DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Denny JA: Mengungsilah Dulu, Sayangku, Kerusuhan Sampit 2001

image
Mengungsilah Dulu, Sayangku

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA – Denny JA, selaku pendiri ORBITINDONESIA begitu prihatin dengan konflik berbau suku, agama, ras, dan antargolongan di Tanah Air ini.

Baca Juga: Liga Inggris: Sheffield United Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Ia tidak menginginkan konflik yang merendahkan harkat manusia dan kemanusiaan ini berulang di Indonesia.

Denny JA menuangkan keprihatinannya itu ke dalam bentuk puisi esai berikut ini:

 

Baca Juga: Liga 1: Persib Bandung Pastikan Masuk ke Championship Series

“Mengungsilah Dulu, Sayangku”

Rasa yang ngilu,

pelan tapi dalam,

Baca Juga: Megawati Sampaikan Surat Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan ke Mahkamah Konstitusi: Semoga MK Bukan Ketok Palu Godam

menyelinap di hati Jazil.

 

Suasana hening terbang,

Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang

dibawa angin,

memenuhi udara Kota Sampit, di satu sore tahun 2015.

 

Baca Juga: Todung Mulya Lubis: TPN Ganjar-Mahfud Minta Mahkamah Konstitusi Hadirkan Kapolri Dalam Sidang PHPU Pilpres

Sepi.

Juga sedih.

 

Baca Juga: Sidang Komite Disiplin PSSI: Persita Tangerang, Persebaya Surabaya, PSS Sleman Didenda Seratusan Juta

Empat belas tahun sudah,

Jazil pergi dari kota ini.

 

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Kini, pertama kali, Jazil kembali.

Kembali ke Sampit.

Ia pulang.

Baca Juga: DKI Jakarta Temukan Ratusan Penerima Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul tidak Sesuai Data

Ia memberanikan diri.

 

Jazil pulang setelah berdiri Tugu perdamaian.

Baca Juga: Hasil Rapat Rekapitulasi, KPU RI Sahkan Prabowo-Gibran Unggul di Kalimantan Barat

Tugu suku Dayak dan suku Madura.

 

Jazil duduk di tangga.

Baca Juga: KBRI Tokyo Kawal Penanganan 20 Warga Indonesia Anak Buah Kapal Jepang Fukuei-Maru yang Kandas di Izu

Diambilnya secarik kertas, dari saku.

Catatan lama yang lusuh, dari tahun 2001,

empat belas tahun lalu.

Baca Juga: Liga 1: Petik Hasil Seri Melawan Bhayangkara FC, Arema FC Merangkak Naik Satu Peringkat

 

Ia baca kembali:

“Mengungsilah dulu, sayangku.

Baca Juga: Lewat Sebuah Diskusi Berdua: Inilah Alasan Denny JA Memilih Berdiri di Samping Presiden Jokowi

Menjauh dari Kota Sampit.

Semua sedang gila.

Ketika sudah reda,

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Pers Bukan Sekadar Pilar Demokrasi, Namun Juga Ikut Bermain Politik

kembali lagi ke sini,

ke Kota Sampit.

Aku menunggumu.

Baca Juga: Liga 1: Kalahkan Tuan Rumah Persikabo 1973, Borneo FC Kian Kukuh di Puncak Klasemen

Kita menikah.”

 

(Sanja, 4 Maret 2001)

Baca Juga: Real Madrid dan Mbappe Sedang Berunding Kontrak

 

Jazil terdiam.

Wajah Sanja, sang kekasih,

Baca Juga: Liga Inggris: Manchester United Dekati Empat Besar Usai Menang Melawan Luton Town

sudah menyatu di tulang sumsum.

 

Lalu Jazil menangis segugukan.

Baca Juga: Pemilu 2024, Civitas Academica UKI Jakarta Imbau ASN, TNI, dan Polri Junjung Tinggi Sumpah Jabatan Etika Moral

Entah mengapa.

Dicoba ditahan.

Badan terguncang- guncang.

Baca Juga: Addin Jauharudin Terpilih Sebagai Ketua Umum PP GP Ansor dalam Kongres XVI yang Berjalan Damai

 

Kisah empat belas tahun lalu datang kembali.

Konflik berdarah suku Dayak versus suku Madura.

Baca Juga: Haruskah Lembaga Survei Memberi Tahu Siapa yang Mendanai Surveinya? Inilah Pendapat Denny JA

Horor.

Ngeri.

 

Baca Juga: MotoGP: Ducati Berusaha Perpanjang Kontrak Francesco Bagnaia

Itu tahun 2001.

Usia Jazil  22 tahun.

Sanja , oh Sanja , gadis Dayak 20 tahun,

Baca Juga: Liga Inggris: Sikat Habis Chelsea 4-1, Liverpool Semakin Mantap di Puncak Klasemen Sementara

oh pujaan hati.

 

Bulan purnama depan, mereka menikah.

Baca Juga: Ini Tema Utama Debat Capres Kelima atau Terakhir yang akan Dibahas Anies, Prabowo, dan Ganjar

Rumah itu, pemberian ayah Jazil.

Mungil saja.

Tapi banyak pohon.

Baca Juga: Jadwal Debat Capres dan Cawapres Terakhir, Tema, Tempat, dan Jam Tayang

 

Berdua mereka rawat itu rumah.

“Ini nanti kamar untuk anak kita ya,” pinta Sanja.

Baca Juga: Program BBM Satu Harga Digenjot Percepatannya di 2024 oleh BPH Migas

Di ruang tamu itu, terpasang wajah Sanja.

Jazil sendiri yang melukisnya.

 

Baca Juga: Piala Asia 2023: Malam Ini Siaran Langsung Indonesia Vs Australia di RCTI Pukul 18.30 WIB

Cinta memenuhi itu rumah.

Kemesraan menempel di mana-mana, di plafon, di lemari, di meja.

Kasih sayang menggelantung di jendela, di pintu.

Baca Juga: Dubes RI untuk Malaysia Hermono Merespons Video yang Tuduh Intervensi Intelijen dalam Pemilu 2024

 

“Oh kedalaman kasih sayang, kau kupu- kupu yang selalu hinggap di hatiku.”

Itulah yang dirasakan Jazil.

Baca Juga: Duh, Wartawan Ini Kecopetan saat Meliput Debat Capres Cawapres di JCC

 

Saat itu, orang tua Sanja menerima Jazil.

 

Baca Juga: Pengamat Komunikasi Anang Sujoko: Debat Keempat Pilpres akan Tampilkan Kelebihan Cawapres

“Saya tak tahu apakah masih ada darah Madura di tubuh saya,” ujar Jazil  kepada Ayah Sanja, tokoh Dayak.

 

Lanjut Jazil, “Saya hanya mendengar.

Baca Juga: In Memoriam Abdul Hadi WM: Penulis Besar Selalu Hidup Melalui Karyanya

Buyut saya dari Madura.

Tahun 1930, ia ikut transmigrasi ke sini.”

 

Baca Juga: Simak Jadwal Laga Kamis: Piala Asia 2023, Piala Afrika 2024, dan Kiprah Indonesia di India Open

Tapi saya, ayah saya, kakek saya, lahir di sini,

di Kalimantan Tengah.

 

Baca Juga: Tidak Terima Jadi Tersangka, Siskaeee Mohon Praperadilan, Begini Reaksi Polda Metro Jaya

Lalu meledaklah konflik itu.

Puncaknya 18-21 Febuari 2001.

 

Baca Juga: Imlek 2024, Begini Gambaran Karakter Orang yang Lahir di Tahun Naga, Lengkap dengan Kelebihan dan Kelemahannya

Ratusan suku Madura tak hanya dibunuh suku Dayak,

tapi juga dipancung kepalanya.

 

Baca Juga: Makna Tersembunyi Tahun Naga di Hari Raya Imlek 2024, Ternyata Bagus Banget

Sore itu, Jazil menjerit kencang sekali.

Ayahnya  mati di tangan suku Dayak.

Jazil melonglong.

Baca Juga: Jadwal Terkini Hari Raya Imlek 2024, Libur dan Cuti Bersama

Suaranya menyentuh langit:

 

“Tidaaaaaakkkkk!

Baca Juga: Liga Jerman: Bayer Leverkusen Tundukkan Augsburg 1-0 dan Amankan Posisinya di Puncak Klasemen Sementara

Apa salahmu, Ayah?

Kau tak ikut konflik ini!”

 

Baca Juga: Liga Inggris: West Ham Hanya Mampu Bermain Imbang 0-0 lawan Brighton di Pekan ke-20

Paman minta Jazil  pergi dari Sampit.

“Tapi paman, aku akan menikah dengan gadis Dayak. Aku aman di sini.”

 

Baca Juga: Timnas Indonesia Harus Telan Pil Pahit, Kalah Telak 0-4 Lawan Libya

Paman membentak: “Hei, kau mau mati?

Buka matamu. Lihat pak Hasyim. Istrinya juga orang Dayak. Ia juga dipancung!!”

 

Baca Juga: Rumah Grealish Dibobol Maling Ketika Laga Manchester City vs Everton

Jazil tak terpengaruh.

“Cintaku lebih kuat dibandingkan seribu gunung,

mengalahkan rasa takutku,” Jazil yakinkan diri.

Baca Juga: Moeldoko Adukan Majalah Tempo ke Dewan Pers

 

Sampailah  momen itu.

kakak lelaki Sanja datang padanya,

Baca Juga: Timnas Indonesia Santap Menu Latihan Penguatan Fisik di TC Turki

Menyampaikan  secarik kertas itu.

 

Surat dari Sanja,

Baca Juga: Sortir dan Lipat Surat Suara di Jakarta Barat Dimulai 2 Januari 2024

memintanya mengungsi.

 

“Di mana aku bisa temui Sanja?,” tanya Jazil.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Berjanji Hapus Syarat Batas Usia Daftar Kuliah dan Bekerja

 

Sang kakak menjelaskan.

“Ini bukan waktu yang tepat. Bahaya bukan hanya buat Jazil.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

 

Juga bahaya buat Sanja.

“Bahaya buat keluarga.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Kami akan dituduh berkhianat.”

 

Kakak Sanja menjelaskan. Ayah mereka juga berubah.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Jazil tak lagi diterima.

Jazil orang Madura.

Ayah Sanja tokoh Dayak.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

 

Bahaya dimana- mana.

Semua daun- dan ranting

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

menjadi mata- mata.

Mencari siapapun orang Madura.

Juga suku Dayak yang membantu Madura.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

 

Itulah hari terakhir Jazil di Kota Sampit.

Ia mengungsi ke Jawa Timur,

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

naik kapal yang dikawal TNI angkatan laut.

 

Di tengah laut, di malam itu,

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

di perjalanan keluar dari Kalimantan, di geladak kapal, Jazil berteriak:

 

“Sanja, Sanja, tunggu aku.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Segera aku kembali.

Tunggu akuuuuuuuu.”

 

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Tahun 2002,

setahun sudah Jazil di Surabaya.

Setahun ia tak berkabar dengan Sanja.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

 

“Sanja, rinduku padamu memuncak.

Apa kabarmu?

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Aku di sini,

tidak baik- baik saja.

Aku ingin menikahimu.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Seperti yang kau minta.”

 

“Berkali- kali kukirim surat.

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

Sampaikah pesanku padamu?

Mengapa tiada satu suratpun kau balas?”

 

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

Jazil awalnya ingin segera kembali ke Sampit.

Di tahun itu juga, tahun 2002.

 

Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru

Ia membaca berita.

Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono berkata.

Tokoh Dayak menjamin orang Madura sudah aman kembali ke Sampit. (1)

Baca Juga: Dinas Kesehatan: Pengidap COVID 19 di Jakarta Mencapai 200 Kasus per Hari

 

Jazil juga mendengar kabar.

Banyak tokoh  Dayak Kalimantan.

Baca Juga: Relawan Santri Muda Garut Dukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD

Mereka berkunjung kepada Wapres Hamzah Haz.

 

Perdamaian dengan suku Madura segera dimulai.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Ikut Kirab Budaya Nitilaku UGM  Yogyakarta

Diawali dengan ritus supernatural. (2)

 

Dua ratus orang sakti akan dikerahkan.

Baca Juga: Buruh Rokok di Kudus Deklrasi Dukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka

Langit Kota Sampit segera dibersihkan.

Arwah dan roh kemarahan diminta pergi.

 

Baca Juga: Pesantren Lirboyo Kediri Dukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar

“Sanja, sambutlah.

Aku akan datang.

Kita segera menikah.”

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Neng Dara Affiah: Umat Islam tidak Punya Alasan Menolak Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

 

Namun Jazil  mendengar berita.

Suku Dayak kembali menyerang Suku Madura di Kota Sampit. (3)

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Hak Asasi Manusia dan Pembaruan Islam Terus Berkembang

“Oh, di manakah jaminan itu?”

 

Jazil urungkan diri.

Baca Juga: Kualitas Udara di Jakarta tidak Sehat Kamis Pagi Ini

Kematian Ayahnya,

yang dibunuh,

dipancung kepala,

Baca Juga: Perkumpulan Penulis SATUPENA Hadirkan Neng Dara Affifah dalam Diskusi Hak Asasi Manusia dan Pembaruan Islam

membuatnya gentar.

 

Tahun 2015, empat belas tahun sudah  Jazil menunggu.

Baca Juga: Kampanye di Pelabuhan Perikanan, Nelayan Minta Gibran Bikin Aturan yang Memudahkan Penjualan Ikan

Selama itu,

Ia menahan diri.

Tak menikah,

Baca Juga: Ahmad Syahroni Nasdem: Anies Baswedan Harapan Perubahan untuk Indonesia Timur

Tak jatuh cinta.

 

Beberapa gadis berkunjung.

Baca Juga: Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Bantu Pelaku Usaha Emping Melinjo Condet Dapat Perlindungan Kekayaan Intelektual

Mengetuk pintu hati.

Tapi itu pintu tak pernah Jazil buka.

 

Baca Juga: Penyuluh dari Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Gencar Blusukan Menyuluh Hukum di Kalangan Pelajar Sekolah Dasar

“Ini pintu hanya untuk Sanja.

Kekasihku sudah berjanji. Ia menunggu.

Oh, Cinta sejatiku.”

Baca Juga: BMKG: Selasa Ini, Cuaca Jakarta Diperkirakan Cerah dan Berawan

 

Tahun 2015.

Berdiri sebuah tugu.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Prabowo-Gibran Bertengger di Puncak dengan Elektabilitas 39,3 Persen, Pilpres Bisa 2 Putaran

 

Di bundaran utama  kota Sampit.

Tepat ditengah bundaran.

Baca Juga: Survei Ipsos: Prabowo-Gibran 42,66 Persen, Ganjar-Mahfud MD 22,95 Persen, dan Anies-Muhaimin 22,13 Persen

Tugu perdamaian itu

tegak, kokoh, menjulang.

Oh damailah suku Dayak dan suku Madura,

Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U17 2023, Jerman Kalahkan 10 Pemain Spanyol dan Melangkah ke Semifinal

 

Tugu itu, berbentuk cawan suku Dayak.

Besar. Besar sekali.

Baca Juga: BRI Liga 1: Imbas Rusuh Suporter Gresik United, Laga Persebaya Surabaya Melawan PSIS Semarang Resmi Ditunda

Dikelilingi taman. (4)

 

Berdiri pula  di dekat tugu,

Baca Juga: Hasil Practice MotoGP Valencia 2023, Jorge Martin Menjadi yang Pertama

 Masjid Agung Wahyu Al Hadi.

 

Sudah berdiri sebelumnya,

Baca Juga: Truk Bantuan Bahan Bakar Mulai Masuki Jalur Gaza

monumen Kayu.

Kayu tinggi yang diukir,

seni suku Dayak.

Baca Juga: Dewan Kota Barcelona Tangguhkan Hubungan Diplomatik dengan Israel

 

Bundaran ini  menyimpan sejarah hitam.

Tapi juga  objek wisata kota Sampit.

Baca Juga: Hasil Pekan ke 11 Pegadaian Liga 2, PSIM Yogyakarta Melawan Malut United Berakhir Tanpa Pemenang

 

Zaman baru telah datang.

Suku Dayak dan Madura sungguh telah damai.

Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U17, Kalahkan Uzbekistan Prancis Tatap Semifinal

Kota Sampit sudah aman.

 

Jazil sampai juga di sana.

Baca Juga: Hasil Perempat Final Piala Dunia U17 2023: Kejutan Maroko Berakhir, Mali Tantang Prancis di Semifinal

Di tugu damai itu.

 

Seminggu sudah, Jazil di kota Sampit.

Baca Juga: Hasil Sprint Race MotoGP Valencia 2023, Jorge Martin Ungguli Francesco Bagnaia

Ia mencari Sanja, pagi hingga malam.

Tiada kabar.

 

Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, PSS Sleman Sukses Raih Tiga Angka atas Barito Putera

Keluarga Sanja  sudah pindah,

sejak lama.

Rumah Jazil sendiri sudah rata dengan tanah.

Baca Juga: Pekan ke 20 BRI Liga 1: Ciro Alves Hattrick, Persib Bandung Pesta Gol ke Gawang Dewa United

“Oh, Sampit, Kota Sampit.

Kau tak lagi kukenali.”

 

Baca Juga: Hasil MotoGP Valencia 2023, Francesco Bagnaia Juara Dunia Back to Back, Jorge Martin Menangis Usai Tabrak Marquez

Akhirnya, Jazil ketemu rumah Sanja.

Hati Jazil berdebar kencang.

Empat belas tahun tak jumpa.

Baca Juga: Hasil Pekan ke 13 Liga Italia, Juventus Melawan Inter Milan Berakhir Tanpa Pemenang

 

Usia Jazil kini 36 tahun.

Sanja 34 tahun.

Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, Persik Kediri Libas 10 Pemain Arema FC

 

Di halaman itu,

Jazil melihat bocah cilik,

Baca Juga: MotoGP 2023: Fabio Di Giannantonio Resmi Gantikan Luca Marini di VR46 Racing Team

usia 3 tahun.

“Oh wajahnya mirip Sanja.”

 

Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, Gol Telat Ragil Selamatkan Muka Bhayangkara FC

Di pintu itu,  seorang gadis keluar.

Jantung Jazil meletus.

“Sanja, oh Sanja, aku datang mencarimu.

Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1, Asisst Stefano Lilipaly Bawa Borneo FC Kalahkan Persis Solo

Seperti kau minta.”

 

Sanja histeris, menangis.

Baca Juga: Hasil Semifinal Piala Dunia U17 2023, Argentina Kalah Tos Tosan, Jerman Melaju ke Final

“Jazil, Jazil,

mengapa tiada berkabar.

Bertahun- tahun aku menunggu.

Baca Juga: Berikut Daftar Tim dan Pebalap pada MotoGP 2024

 

“Orang- orang bercerita kau telah tiada.

Tak selamat,

Baca Juga: Hasil Semifinal Piala Dunia U17 2023, Dua Gol Cantik Antarkan Prancis Tatap Final

seperti orang Madura lain.

Ayahku meyakinkanku.

Ia sempat melihat mayatmu.”

Baca Juga: Jadwal Piala Dunia U17 2023 Hari ini, Derbi Amerika Latin dan Spanyol Melawan Jepang Tersaji di Manahan

 

Sanja pun berkisah.

Ia sudah menikah.

Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Kalahkan Ekuador Brasi Melaju ke Perempat Final

Setelah bertahun menderita.

Itu bocah itu, putra Sanja.

Ia beri nama: Jazil.

Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Pulangkan Jepang Spanyol Tatap Perempat Final

 

Jutaan jarum berterbangan,

menancap di ulu hati Jazil.

Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Dramatis Jerman Kalahkan Amerika Serikat

“ya Tuhan,

apakah masih ada rasa pilu,

senyeri ini?”

Baca Juga: Hasil Piala Dunia U17 2023: Mali Hancurkan Meksiko di Babak 16 Besar Dalam Laga di Stadion Gelora Bung Tomo

 

Di pelabuhan,

Jazil kembali pergi dari Kota Sampit.

Baca Juga: Menambah Kedalaman Skuad dan Berbagi Pengalaman, Alasan Marcelo Rospide Datangkan Irfan Bachdim

Pergi untuk kedua kalinya.

 

Di tahun 2001,

Baca Juga: Qatar akan Umumkan Gencatan Senjata Antara Hamas dan Israel

Ia mengungsi,

rasa takut menghantui,

Madura dibantai Dayak.

Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17, Dramatis Maroko Kalahkan Iran Lewat Titik Putih

 

Kini tahun 2015,

Ia tidak mengungsi,

Baca Juga: Timnas Indonesia Hanya Mampu Raih 1 Poin Lawan Filipina di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Gol Saddil Ramdani Jadi Penyelamat

tapi ia pergi.

Pergi saja.

 

Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Argentina Sukses Gulung Venezuela

Kekasih, yang ia jaga di hati,

telah pergi.

Kekasih tak menunggu, seperti janji.

Baca Juga: Laga Kualifikasi Piala Eropa 2024: Belanda Sukses Gebuk Gibraltar

 

Tapi Jazil tak salahkan Sanja.

Keluarga menipunya.

Baca Juga: Hasil Sidang Komdis PSSI, Akibat Ulah Suporter Bali United dan Persib Bandung Kompak Didenda

Menyatakan Jazil sudah mati.

 

Oh, malam di tengah laut,

Baca Juga: Hasil Piala Dunia U17 2023: Secara Mengejutkan Uzbekistan Singkirkan Inggris di Babak 16 Besar

Kelam sekali.

Jazil teriak dari geladak kapal:

“Sanjaaaaa……..

Baca Juga: Hasil 16 Besar Piala Dunia U17 2023, Pulangkan Senegal Lewat Adu Penalti, Prancis Tatap Perempat Final

“Sanjaaaaa…”

“Sanjaaaaaaaaaa…”

 

Baca Juga: Penampilan Menurun, Timnas Thailand Pecat Mano Polking Akankah Park Hang seo Menggantikannya

Tahulah  Jazil.

Kehilangan kekasih hati,

yang ia rindu belasan tahun, dibanding ketika ia dulu mengungsi,

Baca Juga: Hasil Drawing Piala Asia U23 2024, Indonesia Masuk Grup Neraka Bersama Australia dan Qatar

ternyata ini lebih nyeri.

Ternyata itu lebih perih. ***

 

Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1: Bali United Sukses Libas Madura United di Hadapan Kcong Mania

Juli 2022

CATATAN

1. Menko Polkam Susilo Bambang Yudoyono umumkan Tokoh Dayak menjamin keselamatan suku Madura di Sampit.

Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1:Lumat Persikabo 1973, PSM Makassar Sukses Amankan 10 Besar

https://m.liputan6.com/news/read/8824/tokoh-adat-dayak-menjamin-perdamaian-kalteng.

2. Perdamaian akan dimulai dengan pembersihan supernatural atas Kota Sampit

https://m.liputan6.com/news/read/34940/tokoh-dayak-menggagas-rekonsiliasi-kasus-sampit.

Baca Juga: Hasil Pekan ke 20 BRI Liga 1: Bungkam RANS Nusantara FC, Persita Tangerang Sukses Jauhi Zona Degradasi

3. Tapi tetap terjadi serangan suku Dayak atas Madura walau ada jaminan.

https://nasional.tempo.co/read/25768/penyerangan-dilakukan-secara-terencana.

4. Tugu Perdamaian Dayak- Madura tahun 2015 didirikan.

Baca Juga: Hasil FP1 MotoGP Valencia 2023: Johan Zarco Menjadi yang Tercepat Ungguli Jorge Martin

https://correcto.id/beranda/read/26465/melawan-lupa-ini-sejarah-tugu-perdamaian-suku-dayak-dan-madura-yang-ada-di-sampit.

#Puisi Esai Mini ini bagian dari buku “JERITAN SETELAH KEBEBASAN” yang segera terbit (Denny JA, 2022).

Ini kumpulan kisah konflik primordial di Era Reformasi: Konflik agama di Maluku (1991-2002), Konflik suku dayak versus madura di Sampit (2001), Konflik Rasial di di Jakarta (Mei 1998),  Konflik Ahmadiyah di Mataram (2002-2017), dan konflik pendatang Bali dan penduduk Asli di Lampung (2012).

Berita Terkait