai Data

Inilah keahlian unit China yang tidak dimiliki AS, karena AS tidak perlu mempelajari teknologi ini. Itulah rudal balistik Dong Feng DF-21D dan DF-26D dengan biaya produksi hanya 10 juta dollar AS.

Harga sebuah kapal induk 4,5 milliar dollar AS, di tambah semua pesawat berbasis di kapal induk, total nilainya adalah 10 milliar dollar AS.

Dengan asumsi satu putaran saturasi China menggunakan 10 rudal balistik DF- 21 dan DF-26 yang harganya hanya 100 juta dollar AS, dan tanpa harus kehilangan seorang tantara pun.

Baca Juga: Hasil Rapat Rekapitulasi, KPU RI Sahkan Prabowo-Gibran Unggul di Kalimantan Barat

China akan menukar 100 juta dollar AS dengan 10 miliar dollar AS berikut dengan 5.000 pelaut yang ada di kapal induk.

Baca Juga: Pesawat Bonanza T2503 Jatuh, Panglima Minta Semua Pesawat TNI Dicek Ulang

Bagaimana AS bisa melawan pertempuran ini. Ketika DF-21 dan DF-26 melumpuhkan kapal induk yang lebih dramatis dan spektakuler dari pada saat kapal induk mengalahkan kapal perang besar, seperti Yamato Jepang.

Baca Juga: KBRI Tokyo Kawal Penanganan 20 Warga Indonesia Anak Buah Kapal Jepang Fukuei-Maru yang Kandas di Izu

Untuk mencapai rudal balistik mengenai kapal induk, tidak cukup hanya mengandalkan DF-21/6. Ini adalah keseluruhan rangkaian rekayasa sistim dan bagian yang paling sulit adalah pencarian, penemuan, dan pelacakan, serta menguncinya 90% tugas selesai.

Untuk itu dibutuhkan penggunaan radar gelombang langit di atas cakrawala, dan China sudah memiliki dua radar gelombang langit.

Ada pun bagi sebagian orang yang mengatakan bahwa AS memiliki senjata antirudal, itu tidak lebih dari propaganda di film Hollywood.

Baca Juga: Liga 1: Petik Hasil Seri Melawan Bhayangkara FC, Arema FC Merangkak Naik Satu Peringkat

Baca Juga: Namanya Mirip dengan Hacker Bjorka, Ringgo Was Was Ada Penjual Nasi Goreng

Alasannya sederhana. Korea Utara dan Iran meluncurkan begitu banyak rudal dan selama AS mampu mencegatnya sekali saja, maka Korut dan Iran akan berakhir dan tidak punya cara lagi untuk mengancam AS.

Lalu mengapa AS tidak mencegatnya? Itu karena AS tahu bahwa AS tidak bisa menghentikannya, yang disebut antirudal hanyalah slogan publisitas dan tidak memiliki event nyata.

Baca Juga: Lewat Sebuah Diskusi Berdua: Inilah Alasan Denny JA Memilih Berdiri di Samping Presiden Jokowi

Jika intersepsi gagal, apakah AS masih bisa eksis? AS tidak sekuat seperti kelihatannya dalam film Hollywood, karena semua yang ada ditaruh di meja dan dia tidak punya apa-apa lagi.

Selama bertahun-tahun AS secara khusus menindas negara-negara lemah yang menyebabkan ketakutan psikologis yang besar bagi dunia. Tetapi AS tidak berani terhadap negara yang sedikit lebih besar seperti Iran/Korut.

Baca Juga: Panas, Kemenkominfo Serahkan Urusan Hacker Bjorka ke BSSN

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Pers Bukan Sekadar Pilar Demokrasi, Namun Juga Ikut Bermain Politik

Pada 26 Juni 2020, China meluncurkan sistem navigasi satelit BeiDou yang menjangkau dunia, dan kapal induk yang diproduksi sendiri juga telah diluncurkan, dan memiliki kapasitas produksi melebihi Amerika.

Satelit BeiDou memiliki penargetan dan panduan senjata dalam jaringan ini lebih akurat. Keakuratan jarak BeiDou mencapai hingga 10 cm, dibandingkan dengan jarak 30 cm dari satelit GPS milik AS.

Ini menandakan satelit BeiDou lebih canggih dari GPS-nya AS, sehingga mampu memantau gerak gerik kapal induk AS di Samudera Pasifik.

Baca Juga: Liga 1: Kalahkan Tuan Rumah Persikabo 1973, Borneo FC Kian Kukuh di Puncak Klasemen

Dan sejak BeiDou yang diluncurkan di tahun 2020, kapal induk tercanggih AS pun sulit untuk bisa masuk ke Laut China Selatan, karena BeiDou sanggup mengacak signal GPS yang akan membuat kapal induk kehilangan arah.

Baca Juga: Hacker Bjorka Tantang Pemerintah Matikan Akun Medsos Miliknya: Ini Tidak akan Berhenti

Diluar dugaan AS dan masyarakat dunia, China pada 2021 mengumumkan penemuan intercontinental ballistic missile atau rudal-balistik antar benua, yakni Dong Feng DF-41D.

Baca Juga: Real Madrid dan Mbappe Sedang Berunding Kontrak

Dengan slogan: Dong Feng Express, misi pasti tercapai. Rudal antar benua DF-41D, 25 kali kecepatan suara, 85 km/detik membawa 10 hulu ledak hidrogen dengan jangkauan 14.000 km. Membuat lawan sangat sulit untuk mencegatnya.

Jarak Beijing-Washington 12.000 km, hanya dibutuhkan 23 menit untuk sampai pada target. Jarak Beijing-London 7.000 km, hanya dibutuhkan 17 menit untuk menuju target.

Dan juga penemuan laser dead light teknologi unik dimiliki China, yang dapat menghancurkan semua satelit milik AS.

Baca Juga: Liga Inggris: Manchester United Dekati Empat Besar Usai Menang Melawan Luton Town

Baca Juga: Suporter PSM Makassar Tertembus Panah di Dada usai Nonton Timnya Bermain

Senjata laser adalah senjata canggih untuk peperangan, kebanyakan orang hanya melihatnya di film fiksi ilmiah.

Jika China tergerak untuk menghancurkan semua satelit sejak awal perang, maka tanpa satelit kemampuan tempur AS akan ber kurang 90%.

Baca Juga: Pemilu 2024, Civitas Academica UKI Jakarta Imbau ASN, TNI, dan Polri Junjung Tinggi Sumpah Jabatan Etika Moral

Ini semua kekuatan China yang dikembangkan dan disembunyikan, sehingga membuat AS tidak menyadarinya (kecolongan).

Pengamat militer dan penulis keturunan Taiwan Amerika, Shao Wei Hua, menulis dalam bukunya:

Baca Juga: Ikuti Langkah Bharada E, Bripka RR Ingin Ajukan Diri Jadi Justice Collaborator, Ini Syaratnya

Baca Juga: Addin Jauharudin Terpilih Sebagai Ketua Umum PP GP Ansor dalam Kongres XVI yang Berjalan Damai

Tahun 2020 adalah tahun yang krusial. Setelah tahun 2020, Amerika Serikat tidak akan bisa menang jika melawan China.

Dan tahun 2030 atau bahkan lebih cepat 5 tahun, 2025, China sepenuhnya melampaui Amerika Serikat dan membuat AS kehabisan waktu terbaiknya.

Ini pula yang menjelaskan kenapa China selalu berusaha menunda-nunda konflik sampai keunggulan sepenuhnya melampaui AS.

Baca Juga: Haruskah Lembaga Survei Memberi Tahu Siapa yang Mendanai Surveinya? Inilah Pendapat Denny JA

Dan kita akan menemukan mengapa Kakek Joe Biden atau Donald Trump pendahulunya kerap kali menggonggong seperti anjing gila, memprovokasi sana-sini.

Jakarta 5 September 2022.

(Oleh: Chandra Suwono, beredar bebas di medsos dan dikutip OrbitIndonesia).

Berita Terkait