DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Presiden Jokowi dan Wawasan Masa Depan Indonesia Dengan Kontrak Karya

image
Presiden Jokowi memajukan Indonesia lewat Kontrak Karya.

 

ORBITINDONESIA - Arab Saudi datang ke Indonesia di Bali tanpa jadi Kerja sama Besar dengan NKRI .

China datang ke Indonesia sebagai negara yang bekerja sama dalam investasi membangun infrastruktur NKRI dan bersedia Kontrak Karya.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Eropa: Kerja sama yang selama ini berjalan hanya sebagai pembeli hasil bumi Indonesia. Uni Eropa tidak bersedia kerjasama dalam bentuk Kontrak Karya. Hingga akhirnya Uni Eropa menganggap NKRI dipimpin Joko Widodo ditakuti .

Baca Juga: Sirkuit Pertamina di Mandalika NTB Jadi Seri Kedua World Superbike Kalender Musim 2023

Sebenarnya, kenapa ada sebagian rakyat yang demo? Sebagian rakyat itu demo karena mereka tidak percaya sama pemerintah.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Kenapa mereka tidak percaya? Karena mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan pemerintah.

Mungkin banyak di antara kita yang tidak tahu, apa yang diam-diam dikerjakan oleh Pak Jokowi?

Saat ini Arab Saudi lagi sadar, bahwa minyak bumi mau habis sehingga Putra Mahkotanya diperintah untuk diplomasi ke mana-mana, dan membangun investasi di negara lain.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Ganda Situmorang: Jerat Politik Identitas Mengintai Indonesia, Kepemimpinan Jokowi Selalu Diganggu

Pemerintah kita juga sadar, bahwa masa depan dunia ini bukan lagi minyak bumi, tapi nikel.

China sudah memiliki teknologi, dan secara masif memproduksi mobil listrik.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Uni Eropa tak mau kalah. Mereka telah lebih dulu memproduksi mobil listrik dan memperkenalkan ke ujung dunia.

Namun mendadak Uni Eropa marah, karena Jokowi melalui Permen No. 11 tahun 2019 melakukan penghentian ekspor bahan mentah bijih nikel ke Eropa. Uni Eropa menggugat Jokowi ke WTO karena larangan ekspor ini.

Baca Juga: COCOK UNTUK TUGAS SEKOLAH, Teks Pidato Hari Pahlawan 10 November yang Penuh Makna dan Bikin Tersenyuh

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Dan Jokowi menjawab: “Indonesia tidak lagi ekspor bijih nikel. Indonesia akan membangun sendiri pabrik baterai untuk bahan bakar mobil listrik.”

Apakah kita tahu cerita ini? Tentunya tidak semua dari kita tahu cerita ini.

Apakah Jokowi cuma membual? Tentu, tidak. Jokowi tidak ada 'potongan' sebagai pembual.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

PT Vale Indonesia adalah perusahaan pertama yang melaksanakan Kontrak Karya penambangan bijih nikel pada 2014, dan perusahaan tambang ini 58% sahamnya adalah milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah.

Baca Juga: SINGKAT, Contoh Teks Pidato Hari Pahlawan 10 November untuk Sekolah Tingkat SD, Tidak Bikin Bosan

Artinya apa? Perusahaan nikel terbesar ini dikelola oleh bangsa sendiri. Dan masih banyak lagi perusahaan nikel lain yang berkonsep Kontrak Karya tersebar di Sulawesi.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Pembangunan perusahaan nikel ini amat masif di periode pertama pemerintahan Jokowi. Apakah kita tahu itu?

Dahulu, Indonesia selalu mengekspor bijih nikel mentah ke Uni Eropa. Uni Eropa sangat senang karena bisa membeli bahan baku baterai dengan sangat murah dari Indonesia.

Apa gunanya Eropa mampu memproduksi mobil listrik, jika tidak punya bahan baterainya?

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: Lirik Lagu dan Chord Gitar Yang Terbaik Bagimu - Gita Gutawa feat ADA Band, Cocok untuk Hari Ayah Nasional

Nah, sekarang bayangkan juga konglomerat yang sudah makan enak hasil ekspor nikel ke Eropa?

Mereka pasti gigit jari karena sudah dilarang sama Jokowi. Apakah mereka diam? Pastinya tidak, dan sudah pasti melawan dengan berbagai cara.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Kini Jokowi menghentikan tabiat buruk itu. Jokowi membangun perusahaan nikel dari hulu ke hilir, sehingga kita tidak akan menjual nikel dalam bentuk bahan mentah yang murah, tapi dalam bentuk baterai yang mahal.

Di satu sisi, kita mendapat keuntungan yang berlimpah. Di sisi lain, Eropa akan sangat bergantung pada kita.

Baca Juga: LIRIK LAGU: Indah Pada Waktunya Oleh Putri Siagian

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Apa ini jalan mulus? Kita orang awam melihatnya mulus dan lancar. Tetapi apa kita paham perlawanan besar dunia sedang menghantam Jokowi saat ini?

Walaupun sesungguhnya Presiden yang mereka bilang plonga plongo itu, di balik layar sedang perang melawan Uni Eropa.

Apa kita tidak menyadari hal itu? Seberapa kuat Jokowi mampu memenangkan perang ini?

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Wong di dalam negeri saja, banyak di antara kita yang kerjaannya cuma dema-demo.

Baca Juga: LIRIK LAGU BUGIS: LENYNYE JARUNG

Jokowi kemudian membangun perusahaan Baterai Electric Vehicle (EV), yang sekalipun banyak diprakarsai perusahaan China, namun tetap prinsipnya adalah Kontrak Karya.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Kenapa China? China adalah negara dunia ketiga, yang hari ini juga gencar memproduksi mobil listrik selain Uni Eropa, bahkan melewati prestasi Amerika.

Uni Eropa hanya ingin membeli bahan baku nikel dari kita, dan enggan melakukan kerja sama.

China sadar bahwa mereka memiliki teknologi dan SDM ahli, tetapi tidak memiliki bahan baku baterai. Sementara Indonesia memiliki bahan baku, tapi tidak dengan teknologi.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Baca Juga: Aktor Chris Evans Dinobatkan Jadi Pria TERSEKSI 2022

Mutualisme ini melahirkan investasi yang saling menguntungkan. Inilah asal muasal mereka pada heboh TKA China.

Mereka menolak, karena belum tahu latar belakang ceritanya bukan? Jika bukan berkat China, masa depan cerah Indonesia akan terlewatkan.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Arab Saudi sudah diundang, tetapi tidak mau menanamkan modalnya, karena jelas Arab Saudi tidak punya teknologi itu.

China tidak merampas kesempatan pekerja, karena dalam perjanjiannya China hanya akan mendatangkan tenaga terkait mesin dan alat produksi yang berkaitan dengan teknologi mereka.

Baca Juga: Hoaks, Prabowo Subianto Dukung Anies Jadi Capres 2024

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

Begitu juga soal TKA China yang di Sulawesi. Mereka bertugas mengaplikasikan instalasi alat-alat dari perusahaan China ke Indonesia, untuk mendirikan pabrik nikel sampai pada produksi baterainya.

Apa wajah masa depan Indonesia? Minyak bumi akan habis. Arab Saudi sudah kebingungan untuk menanamkan modalnya ke mana-mana.

Eropa terutama Jerman, dan juga Jepang, sedang banting setir dari otomotif emisi menuju otomotif listrik, tapi mereka tidak punya baterainya.

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

Hanya Indonesia yang punya bahan baku, lahan, SDM, dan pasar. Nah, bagaimana cara untuk memperlancar itu semua?

Baca Juga: Gara gara Birokrasi Kacau, 80 Mahasiswa Penerima Beasiswa Kemenag RI Terlantar di Australia

Indonesia harus siap infrastruktur, karena bentuk geografis kita adalah pulau dengan jangkauan yang sangat luas.

Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru

Lalu regulasi. Omnibus Law ini adalah senjata jitu, untuk memuluskan transisi berpindahnya banyak sekali perusahaan asing ke negeri ini.

Lantas, apa kita tidak takut nanti negara kita dijajah bangsa asing? Jangan samakan era sekarang dengan zaman Pak Harto.

Sekarang kita sudah memiliki UU Kontrak Karya. Apapun bentuk usaha asing yang masuk ke negeri kita, minimal 51% sahamnya harus milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah.

Baca Juga: Dinas Kesehatan: Pengidap COVID 19 di Jakarta Mencapai 200 Kasus per Hari

Baca Juga: Nasihat di Video Tiktok Viral: Kalau Mau BANYAK REZEKI Maka PERBANYAK ...

Kalau sudah menguasai 51% saham, maka kita adalah pengelola aktif. Saham yang lain itu hanya menyokong dana dan saran.

Apa Jokowi bisa menjamin pelaksanaan UU tersebut? Buktinya sudah nyata, yaitu Freeport.

Baca Juga: Relawan Santri Muda Garut Dukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD

Dahulu kita cuma menikmati 9% keuntungan. Sekarang kita sudah memiliki 51% keuntungan Freeport.

Apa mereka tahu perjuangan Jokowi untuk merebut 51% itu? Ya sudah pasti tidak tahu, wong kerjaan mereka cuma mainan hoaks dan demo ke mana-mana kok.

Baca Juga: Fakta Unik Kucing Bengal, Jenis Kucing Terpintar Dibanding Ras Kucing Lainnya

Baca Juga: Ganjar Pranowo Ikut Kirab Budaya Nitilaku UGM  Yogyakarta

Pada 2030, ditargetkan seluruh armada Trans Jakarta adalah bus listrik. Dan setelah pabrik baterai, plan berikutnya adalah pabrik mobil listrik.

Apakah ini hanya rencana? Indonesia sudah memulai pembangunan pabriknya. Kalau tidak percaya, silakan googling Mobil Listrik Indonesia.

Kalau masih belum percaya lagi? Lihat Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Baca Juga: Buruh Rokok di Kudus Deklrasi Dukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka

Belum percaya lagi? Lihat produk-produk kebijakan apalagi yang sudah dilandaskan pada Perpres tersebut.

Baca Juga: Apa Alasan Sebenarnya Pangeran MBS Penjarakan lebih dari 20 Pangeran Arab Saudi

Apa tidak mungkin kita akan menjuarai otomotif dunia, karena bahan bakunya kita yang punya? Apa tidak mungkin kita akan semakmur Arab Saudi di masa mendatang?

Baca Juga: Pesantren Lirboyo Kediri Dukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar

Jokowi tinggal 2 tahun sekian bulan lagi menjabat, itupun masih mereka recoki dengan isu-isu hoaks.

Nikel, baterai EV, dan  mobil listrik adalah masa depan Indonesia.

(Dituliskan kembali oleh Mas Ali Ismail Irfan). ***

Berita Terkait