Denny JA: Ulfah Mencari Ayah Kandung, Konflik Sampit 2001 Suku Dayak versus Madura
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 24 Juli 2022 08:47 WIB
Oleh: Denny JA
ORBITINDONESIA – Denny JA selaku pendiri ORBITINDONESIA prihatin terhadap konflik bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan di Indonesia.
Baca Juga: Liga Inggris: Sheffield United Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi
Menurut Denny JA, konflik seperti itu mesti dicegah jangan sampai terjadi di hari-hari mendatang di Tanah air ini.
Atas keprihatinannya itu, Denny JA menulis puisi dan berbagai esai tentang isu dan konflik bermuatan primordial di Indonesia. Berikut ini salah satu puisi esai mini karyanya:
Baca Juga: Hasil Liga 1: Kalahkan Barito Putera, Madura United di Puncak Klasemen
Baca Juga: Liga 1: Persib Bandung Pastikan Masuk ke Championship Series
“Ulfah Mencari Ayah Kandung”
Bulan terluka di Kota Sampit,
Kotawaringin, Kalimantan Tengah, di suatu malam, tahun 2022.
Kisah sedih mengalir dibawa angin, melewati pohon- pohon jambu, melintasi jendela dan pintu rumah.
Angin itu menyelinap masuk ke dalam hati Ulfah.
Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang
Terdiam Ulfah.
Pilu datang. Dalam sekali.
Ia kaget alang kepalang.
Jantungnya terasa berhenti.
Bom atom meletus tepat di ulu hati.
Walau itu sudah ia duga.
Enam bulan lagi, pernikahan terjadi.
Baca Juga: New Year Gaza 24 B
“Ampuun,” jeritnya tak bersuara.
“Aku harus bagaimana?”
Baca Juga: DKI Jakarta Temukan Ratusan Penerima Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul tidak Sesuai Data
“Maafkan Ayah dan Ibu, Nak.
Sudah lama kami ingin cerita.
Tapi selalu kami tak tega,” pinta Ibu sedih.
Baca Juga: Hasil Rapat Rekapitulasi, KPU RI Sahkan Prabowo-Gibran Unggul di Kalimantan Barat
Dua orang tua, suami istri itu, sudah Ulfah anggap Ayah dan Ibunya sendiri.
Mereka berdua merawatnya.
Baca Juga: KBRI Tokyo Kawal Penanganan 20 Warga Indonesia Anak Buah Kapal Jepang Fukuei-Maru yang Kandas di Izu
Sejak pertama.
Lanjut Ayah:
Baca Juga: Liga 1: Petik Hasil Seri Melawan Bhayangkara FC, Arema FC Merangkak Naik Satu Peringkat
“Tapi kita beragama Islam.
Pernikahanmu harus sah.
Yang menikahkanmu,
Baca Juga: Lewat Sebuah Diskusi Berdua: Inilah Alasan Denny JA Memilih Berdiri di Samping Presiden Jokowi
harus Ayah kandungmu sendiri.
Atau kerabatnya.” (1)
“Kami mencintaimu, Nak.
Seperti anak kandung sendiri.
Tapi kami bukan orang tua kandungmu.” Ibu menyampaikan ini dengan perih.
Baca Juga: Liga 1: Kalahkan Tuan Rumah Persikabo 1973, Borneo FC Kian Kukuh di Puncak Klasemen
“Tahun 2001,
Ketika konflik suku Madura dan Suku Dayak,
Baca Juga: Real Madrid dan Mbappe Sedang Berunding Kontrak
Ayahmu, suamiku, mendengar bocah menangis.”
Di sekelilingmu, semua mayat.
Bergelimpangan.
Baca Juga: Liga Inggris: Manchester United Dekati Empat Besar Usai Menang Melawan Luton Town
Mayat orang-orang Madura.”
“Kau beruntung.
Kau hanya pingsan saat itu.
Kau dikira mati.”
Baca Juga: Addin Jauharudin Terpilih Sebagai Ketua Umum PP GP Ansor dalam Kongres XVI yang Berjalan Damai
Bom atom yang lebih besar lagi kembali meletus, berkali- kali, meledak di jantung, pecah di tulang sumsum, berdentum di perutnya.
“Aku ditemukan di tumpukan mayat? Karena aku menangis? Usiaku satu tahun?” Tanya Ulfah dalam hati.
Baca Juga: Haruskah Lembaga Survei Memberi Tahu Siapa yang Mendanai Surveinya? Inilah Pendapat Denny JA
“Ayah dan Ibu kandungmu pasti orang Madura.
Itu kawasan Madura,” kata Ayah.
Baca Juga: MotoGP: Ducati Berusaha Perpanjang Kontrak Francesco Bagnaia
Ibu meneruskan. “Suamiku ragu-ragu membawamu.
Tapi matamu menatap mata suamiku.
Baca Juga: Liga Inggris: Sikat Habis Chelsea 4-1, Liverpool Semakin Mantap di Puncak Klasemen Sementara
Kedua tanganmu menjulur.
Minta digendong.”
Baca Juga: Ini Tema Utama Debat Capres Kelima atau Terakhir yang akan Dibahas Anies, Prabowo, dan Ganjar
Kami juga suku Dayak.
Tapi kami tak ikut mengamuk.”
Baca Juga: Jadwal Debat Capres dan Cawapres Terakhir, Tema, Tempat, dan Jam Tayang
“Kami belum dikarunia putra- putri.
Suamiku tersihir.
Mungkin dirimu dikirim Tuhan, menjadi anak kami.
Baca Juga: Program BBM Satu Harga Digenjot Percepatannya di 2024 oleh BPH Migas
untuk kami rawat.”
“Suamiku membawamu, diam-diam.
Baca Juga: Piala Asia 2023: Malam Ini Siaran Langsung Indonesia Vs Australia di RCTI Pukul 18.30 WIB
Keluar Sampit, bersembunyi.
Kami selalu ketakutan.
Jika mereka tahu kau orang Madura,
Baca Juga: Dubes RI untuk Malaysia Hermono Merespons Video yang Tuduh Intervensi Intelijen dalam Pemilu 2024
tak hanya dirimu dibunuh.
Kami juga dibunuh.
Kami akan dituduh berkhianat.”
Baca Juga: Duh, Wartawan Ini Kecopetan saat Meliput Debat Capres Cawapres di JCC
Ayah menambahkan:
“Kota Sampit sedang gila.
Baca Juga: Pengamat Komunikasi Anang Sujoko: Debat Keempat Pilpres akan Tampilkan Kelebihan Cawapres
Arwah purba gentayangan di langit.
Kemarahan dan amuk
menguncang pohon- pohon.”
Baca Juga: In Memoriam Abdul Hadi WM: Penulis Besar Selalu Hidup Melalui Karyanya
“Akhirnya, kami membawamu,
tinggal di Surabaya.”
Baca Juga: Simak Jadwal Laga Kamis: Piala Asia 2023, Piala Afrika 2024, dan Kiprah Indonesia di India Open
Setelah damai,
tahun 2004, tiga tahun kemudian,
Baca Juga: Tidak Terima Jadi Tersangka, Siskaeee Mohon Praperadilan, Begini Reaksi Polda Metro Jaya
kita kembali ke Sampit,
tapi di wilayah lain.”
Ujar Ibu lagi: “Semua tetangga mengira kau anak kandung kami. Tapi memang bagi kami, kau seperti anak kandung kami sendiri.”
Ulfah tak bersuara.
Baca Juga: Makna Tersembunyi Tahun Naga di Hari Raya Imlek 2024, Ternyata Bagus Banget
Hanya diam saja.
Separuh napasnya melayang.
Baca Juga: Jadwal Terkini Hari Raya Imlek 2024, Libur dan Cuti Bersama
Malam itu, di Kota Sampit.
Langit diam. Beku.
Memendam air mata,
yang dicoba ditahan- tahan.
Seminggu sudah.
Baca Juga: Liga Inggris: West Ham Hanya Mampu Bermain Imbang 0-0 lawan Brighton di Pekan ke-20
Ulfah mengurung diri di kamar.
Entah harus apa.
Semua hambar.
Baca Juga: Timnas Indonesia Harus Telan Pil Pahit, Kalah Telak 0-4 Lawan Libya
Ulfah menjadi pohon lunglai.
Tanpa akar.
Baca Juga: Rumah Grealish Dibobol Maling Ketika Laga Manchester City vs Everton
Berulang-ulang, ia bertanya:
“Siapa aku?
Baca Juga: Moeldoko Adukan Majalah Tempo ke Dewan Pers
Ya, Allah, penguasa langit dan bumi.
Temukan akarku.
Aku ingin jumpa Ayah kandungku,
Baca Juga: Timnas Indonesia Santap Menu Latihan Penguatan Fisik di TC Turki
Ibu kandungku.
Ulfah lahir kembali.
Baca Juga: Sortir dan Lipat Surat Suara di Jakarta Barat Dimulai 2 Januari 2024
Ia berkelana,
mencari keluarga kandung,
menemukan akar.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Berjanji Hapus Syarat Batas Usia Daftar Kuliah dan Bekerja
Ia datangi kawasan Madura yang tersisa di Sampit.
Ia datangi siapa saja,
Ia haus informasi.
“Oh, alam semesta.
Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda
Kirimlah dewi pengetahuan.
Di Sampit, tahun 2001, siapakah yang memiliki putri berusia satu tahun, yang tinggal di kawasan Madura, yang mengira putrinya mati?”
Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma
Sebulan sudah ia mencari.
Banyak ia dengar.
Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan
Bapak itu lancar menjelaskan.
“Kita orang Madura disamakan dengan tikus. Dibantai alang kepalang.
Ampuuun, kepala orang Madura dipotong. Dipancung!” (2).
“Hanya pertolongan Allah, saya selamat.
Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota
Dua orangtua saya mati.
Empat adik saya juga mati.
Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju
Dingin bapak itu bercerita.
Berjarak.
Sudah habis air mata.
Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima
“Saat itu, usia saya 19 tahun. Saya berasal dari Desa Parit Beringin.
Sekitar 40 km Barat Kota
Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah
Sampit.”
“Tapi orang Madura juga tinggal di Desa Bagendang Hilir.
Di desa Tanah Runtuh.
Di desa Kuala Kuayan.”
“Hampir seluruh penduduk desa itu mati.
Atau sembunyi.
Atau mengungsi.
Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus
Ribuan jumlahnya.
Lebih dari 100 ribu.
Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat
“Saya tinggal sebatang kara.”
Bapak yang lain, di tempat lain, juga bercerita.
Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan
“Saya siap-siap mau mengungsi.
Tapi kapal laut tak cukup.
“Saya tanya petugas, pak, kapan lagi kapalnya datang?”
Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru
“Katanya: TNI Angkatan Laut akan kirim KRI.
Itu kapal perang Republik Indonesia.
Bayangkan, yang membawa pengungsi itu kapal perang.
Baca Juga: Dinas Kesehatan: Pengidap COVID 19 di Jakarta Mencapai 200 Kasus per Hari
Tak main-main.”
Di tempat lain, ibu itu juga berkisah.
Baca Juga: Relawan Santri Muda Garut Dukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD
“Suku Dayak memberi kami batas waktu.
Sampai selasa besok,
Baca Juga: Ganjar Pranowo Ikut Kirab Budaya Nitilaku UGM Yogyakarta
Sampit harus bersih dari orang Madura.
Tak boleh ada orang Madura lagi di sini.
Semua harus pergi.
Baca Juga: Buruh Rokok di Kudus Deklrasi Dukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka
Atau Mati!
“Ihhhh… ngeri.
Baca Juga: Pesantren Lirboyo Kediri Dukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar
Saya terancam. Takut. Menangis.”
Aparat berjanji melindungi kami.”
Kata petugas: “Suku Dayak sudah dilarang keliling kota membawa senjata.”
“Itu ada pusat Komando Perang Dayak di
Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Hak Asasi Manusia dan Pembaruan Islam Terus Berkembang
Hotel Rama. Kelompok itu sudah dibubarkan.”
“Kami menunggu antrian mengungsi.
Baca Juga: Kualitas Udara di Jakarta tidak Sehat Kamis Pagi Ini
Banyak yang sakit.
Anak saya usia 5 tahun.
Mati, entah sakit apa.”
Ulfah terdiam.
Sia siakah ini pencarian?
Baca Juga: Kampanye di Pelabuhan Perikanan, Nelayan Minta Gibran Bikin Aturan yang Memudahkan Penjualan Ikan
Banyak informasi.
Tapi tiada keterangan soal ayah kandungnya.
Baca Juga: Ahmad Syahroni Nasdem: Anies Baswedan Harapan Perubahan untuk Indonesia Timur
Berbulan ia mencari.
Berbulan pula tiada jejak.
Berbulan ia berkelana.
Berbulan pula tiada petunjuk.
Ranting hati patah.
Memintanya berhenti mencari.
Baca Juga: BMKG: Selasa Ini, Cuaca Jakarta Diperkirakan Cerah dan Berawan
Tapi harapan datang.
Untuk pertama kalinya.
Sinar cahaya di ujung kegelapan.
Ia berjumpa sebuah keluarga.
Wajah ibu itu,
Oh lihatlah wajahnya.
Mirip wajahku.
Lihatlah matanya.
Oh, lihatlah hidungnya.
Ibu itu mengaku.
Tahun 2001,
ia punya putri usia setahun.
Tapi ia mengira putrinya mati.
Baca Juga: Hasil Practice MotoGP Valencia 2023, Jorge Martin Menjadi yang Pertama
“Saya pergi dan suami,
tak bisa membawa apa-apa.
Baca Juga: Truk Bantuan Bahan Bakar Mulai Masuki Jalur Gaza
Tak sempat menguburkan putri kami.
Kita semua takut sekali.
Tergesa-gesa.”
Baca Juga: Dewan Kota Barcelona Tangguhkan Hubungan Diplomatik dengan Israel
“Ya Allah, wajahmu mirip aku,” ujar ibu itu.
Baca Juga: Hasil Pekan ke 11 Pegadaian Liga 2, PSIM Yogyakarta Melawan Malut United Berakhir Tanpa Pemenang
Ia membawa Ulfah menatap cermin. Berdua membandingkan wajah.
“Jika putriku hidup, ia sebaya dirimu.” Lanjut ibu itu lagi.
Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U17, Kalahkan Uzbekistan Prancis Tatap Semifinal
“Mungkinkah Ibu ini adalah ibuku?” Tanya Ulfah dalam hati.
Ibu itu memeluk Ulfah.
“Ya Allah, semoga dirimu lah putri kami, yang kami kira mati.”
Baca Juga: Hasil Sprint Race MotoGP Valencia 2023, Jorge Martin Ungguli Francesco Bagnaia
Laki-laki tua itu,
duduk saja.
Ia menatap Ulfah.
Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, PSS Sleman Sukses Raih Tiga Angka atas Barito Putera
Mata laki-laki itu berkaca- kaca.
Tanya Ulfah dalam hati lagi:
Baca Juga: Pekan ke 20 BRI Liga 1: Ciro Alves Hattrick, Persib Bandung Pesta Gol ke Gawang Dewa United
“Inikah Ayahku?”
Laki- laki itu tak banyak kata.
Sejak lima tahun lalu,
ia sakit, tak bisa lagi bicara.
Baca Juga: Hasil Pekan ke 13 Liga Italia, Juventus Melawan Inter Milan Berakhir Tanpa Pemenang
Ulfah menjelaskan kepada ibu-bapak itu:
“Kini ada test DNA.
Apakah ibu dan bapak bersedia?
Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, Persik Kediri Libas 10 Pemain Arema FC
Bersama kita test DNA?
Agar pasti atau tidak, apakah kita berhubungan darah?
Apakah aku anak kandung bapak dan ibu?”
Baca Juga: MotoGP 2023: Fabio Di Giannantonio Resmi Gantikan Luca Marini di VR46 Racing Team
Penuh harap, Ulfah menunggu hasil DNA.
Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, Gol Telat Ragil Selamatkan Muka Bhayangkara FC
Di mata Ulfah,
bunga-bunga tumbuh di tiang-tiang listrik.
Air hujan menyiram Kota Sampit.
Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, Asisst Stefano Lilipaly Bawa Borneo FC Kalahkan Persis Solo
Oh, sejuknya.
“Wow!, akhirnya aku alami test DNA. Memastikan Ayah kandungku.
Baca Juga: Hasil Semifinal Piala Dunia U17 2023, Argentina Kalah Tos Tosan, Jerman Melaju ke Final
Ibu kandungku.”
Datanglah hasil itu.
Baca Juga: Berikut Daftar Tim dan Pebalap pada MotoGP 2024
Dua bulan Ulfah menunggu.
Kesimpulannya jelas.
Tegas.
Baca Juga: Hasil Semifinal Piala Dunia U17 2023, Dua Gol Cantik Antarkan Prancis Tatap Final
Dari hasil DNA,
apa daya.
Ulfah bukan anak Ibu itu.
Ulfah bukan anak Ayah itu.
Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Kalahkan Ekuador Brasi Melaju ke Perempat Final
Ulfah terdiam.
Terpana.
Terhentak.
Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Pulangkan Jepang Spanyol Tatap Perempat Final
Malam gelap.
Ulfah menatap langit.
Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Dramatis Jerman Kalahkan Amerika Serikat
“Di manakah kau menyembunyikan Ayah kandungku, wahai langit?
Aku sudah mencarinya.
Ke utara dan ke selatan.
Sudah kutempuh delapan penjuru angin.”
“Aku masih hidup.
Baca Juga: Menambah Kedalaman Skuad dan Berbagi Pengalaman, Alasan Marcelo Rospide Datangkan Irfan Bachdim
Apakah Ayahku juga masih hidup?”
Langit tak menjawab.
Baca Juga: Qatar akan Umumkan Gencatan Senjata Antara Hamas dan Israel
Hanya sepi. Hening. Pilu.
Misteri menggantung di Kota Sampit.
Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17, Dramatis Maroko Kalahkan Iran Lewat Titik Putih
Malam bertambah gelap.
Tapi hati Ulfah lebih gelap lagi. ***
Juli 2022
CATATAN.
1. Untuk sah menikah secara Islam, seorang gadis harus dinikahkan oleh walinya, yaitu ayah kandungnya sendiri, atau kerabatnya.
Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Argentina Sukses Gulung Venezuela
https://www.hukumonline.com/klinik/a/bolehkah-ayah-angkat-menjadi-wali-nikah-lt540945124d4e3
2. Kisah konflik Sampit dari kacamata orang Madura, diambil dari berita ini:
https://www.mail-archive.com/[email protected]/msg08441.html
Baca Juga: Laga Kualifikasi Piala Eropa 2024: Belanda Sukses Gebuk Gibraltar
3. Test DNA kini digunakan untuk memastikan hubungan sedarah.
https://www.amazon.com › How-D...How to DNA Test Our Family Relationships
Baca Juga: Hasil Sidang Komdis PSSI, Akibat Ulah Suporter Bali United dan Persib Bandung Kompak Didenda
#Puisi Esai Mini ini bagian dari buku “JERITAN SETELAH KEBEBASAN” yang segera terbit (Denny JA, 2022).
Ini kumpulan kisah konflik primordial di Era Reformasi: Konflik agama di Maluku (1991-2002), Konflik suku dayak versus madura di Sampit (2001), Konflik Rasial di di Jakarta (Mei 1998), Konflik Ahmadiyah di Mataram (2002-2017), dan konflik pendatang Bali dan penduduk asli di Lampung (2012).