DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Di Hari Raya Nowruz, Haida Mendengar Sejarah

image

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - Puisi esai ini dibacakan dalam hari Raya Baha’i Nowruz di komunitas Bahai bersama Forum Esoterika, Selasa 21 Maret 2023.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

-000-

Tujuh belas tahun sudah usia Haida. Ia sudah melihat puluhan bulan purnama.

Malam hari, setelah perayaan Now’ruz, hari raya agama Bahai, Ayah bercerita.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

 

Mereka hanya berdua saja.

Duduk di beranda,

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

ditemani angin dan sepi yang syahdu.

 

“Haida itu juga nama nenekmu.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Ia lahir dan hidup dewasa di Iran.

Ayah ingin kau sekuat nenekmu.

Ketika kau lahir di Jakarta,

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

sudah Ayah niatkan memberimu nama seperti nama nenekmu.”

 

Ayah menunjukkan potret di dompetnya,  potret yang sudah menguning.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

 

Apapun dompet Ayah,

foto nenek selalu di sana,

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

sejak Ayah masih remaja.

 

“Ceritakan soal nenek, Ayah, pinta Haida.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Ceritakan, mengapa Ayah sangat mengaguminya.”

 

Ayahpun berkisah.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

“Itu tahun 50-an, di Iran, anakku.

Nenekmu masih remaja.

Ia disiksa hanya karena keyakinannya.”

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

 

“Petinggi agama resmi yang sangat keras di sana, mengancam nenek.”

 

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

“Kau boleh pilih.

Hidupmu akan terus disiksa.

Atau tinggalkan keyakinanmu.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Kembali ke agama yang benar.”

 

Nenekmu melihat sendiri.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Lebih dari 1000 rumah penganut Bahai dibakar.

Puluhan kaum Bahai dibunuh dengan tuduhan murtad.

 

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Rumah ibadah Bahai dihancurkan.

Penguasa politik bersatu dengan penguasa agama.

Bersama mereka menumpas keyakinan Bahai hingga ke akar. (1)

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

 

Haida terdiam.

Ia tak mengira perkara beda keyakinan berujung pembunuhan.

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

 

Ayah terus bercerita.

Pendiri pertama agama Bahai tak hanya dipenjara.

Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru

Ia pun dibunuh di depan regu tembak.

Tak hanya satu atau dua peluru menembus kepalanya.

Itu hanya karena keyakinannya.

Baca Juga: Dinas Kesehatan: Pengidap COVID 19 di Jakarta Mencapai 200 Kasus per Hari

 

Pendiri kedua agama Bahai juga disiksa.

Dipenjara di tempat gelap.

Baca Juga: Relawan Santri Muda Garut Dukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD

Kaki hingga lehernya dirantai.

 

Ia diusir dari negara asal,

Baca Juga: Ganjar Pranowo Ikut Kirab Budaya Nitilaku UGM  Yogyakarta

harus berpindah- pindah dari satu negara ke negara lain.

Itu hanya karena keyakinannya.

 

Baca Juga: Buruh Rokok di Kudus Deklrasi Dukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka

Di era itu, di abad 19,

lebih dari 20 ribu penganut Bahai dibantai hingga mati.

 

Baca Juga: Pesantren Lirboyo Kediri Dukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar

Nenekmu tahu itu semua.

Nenekmu pun terancam mati.

Itu hanya karena keyakinannya.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Neng Dara Affiah: Umat Islam tidak Punya Alasan Menolak Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

 

Tapi nenekmu adalah besi baja.

Ia tak patah.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Hak Asasi Manusia dan Pembaruan Islam Terus Berkembang

Walau remaja, ia berkata:

 

“Aku tak bisa menukar keyakinanku.

Baca Juga: Perkumpulan Penulis SATUPENA Hadirkan Neng Dara Affifah dalam Diskusi Hak Asasi Manusia dan Pembaruan Islam

Biarlah Tuhan yang nanti mengadiliku.

Dan kau bukan Tuhan.”

 

Baca Juga: Kampanye di Pelabuhan Perikanan, Nelayan Minta Gibran Bikin Aturan yang Memudahkan Penjualan Ikan

Nenekmu disiksa,

dipenjara.

Tapi nenekmu tetap bertahan dengan keyakinannya.

Baca Juga: Ahmad Syahroni Nasdem: Anies Baswedan Harapan Perubahan untuk Indonesia Timur

 

Haida kembali bertanya:

“Mengapa nenek begitu kokoh dengan keyakinannya, Ayah?

Baca Juga: Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Bantu Pelaku Usaha Emping Melinjo Condet Dapat Perlindungan Kekayaan Intelektual

Bukankah resikonya bisa membuat nenek mati dibunuh?”

 

Ayahpun memeluk Haida.

Baca Juga: Penyuluh dari Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Gencar Blusukan Menyuluh Hukum di Kalangan Pelajar Sekolah Dasar

Ujar Ayah: “Itulah hebatnya keyakinan anakku.

Itulah Iman.”

 

Baca Juga: BMKG: Selasa Ini, Cuaca Jakarta Diperkirakan Cerah dan Berawan

“Semua pendiri agama baru, menjadi musuh penguasa agama sebelumnya.

Itu hukum besi sejarah.”

 

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Prabowo-Gibran Bertengger di Puncak dengan Elektabilitas 39,3 Persen, Pilpres Bisa 2 Putaran

“Tapi sejarah menunjukkan.

Semua keyakinan yang kuat,

terus bertahan dan menyebar.”

Baca Juga: Survei Ipsos: Prabowo-Gibran 42,66 Persen, Ganjar-Mahfud MD 22,95 Persen, dan Anies-Muhaimin 22,13 Persen

 

“Keyakinan itu lebih kuat dari ancamam bom atom.”

 

Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U17 2023, Jerman Kalahkan 10 Pemain Spanyol dan Melangkah ke Semifinal

Haida melihat foto neneknya,

Foto yang sudah menguning.

 

Baca Juga: BRI Liga 1: Imbas Rusuh Suporter Gresik United, Laga Persebaya Surabaya Melawan PSIS Semarang Resmi Ditunda

Cahaya keluar dari foto itu.

Cahaya berubah menjadi kembang api.

Berwarna- warni di langit.

Baca Juga: Hasil Practice MotoGP Valencia 2023, Jorge Martin Menjadi yang Pertama

Ikut menyambut hari raya Nowruz, hari raya penganut agama Bahai.

 

Suara nenek seolah terdengar membisik di telinganya:

Baca Juga: Truk Bantuan Bahan Bakar Mulai Masuki Jalur Gaza

 

“Cucuku,

 

Baca Juga: Dewan Kota Barcelona Tangguhkan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Tetaplah berlari, walau tak terlihat jalan.

 

Tetaplah mendaki, walau banyak jurang.

Baca Juga: Hasil Pekan ke 11 Pegadaian Liga 2, PSIM Yogyakarta Melawan Malut United Berakhir Tanpa Pemenang

 

Tetaplah percaya, walau dunia menyangkal.

 

Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U17, Kalahkan Uzbekistan Prancis Tatap Semifinal

Tetaplah teguh, walau paku menghujam hatimu.

 

Itulah iman.

Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U17 2023: Kejutan Maroko Berakhir, Mali Tantang Prancis di Semifinal

Itulah kesadaran terdalam.

Itulah harta hidup tertinggi.” ***

 

Baca Juga: Hasil Sprint Race MotoGP Valencia 2023, Jorge Martin Ungguli Francesco Bagnaia

Maret 2023

1. Kisah persekusi agama Bahai di Iran dapat dibaca dalam laporan Amnesty International tahun 2016.

Amnesty International (October 1996). "Dhabihullah Mahrami: Prisoner of Conscience". AI INDEX: MDE 13/34/96. Retrieved 2017-05-25.

Berita Terkait