DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

LSI Denny JA: Melebarnya Jarak Elektabilitas Prabowo Melawan Ganjar

image
Inilah jarak elektabilitas Prabowo dan Ganjar.

ORBITINDONESIA.COM - Jimmy Carter di tahun 1976 berucap: “Pemilu Presiden itu seperti lomba lari marathon yang ketat. Kita belum tahu siapa pemenang sampai pertandingan berakhir. Di setiap tahap, pemenang sementara dapat berbeda- beda.”

Sekitar 200 hari menjelang hari pencoblosan Pemilu Presiden,  di bulan Juli 2023, Prabowo Subianto unggul sementara. Namun kali ini ada trend yang berbeda.

Baca Juga: Liga Inggris: Sheffield United Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Selisih jarak antara Prabowo Subianto dan saingan terdekatnya Ganjar Pranowo melebar dalam simulasi head to head hanya dua tokoh saja.

Baca Juga: Inilah Peta Pertarungan Prabowo, Ganjar, dan Anies di 4 Isu: Mulai Buku Sampai Medsos Versi LSI Denny JA

Mengapa hanya mengeksplor dua capres saja? Ini hanya simulasi jika ternyata pada akhirnya hanya maju dua capres saja, atau jika maju tiga capres, di putaran kedua berhadapan Prabowo versus Ganjar.

Baca Juga: Liga 1: Persib Bandung Pastikan Masuk ke Championship Series

Demikian salah satu temuan penting dari riset terbaru LSI Denny JA. LSI Denny JA melakukan survei tatap muka dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1.200 responden, tingkat kesalahan survei ini sebesar 2.9%.

Survei dilakukan pada tanggal 3 - 15 Juli 2023. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in depth interview, expert judgement, focus group discusssion.

 

Baca Juga: Megawati Sampaikan Surat Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan ke Mahkamah Konstitusi: Semoga MK Bukan Ketok Palu Godam

Bagian 1: Head to head Prabowo vs Ganjar

Kini, di bulan Juli 2023, jarak elektabilitas Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo mencapai double digit (10.4%). Elektabilitas Prabowo sebesar 52%. Elektabilitas Ganjar sebesar 41.6%.

Dari tracking survei tahun 2023 bulan Januari, Mei, Juni, Juli bisa terlihat tren elektabilitas Capres. Prabowo menanjak. Sedangkan elektabilitas Ganjar turun-naik.

Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang

Bulan Januari 2023, elektabilitas Prabowo 38.5%. Bulan Mei naik menjadi 44.5%. Bulan Juni naik kembali menjadi 50.4%, dan Bulan Juli juga naik menjadi 52%.

Elektabilitas Ganjar pada bulan Januari 2023 sebesar 43.1%. Bulan Mei turun menjadi 38.1%. Bulan Juni berhasil rebound menjadi 43.2%. Akan tetapi bulan Juli turun menjadi 41.6%.

Selisih elektabilitas head to head Prabowo vs Ganjar semakin melebar. Bulan Januari 2023 selisih 4.6% untuk keunggulan Ganjar.

Baca Juga: Todung Mulya Lubis: TPN Ganjar-Mahfud Minta Mahkamah Konstitusi Hadirkan Kapolri Dalam Sidang PHPU Pilpres

Bulan Mei 2023 berbalik keunggulan untuk Prabowo dengan selisih 6.4%. Bulan Juni 2023, selisih naik menjadi 7.2% untuk keunggulan Prabowo.

Bulan Juli 2023, selisih semakin melebar menjadi 10.4% untuk keunggulan Prabowo.

Bagian2: Duistribusi Prabowo cs Ganjar di berbagai segmen pemilih

Baca Juga: Sidang Komite Disiplin PSSI: Persita Tangerang, Persebaya Surabaya, PSS Sleman Didenda Seratusan Juta

Pilihan partai versus capres head to head memperlihatkan Prabowo unggul di semua pemilih partai kecuali di pemilih PDIP.

Prabowo unggul di pemilih Gerindra, Golkar, PKB, Nasdem, PKS, Demokrat, PAN, PPP dan partai lainnya. Dukungan terhadap Prabowo di pemilih partai Gerindra merupakan yang tertinggi sebesar 93.3%.

Di pemilih PDIP, Ganjar yang unggul.  Dukungan terhadap Ganjar di pemilih PDIP sebesar 81%.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Dari sisi penganut agama, Prabowo unggul di pemilih Islam. Dukungan pemilih Islam  terhadap Prabowo sebesar 54.7%. Dukungan pemilih Islam terhadap Ganjar sebesar 38.9%. 

Di penganut agama non-Islam, Ganjar unggul atas Prabowo. Dukungan non-Islam terhadap Ganjar sebesar 62.6%. Dukungan non-Islam terhadap Prabowo sebesar 30.9%.

Untuk pemilih penganut non-Islam, Prabowo tertinggal cukup jauh, di atas 30 persen. Ini jarak elektabilitas yang sangat signifikan.

Baca Juga: DKI Jakarta Temukan Ratusan Penerima Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul tidak Sesuai Data

Dari sisi gender, Prabowo unggul di pemilih laki-laki maupun perempuan. Di pemilih laki-laki, dukungan terhadap Prabowo sebesar 53.0%. Dukungan terhadap Ganjar sebesar 41.7%.

Di pemilih perempuan dukungan terhadap Prabowo sebesar 51.1%, Dukungan terhadap Ganjar 41.5%.

Dari lima provinsi terbesar, Prabowo unggul di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.

Baca Juga: Hasil Rapat Rekapitulasi, KPU RI Sahkan Prabowo-Gibran Unggul di Kalimantan Barat

Dukungan terhadap Prabowo di Jawa Barat 65.7%. Dukungan terhadap Prabowo di Jawa Timur sebesar 44.4%. Dukungan terhadap Prabowo di Banten sebesar 60.0%.

Ganjar unggul di dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Basis dukungan Ganjar berada di Jawa Tengah dengan dukungan sebesar 65.9%. Dukungan terhadap Ganjar di DKI sebesar 39.8%.

Bagaimana peta dukungan di Jawa dan luar Jawa?

Baca Juga: KBRI Tokyo Kawal Penanganan 20 Warga Indonesia Anak Buah Kapal Jepang Fukuei-Maru yang Kandas di Izu

Di pulau Jawa yang meliputi semua provinsi yang ada di pulau Jawa, Ganjar unggul atas Prabowo sebesar 0.1%. Dukungan terhadap Ganjar sebesar 45.7%. Dukungan terhadap Prabowo sebesar 45.6%.

Untuk provinsi Jawa bisa dikatakan per -Juli 2023, dukungan untuk Prabowo dan Ganjar seimbang, hanya selisih 0,1 persen. Sumber keunggulan Ganjar di Jawa Tengah memang sangat mencolok.

Di Sumatra (meliputi semua provinsi yang ada di sumatera), Prabowo unggul atas Ganjar sebesar 13.3%. Dukungan terhadap Prabowo sebesar 53.3%. Dukungan terhadap Ganjar 40.0%.

Baca Juga: Liga 1: Petik Hasil Seri Melawan Bhayangkara FC, Arema FC Merangkak Naik Satu Peringkat

Di Indonesia bagian tengah yang meliputi semua provinsi yang ada di Kalimantan dan Sulawesi, Prabowo unggul atas Ganjar dengan selisih sebesar 50.6%. Dukungan terhadap Prabowo sebesar 75.2%. Dukungan terhadap Ganjar 24.6%. 

Di pulau Bali-NTB-NTT, Prabowo unggul. Dukungan terhadap Prabowo 56.2%. Dukungan Terhadap Ganjar 37.9%.

Di Indonesia Timur yang meliputi semua provinsi yang ada di Maluku dan Papua, Ganjar unggul. Dukungan terhadap Ganjar 50.6%. Dukungan terhadap Prabowo 42.8%.

Baca Juga: Lewat Sebuah Diskusi Berdua: Inilah Alasan Denny JA Memilih Berdiri di Samping Presiden Jokowi

Bagian 3: Penyebab jarak elektabilitas Prabowo dan Ganjar Melebar

Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan jarak elektabilitas Prabowo dan Ganjar melebar.

Pertama: empat blunder Ganjar + Mega.  Kedua: dua gerakan cantik Prabowo.  Itu gabungan antara blunder Ganjar dan PDIP dengan manuver Prabowo sendiri.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Pers Bukan Sekadar Pilar Demokrasi, Namun Juga Ikut Bermain Politik

Mengapa disebut blunder? Dalam riset ini, blunder diistilahkan untuk tindakan yang mengurangi tingkat elektabilitas capres. Sedangkan langkah cantik untuk manuver yang menambah elektabilitas capres.

Blunder pertama, wawancara Ganjar menonton video porno

Wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang menyatakan apa salahnya menonton video porno selaku orang dewasa, segera menyebar dan viral kembali menjelang pemilu presiden 2024. Itu video lama yang diangkat kembali.

Baca Juga: Liga 1: Kalahkan Tuan Rumah Persikabo 1973, Borneo FC Kian Kukuh di Puncak Klasemen

Publik yang menyatakan kurang wajar/tidak wajar sama sekali terhadap capres yang suka menonton video porno mencapai 86.1%.

Ketidaksukaan publik terhadap video porno, selain karena alasan agama, bisa juga disebabkan karena banyak berita ahli yang menyatakan menonton video porno merusak kesehatan.

Ganjar menyatakan pernyataannya soal video porno itu dipenggal. Tapi banyak media memberitakan berbeda. Contohnya adalah pemberitaan di tempo.co pada tanggal 4 Desember 2019.

Baca Juga: Real Madrid dan Mbappe Sedang Berunding Kontrak

Di artikel berita tersebut, bahkan menjadi judul, “Ganjar Pranowo : Kalau Saya Nonton Film Porno, Salahnya di Mana?” Publik terlanjur mempercayai pernyataannya Ganjar yang menyatakan ia suka menonton film porno.

Soal Ganjar mengaku menonton video porno bahkan kini dijadikan sayembara nasional. Wanita Perisai sebagai pemrakarsa sayembara nasional ini menyatakan bahwa isu menonton pornografi jangan dianggap sepele.

Para tokoh dan segmen yang tak suka Ganjar Pranowo menemukan satu isu sensitif untuk dikampanyekan: Blunder Ganjar soal pernyataannya untuk menonton video porno.

Baca Juga: Liga Inggris: Manchester United Dekati Empat Besar Usai Menang Melawan Luton Town

Di internet, maraknya isu ini terlihat dari banyaknya potongan video wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang  Ganjar menyatakan: “Kalau saya nonton film porno itu salah saya di mana? Saya dewasa.” Beramai-ramai tokoh lain berkomentar, termasuk tokoh agama yang mengecam.

Di satu sisi, Ganjar menyatakan sebuah kejujuran. Hal yang biasa terjadi jika orang dewasa pernah menonton video porno.

Namun seorang tokoh yang kini menjadi Capres menyatakan kejujuran soal nonton video porno di publik itu kontroversial. Para lawannya dengan mudah menyatakan: “Tak apa kita menonton video porno. Itu pak Ganjar saja yang menonton video porno bisa jadi Capres kok.”

Baca Juga: Pemilu 2024, Civitas Academica UKI Jakarta Imbau ASN, TNI, dan Polri Junjung Tinggi Sumpah Jabatan Etika Moral

Ganjar perlu lebih hati-hati soal komentarnya di publik soal menonton video porno. Isu ini terus digulirkan di publik melalui sayembara nasional yang digerakkan kaum perempuan Wanita Perisai. Ini dapat menggerus dukungannya  terutama di segmen pemilih perempuan dan penganut agama Islam yang taat.

Blunder kedua adalah label petugas partai

Megawati menyebut  presiden (capres Ganjar) adalah petugas partai. Megawati berulang-ulang mengatakannya ke publik. Dulu ia katakan itu untuk  Presiden Jokowi. Kini ia katakan untuk Capres Ganjar.

Baca Juga: Addin Jauharudin Terpilih Sebagai Ketua Umum PP GP Ansor dalam Kongres XVI yang Berjalan Damai

Di satu sisi, istilah petugas partai itu separuh benar. Capres memang tokoh yang ditugaskan oleh partai.

Tapi jika sudah menjadi Presiden, lalu Presiden masih dipersepsikan sebagai petugas partai, ini memberi kesan partai politik lebih tinggi dibandingkan lembaga presiden. Atau seorang Presiden seolah bawahan atau petugas dari ketua umum partai yang mencalonkannya. Ini yang salah dan fatal.

Publik tidak suka dengan istilah Presiden petugas partai. Publik yang tidak setuju Presiden disebut petugas partai mencapai 69.9%.

Baca Juga: Haruskah Lembaga Survei Memberi Tahu Siapa yang Mendanai Surveinya? Inilah Pendapat Denny JA

Presiden memang sejatinya bukan merupakan petugas partai dan bukan bawahan ketua umum partai. Prinsip demokrasi modern menyatakan ketika menjadi presiden, kesetiaan seorang pemimpin kepada bangsa dan negara, bahkan jika itu bertentangan dengan kepentingan partainya.

Blunder ketiga batalnya piala dunia FIFA U20

Ganjar dipersepsikan ikut membuat batal Piala Dunia FIFA U-20.  Ganjar menjadi tokoh paling tinggi yang disalahkan atas batalnya piala dunia U-20. Sebesar 16.6% menyalahkan Ganjar.

Baca Juga: MotoGP: Ducati Berusaha Perpanjang Kontrak Francesco Bagnaia

Beberapa pihak sebenarnya sudah mengklarifikasi. Batalnya Piala Dunia U 20 tak berhubungan dengan ketidaksetujuan Ganjar atau tokoh PDIP lainnya. FIFA memiliki alasan berbeda.

Namun opini publik terbentuk yang merugikan Ganjar Pranowo.

Blunder keempat, Ganjar dianggap cawe-cawe menegur Pj Gubernur DKI Jakarta

Baca Juga: Liga Inggris: Sikat Habis Chelsea 4-1, Liverpool Semakin Mantap di Puncak Klasemen Sementara

Komentar yang muncul dalam analisa kualitatif misalnya, Ganjar dianggap berlagak seperti Presiden ketika ia menelepon PJ Gubernur Jakarta menyampaikan keluhan pedagang Pasar Warakas Tanjung Priok.

Sekali lagi, Ganjar Pranowo juga sudah memberikan penjelasan. Ia hanya menyampaikan keluhan dari warga yang ia jumpai. Apa salahnya?

Tapi di era menjelang pemilu presiden, langkah seorang Capres akan selalu menjadi sorotan.

Baca Juga: Ini Tema Utama Debat Capres Kelima atau Terakhir yang akan Dibahas Anies, Prabowo, dan Ganjar

Mayoritas publik menganggap Ganjar, sebagai sesama Gubernur, tak seharusnya menyampaikan keluhan ke PJ Gubernur  Jakarta. Sebanyak 74.7% menganggap Ganjar tak pantas menyampaikan keluhan itu. Hal ini karena “cawe-cawe” Ganjar terhadap PJ Gubernur Jakarta tersebut terpublikasi.

Di sisi lain, dua langkah cantik Prabowo ikut memperlebar elektabilitas head to head dengan Ganjar.

Langkah cantik pertama: Prabowo dan Presiden Jokowi semakin akrab

Baca Juga: Jadwal Debat Capres dan Cawapres Terakhir, Tema, Tempat, dan Jam Tayang

Ini juga membentuk pikiran publik bahwa dukungan Jokowi mengarah ke Prabowo di Pilpres 2024.

Ini masa di mana Jokowi masih populer. Ibarat pepatah menyatakan, jika kita dekat dengan bau harum, kita akan ikut harum.”

Data survei juga memperlihatkan pergeseran pemilih yang puas terhadap Jokowi dari Ganjar ke Prabowo.

Baca Juga: Program BBM Satu Harga Digenjot Percepatannya di 2024 oleh BPH Migas

Januari dan Maret 2023, Ganjar unggul di pemilih  yang puas terhadap Jokowi. Namun di Juni dan Juli 2023, Prabowo unggul di pemilih yang puas terhadap Jokowi.

Langkah cantik kedua: Sosialisasi Prabowo tentang komitmennya mengangkat kesejahteraan rakyat

Dalam banyak kesempatan Prabowo menyebutkan lima program ekonomi rakyat yang akan ia perjuangkan. Selain itu, para relawannya ikut menyebarkan billboard Prabowo: “Tegas, Sejahterakan Rakyat” di banyak kabupaten.

Baca Juga: Piala Asia 2023: Malam Ini Siaran Langsung Indonesia Vs Australia di RCTI Pukul 18.30 WIB

Isu yang diangkat Prabowo juga sesuai dengan harapan publik. Lima Program Ekonomi Rakyat: terjangkau hingga gratis, untuk pendidikan, biaya kesehatan, perumahan, sembako, dan biaya pinjaman dana usaha disukai publik sebanyak 83.5%. Ada juga yang tidak menyukai program ini, tetapi angkanya sangat kecil di angka 1.1% saja.

Prabowo sudah sejak lama dikenal dengan kampanye menjadikan Indonesia Macan Asia. Identifikasinya dengan ekonomi rakyat sudah terbentuk lama sejak pemilu presiden 2014 dan 2019.

Bagian 4: Siapa Cawapres Prabowo dan Ganjar?

Baca Juga: Dubes RI untuk Malaysia Hermono Merespons Video yang Tuduh Intervensi Intelijen dalam Pemilu 2024

Ganjar memerlukan penguatan Cawapres secara teritorial. Untuk tambahan dukungan di Jawa Barat atau Jawa Timur mengemuka dua tokoh. Khofifah Indar Parawansa untuk di Jawa Timur. Ridwan Kamil (Kang Emil) untuk di Jawa Barat.

Tapi untuk Cawapres Ganjar soal isu ekonomi, mengemuka beberapa tokoh. Erick Thohir menteri BUMN, Sandiaga Uno menteri Parekraf, dan Airlangga Hartarto-Menko Ekonomi.

Sedangkan  Cawapres Ganjar untuk dukungan pemilih Islam besar kemungkinan akan mempertimbangkan tokoh NU. Ada beberapa nama yang masuk radar dan berpotensi menjadi Cawapres Ganjar.

Baca Juga: Duh, Wartawan Ini Kecopetan saat Meliput Debat Capres Cawapres di JCC

Prabowo memerlukan penguatan Cawapres untuk Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penguatan di Jawa Tengah bisa mempertimbangkan Gibran Rakabuming Raka. Penguatan di Jawa Timur bisa mempertimbangkan Khofifah Indar Parawansa.

Cawapres Prabowo untuk isu ekonomi mengemuka dua tokoh. Airlangga Hartarto dan Erick Thohir. Dua tokoh ini, secara isu ekonomi sangat kuat.

Airlangga Hartarto memiliki nilai lebih seharusnya. Karena di samping ia memiliki kompetensi isu ekonomi, Ia juga ketum Partai Golkar, partai terbesar nomor dua. Airlangga juga memiliki akses ke sumber dana.

Baca Juga: Pengamat Komunikasi Anang Sujoko: Debat Keempat Pilpres akan Tampilkan Kelebihan Cawapres

Tapi, jika menjadi Capres itu sangat ditentukan oleh elektabilitas, untuk menjadi Cawapres itu  lebih besar dipengaruhi oleh lobi tingkat elit. Di titik ini, Airlangga Hartarto perlu lebih memainkan kartu AS nya.

-000-

Kembali kepada kutipan di awal: Pemilu Presiden itu seperti perlombaan lari marathon yang ketat. Pemenangnya hanya diketahui setelah pertandingan sudah berakhir.

Baca Juga: In Memoriam Abdul Hadi WM: Penulis Besar Selalu Hidup Melalui Karyanya

Di bulan Juli 2023, dua ratus hari sebelum hari pencoblosan, Prabowo memimpin agak jauh jika Head to Head dengan Ganjar Pranowo. Selisih dua capres ini sudah dua digit: 10, 4 persen.

Tapi  seperti lomba marathon, pertandingan memang belum berakhir. Anies Baswedan yang kini menjadi  Capres underdog tetap memiliki kemungkinan untuk bangkit pula jika ia memperoleh momentum. ***

-000-

Baca Juga: Simak Jadwal Laga Kamis: Piala Asia 2023, Piala Afrika 2024, dan Kiprah Indonesia di India Open

Detail data dan analisis soal melebarnya jarak elektabilitas Prabowo dan Ganjar dapat dilihat  dalam paper melalui link:

https://drive.google.com/file/d/166IIle8HvUb_WhYpZgyxx43N3hixGFOC/view?usp=drivesdk

Berita Terkait